Langsung ke konten utama

Descendants of the Sun Episode 7



Akhir dari pada episode sebelumnya (Episode 6adalah pertemuan antara Dr. Kang dengan Kapten Yoo. Pada pertemuan tersebut, setelah membantu mengikatkan sepatu Dr. Kang, baik Kapten Yoo maupun Dr. Kang meminta untuk saling berhati-hati agar tidak terluka dalam proses penyelamatan. Setelah itu, mereka berpisah dan mengambil langkah yang berlawanan arah.


Kapten langsung ke lokasi reruntuhan bangunan dan mencari korban yang masih terjebak di dalamnya. Demi memudahkan mereka mendengar apa yang terjadi di dalam, mereka menggunakan sebuah alat yang bisa memberikan signal dari dalam reruntuhan. Saat itu, meski mereka tidak mendengar sesuatu dari alat yang mereka pasang, Kapten Yoo tetap berpikir menggunakan nalar. Sebagian yang lain mempersiapkan peralatan yang akan mereka gunakan untuk bisa masuk ke dalam reruntuhan bagunan tersebut. Namun, saat mereka tengah sibuk mempersiapkan alat tersebut, sang manajer yang masih memikirkan berliannya datang mengganggu dan meminta  untuk memulai penyelamatan dari kantornya. Dia mengatakan kalau ada berkas penting yang harus dia selamatkan dari kantornya itu. Meski demikian, baik Sersan Seo maupun Kapten Yoo tidak menghiraukan permintaan sang manajer tersebut. Karena menurut keduanya, bangunan yang masih tersisa itu justru lebih besar kemungkinannya untuk runtuh lagi.

Saat perdebatan itu terjadi, tiba-tiba prajurit atau tentara yang sedang memantau signal dari korban mendengarkan sesuatu akan tetapi sangat kecil. Kapten Yoo pun langsung memeriksa alat tersebut dan memberikan instruksi lebih lanjut.

Siapkan endoskop dan perdalam pencarian sebisa mungkin” kata Kapten Yoo kepada orang yang memantau signal tersebut.
Ya, mengerti” balas oleh orang yang ditanya.

Sementara di dalam, korban yang terjebak terdengar sedang berbicara dengan kekuatan yang tersisa.

Kau ini, kenapa pemuda bisa lemah seperti itu?” kata sang mandor kepada pekerja yang tertusuk kayu. “Pukul lebih keras!
Sakit. Cepat. Cepat. Aku tak bisa bernafas” kata pekerja tersebut yang terlihat menjatuhkan batunya karena kesakitan.
Ya, keselamatan memang penting. Maaf. Aku bilang bangunan ini sangatlah kuat, tapi siapa yang tahu bahwa gempa seperti ini akan terjadi? Tapi bertahanlah sebentar lagi, mereka sedang berusaha” kata sang mandor.
Kau bisa mendengar sesuatu?” kata pekerja tiba-tiba.
Tidak, tunggu” kata sang manajer.
Kau dengar itu?” kata sang pekerja lagi.

Keduanya pun serentak berteriak mengatakan “Siapa itu?” dan suaranya terdengar oleh pekerja lain yang memberitahukan kalau tim penyelamat sudah datang. Sementara, tim penyelamat yang ada di luar sibuk memikirkan cara agar mereka bisa masuk  ke dalam. Lagi-lagi, manajer mengganggu mereka, yang memberikan alternative jalan lewat kantor. Sersan Seo lagi lagi tidak setuju dengan usulannya itu, begitupun dengan Kapten Yoo. Meski begitu, dia tetap memaksa perintahnya dilaksanakan. Hal itu membuat Kapten Yoo menjadi emosi dan memerintahkan tim penyelamat untuk menyeratnya keluar dari lokasi tersebut.

Setelah berdiskusi dengan Sersan Seo, Kapten Yoo pun memutuskan menggunakan airbag untuk membuat jalan masuk ke dalam reruntuhan. Dia pun memerintahkan anggota tim penyelamat untuk melaksanakan instruksi yang ia berikan.

Sementara tim penyelamat berusaha memasuki reruntuhan, tim medis sibuk menangani pasien-pasien yang berhasil keluar dari reruntuhan. Saat itu, ada beberapa pasien yang harus dibawa ke medicude karena tidak memungkinkan untuk ditangani di lokasi tersebut. Namun, mereka mendapati kendala, yaitu kekurangan kendaraan yang akan membawa pasien. Dr. Kang pun bingung. Terlebih, jaringan telekomunikasi masih belum berfungsi.

Tiba-tiba, Kim Ki Boem muncul membawa walkie-talkie dan memberikannya kepada tim medis. Selain itu, dia juga melaporkan kalau ada seorang dokter asing yang datang dan akan masuk ke medicube. Karena saluran walkie-talkie tersebut sudah di setting, tiba-tiba ada panggilan masuk yang mencari Dr. Kang.

Dr. Kang, kau bisa mendengarku?
Daniel? Terima kasih untuk walkie-talkienya”, kata Dr. Kang yang mengenali suara Dr. Daniel. “Kami bisa saling berkomunikasi sekarang.”
Kalau begitu, izinkan akau menggunakan ruang operasimu. Pasien mengalami pendarahan dan patah tulang tengkorak, tapi mereka mengatakan tanpa izinmu, aku tak bisa melakukan operasi. Aku harus melakukan operasi ini, tapi aku tak memiliki izinnya, over.” Jelas Dr. Daniel.
Alasan itu sudah cukup. Apa ada  manajer di sana?” tanya Dr. Kang. Terlihat Dr. Daniel memperdengarkan suara Dr. Kang kepada tim medis yang ada di medicube. “Kau bisa mendengarku kan? A pa kau akan mengobati pasien setelah melakukan perjannjian? Kau pikir kita sedang di Semcheondong?” kata Dr. Kang dengan sedikit marah yang akhirnya membuat tim medis yang mendengarnya mengizinkan Dr. Daniel menggunakan ruang operasi di medicube.

Selanjutnya, Dr. Kang meminta Dr. Daniel untuk melakukan yang terbaik dan menyembuhkannya. Dr. Daniel pun mengiyakan dan memberitahukan Ye Hwa juga sudah berada di lokasi kejadian dan siap untuk membantu. Percakapan antara Dr. Kang dan Dr. Daniel tersebut, juga terdengar oleh Kapten Yoo.

Tak lama kemudian, dengan airbag tersebut, Kapten Yoo dan Sersan Seo berhasil memasuki reruntuhan dan meminta tim medis bersiap untuk penyelamatan lebih lanjut. Satu persatu pekerja yang terjebak reruntuhan, keluar dari area tersebut. Salah satu dari mereka kemudian melaporkan kalau Manajer Go (yang sebelumnya saya sebut sebagai Mandor Pekerja) masih ada di dalam reruntuhan. Dr. Kang yang mendengarnya pun, langsung berbalik ke reruntuhan tersebut. Saat sedang menangani pasien tersebut, Kapten Yoo melintas di samping Dr. Kang akan memasuki reruntuhan lagi setelah keluar mengambil tali. Dia terlihat khawati melihatnya.

Di tempat lain, Dr. Yoon juga menangani pasien bersama dengan Suster Min Ji. Namun, tiba-tiba pasien tersebut tak sadarkan diri. Dr. Kang yang baru bergabung dengan keduanya, langsung memukulnya hingga detak jantungnya kembali. Melihat kondisinya, Dr. Yoon langsung berpikir kalau pasien tersebut harus segera dioperasi dan meminta Dr. Kang mempersiapkan transportasi ke medicube. Namun, karena semua ruang operasi di medicube sedang terpakai, Dr. Kang memutuskan bahwa operasi harus dilakukan di lokasi itu juga. Dr. Yoon kaget mendengarnya, namun akhirnya setuju juga karena tidak ada cara lain. Dr. Yoon pun memerintahkan kepada Suster Min Ji untuk mengambil peralatan yang akan ia gunakan untuk operasi.

Sementara, Dr. Lee, ia menangani pasien perempuan yang terus menolak untuk diberikan anestesi karena sedang hamil. Dr. Lee pun stress dibuatnya. Mau tidak mau, Dr. Lee melakukan cara lain sesuai dengan keinginan pasien tersebut untuk mengobatinya. Meski cara tersebut sangat menyakitkan bagi pasien.

Saat, para prajurit militer dan tim medis tengah sibuk melakukan misi penyelamatan, dua orang reporter datang di lokasi kejadian. Pertama, dia bertanya ke Kim Ki Boem yang lagi sibuk menuliskan jumlah korban tentang apa yang sedang terjadi. Namun, karena dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, dia pun mengarahkannya ke Suster Ha Jae Ah yang kebetulan lewat. Sayangnya, karena sibuk, Suster Ha Jae Ah mengatakan kalau ia lagi sibuk. Tiba-tiba, Dr. Song datang ke tempat tersebut. Kim Ki Boem mengarahkan reporter tersebut ke Dr. Song. Namun karena tiba-tiba Dr. Song mendengarkan panggilan darurat, dia pun langsung menaiki mobil reporter tersebut dan mengatakan bersedia di interview jika mereka ikut dengannya ke medicube. Reporter tersebut tidak punya pilihan lain selain mengantar Dr. Song. Melihat taktik Dr. Song tersebut, Kim Ki Boem pun memujinya dan selanjutnya dibenarkan oleh Suster Ha Jea Ah.

Saat itu juga, tiba-tiba, Kim Ki Boem mendengar tim medis membutuhkan golongan darah AB. Dia pun membalasnya karena dia memiliki golongan darah sama dengan yang dibutuhkan. Selanjutnya, dia terlihat sudah ada diantara Dr. Yoon, Dr. Kang, dan Suster Min Ji. Mereka tengah mengoperasi pasien yang sebelumnya. Setelah golongan darah Kim Ki Boem diperiksa oleh Ye Hwa dan benar AB, Ye Hwa pun mulain mengalirkan darahnya ke pasien yang sedang dioperasi.

Saat tengah melakukan operasi tersebut, Kapten Yoo datang dan meminta Dr. Kang untuk ikut dengannya masuk ke dalam reruntuhan karena pasien yang di dalam reruntuhan tersebut lebih mendesak untuk ditangani. Selanjutnya, Dr. Kang sudah terlihat di dalam reruntuhan dan melihat manajer Go. Dia pun langsung memeriksanya dan bertanya kepada Kapten Yoo tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membebaskan manajer Go dari batu yang menimpanya itu. Kapten Yoo, yang ditanya malah meminta Dr. Kang untuk memeriksa pasien lain lagi.  Setelah memberikan pertolongan pertama pada pasien lain yang Kapten Yoo maksud, Dr. Kang meminta pasien tersebut untuk tidak bergerak. Selanjutnya meminta Kapten Yoo untuk memotong kayu yang tertusuk di badan pasien tersebut. Namun, Kapten Yoo malah memintanya untuk bicara berdua terlebih dahulu.

Kapten Yoo menjelaskan pada Dr. Kang tentang bangunan yang menghubungkan kedua pasien tersebut. Jika beton yang menindih tubuh manajer Go diangkat, maka tubuh pasien yang astunya akan terbelah. Kalau besi yang tertusuk pada pasien kedua dipotong, beton-beton itu akan runtuh dan menimpa tubuh manajer Go. Dr. Kang pun akhirnya mengerti apa yang dimaksud Kapten Yoo dan bertanya.

Untuk menyelamatkan seorang pasien, kita harus mengorbankan pasien yang satunya, apa itu maksudmu?” tanya Dr. Kang pada Kapten Yoo.
Secara ilmiah, kami tak punya cara lain”, kata Kapten Yoo yang selanjutnya dibalas dengan ucapan yang hampir sama oleh Dr. Kang, “Secara medis, kami tak punya cara lain.”
Dalam situasi seperti ini, kita harus mengikuti aturan. Menurut aturan doketr, kita harus menyelamatkan pasien dengan kemungkinan selamat yang tinggi” kata Kapten Yoo.
Jadi, kau memintaku memilih sekarang? Siapa yang harus diselamatkan dan siapa yang harus dibunuh?
Ya. Kau harus memutuskannya sekarang. Kami sudah menyiapkan posisi penyelamatannya. Akan membutuhan waktu 10 menit.”

Di saat Dr. Kang berlalu untuk memikirkan hal tersebut, Kapten Yoo kembali diganggu olah manajer proyek, meminta untuk menyelamatkan dokumen-dokumen yang ada di kantornya. Namun, Kapten Yoo tetap menolaknya. Sebelum manajer tersebut beranjak keluar, tiba-tiba terjadi reruntuhan yang dengan sigap membuat Kapten Yoo merelakan badannya ditempa reruntuhan demi melindungi manajer tersebut. Kapten Yoo pun berlalu pergi meninggalkan sang manajer yang tidak terluka berkatnya. Tanpa Kapten Yoo sadari, dia terluka dan menjatuhkan darah ditangan manajer. Manajer tersebut pun berbalik melihat Kapten Yoo.

Sementara Dr. Kang tengah mendatangi dan berbicara kepada manajer Go. Manajer Go sendiri tahu kalau sulit untuk menyelamatkannya bersama dengan pasien yang lainnya. Dia pun mengutarakan kalau dia sudah ikhlas dengan segala keputusan yang akan tim medis ambil. Selain manajer Go, Dr. Kang juga mendatangi pasien yang satunya dan menyemangatinya untuk bertahan.

Di luar, Dr. Yoon masih terlihat melakukan operasi yang kemudian kaget setelah mendengarkan SErsan Seo dalam bahaya. Kim Ki Boem, yang juga mendengar hal itu langsung beranjak dari tempat baringnya dan ingin melepaskan transfer darah. Dr. Yoon pun memarahinya dan menjelaskan kalau dia akan membunuh pasien jika beranjak pergi. Dia pun kembali baring. Keduanya, Dr. Yoon maupun Kim Ki Boem kembali lega saat Sersan Seo melapor kalau dia tidak terluka parah.

Kembali ke dalam reruntuhan, Kapten Yoo kembali menemui Dr. Kang dan menanyakan keputusannya. Sebelum memberikan keputusan, Dr. Kang menjelaskan tentang kondisi pasien dan bertanya balik ke Kapten Yoo tentang siapa yang akan dia selamatkan jika menemui situasi yang seperti itu. Hal itu karena Dr. Kang berpikir bahwa Kapten Yoo sudah berpengalaman dalam situasi yang demikian dan mungkin dia bisa memberikan keputusan yang terbaik. Namun, Kapten Yoo malah memberitahunya bahwa dalam penyelamatan seperti itu tidak ada tindakan yang terbaik, melainkan mereka hanya perlu menyelesaikan masalah yang ada di hadapannya. Dr. Kang pun mengeluh sambil menangis dan khawatir kalau tindakannya itu benar atau tidak. Kapten Yoo pun mengatakan kalau itu tindakan yang benar, malakukan hal yang bisa dilakukan. Daripada hanya tinggal diam dan membiarkan mereka mati, lebih baik memilih salat satunya untuk diselamatkan. Dengan desakan dari Kapten Yoo tersebut, Dr. Kang pun memberitahukan urutan penyelamatannya sambil menitikkan air mata.

Beberapa saat kemudian, terlihat pasien yang tertusuk besi tengah dibawa masuk ke medicube. Dr. Song langsung memeriksanya sembari mendengarkan rentetan penjelasan Dr. Kang tentang kondisi pasien tersebut. Keduanya pun langsung mengoperasinya bersama. Sementara, di tempat lain, terlihat mayat manajer Go sudah ada diantara mayat yang lainnya. Kapten Yoo terlihat memeriksa lalu mengormatinya. Saat itu juga, pasien yang dioperasi oleh Dr. Yoon, telah selesai. Dia kemudian memuji kerja keras Kim Ki Boem.

Tak lama kemudian, Komandan Park tiba di lokasi dan memuji kerja keras prajurit. Dia pun memerintahkan seluruh prajurit yang telah bekerja keras dan menggantikannya dengan pasukan yang datang bersamanya. Selanjutnya, terlihat beberapa mobil dalam perjalanan mengantarkan seluruh pasukan yang telah bekerja.

Di Korea, terllihat Komandan Militer memberitahukan situasi dan kondisi di Urk kepada ayah Kapten Yoo. Dia meminta maaf karena tidak bisa menghentikan Kapten Yoo untuk pergi ke sana. Namun, ayah Kapten Yoo malah menanggapi berbeda kalau itu sudah menjadi tugas tentara. Hal yang sama juga diilakukan oleh Kepala RS. Haesung kepada seluruh tim medis di RS. Dia memberitahukan kalau rekan medis mereka yang sedang bertugas di Urk dalam kondisi aman. Jadi, mereka tidak perlu mengkhawatirkannya lagi. Pacar Dr. Lee pun lega mendengarnya. Namun, ibu daripada Dr. Lee sendiri malah mengomeli kepala RS karena telah mengirim Dr. Lee ke sana dan tidak bisa malakukan apa-apa untuk mengembalikannya ke Korea segera.

Malam harinya, di Urk, Dr. Song terlihat duduk bersama Dr. Lee. Keduanya memikirkan pasien yang telah mereka tangani. Sementara, di medicube, terlihat manajer proyek kembali melakukan kekacauan. Dia meminta diobati, tapi Suster Ha Jae Ah malah melaporkan kedatangannya pada Dr. Song yang menyarankan untuk mengirimnya ke RS. Jiwa. Dia pun diabaikan oleh tim medis. Hahaha!

Di markas prajurit, terlihat Kapten Yoo dan Sersan Seo kebingungan soal makanan. Namun, hal itu tidak bertahan lama, karena tiba-tiba datang pemilik bar yang tahu kondisinya, membawakan makanan untuk mereka. Keduanya pun tersenyum dan Kapten Yoo tiba-tiba berkata kalau itu semua akan dibayar oleh Sersan Seo karena gajinya sendiri sudah dipotong. Sersan Seo pun kaget dan tidak bisa mengatakan apa-apa. Selanjutnya, Kapten Yoo meminta para prajurit untuk makan. Saat mereka tengah menikmati makanan, Kapten Yoo memberikan arahan kalau mereka tidak perlu khawatir karena orang tua mereka sudah dikabari terkait dengan situasinya. Yang mereka perlu lakukan setelah makan, adalah istirahat (tidur) karena mereka akan kembali melakukan penyelamatan esoknya.

Selanjutnya, Sersan Seo terlihat sedang cuci muka sebelum akhirnya Dr. Yoon datang menghampirinya. Dia langsung mangambil handuk yang ada di leher Sersan Seo dan membantu mengerinkan mukanya. Sersan Seo hanya melihatnya sampai Dr. Yoon memulai pembicaraan.

Kau datang ke sini. Apakah karena atas keinginan sendiri ataukah perintah ayahku”, tanya Dr. Yoon.
Tanggung jawabku adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya”, jawab Sersan Seo.
Aku tak tahu kenapa kau bisa memutuskan untuk datang. Tapi, yang perlu kau tahu, aku tak suka sikapmu ini.”
Telpon dia! Dia pasti sangat khawatir”, pinta Sersan Seo.
Bagaimana denganmu? Bagaimana jika aku terluka?” tanya Dr. Yoon.
Maaf karena aku selalu menghindarimu”, kata Sersan Seo.
Lalu, kenapa kau tak menggenggam tanganku?”, tanya Dr. Yoon lagi.

Bukannya menjawab pertanyaan Dr. Yoon, Sersan Seo malah langsung memeluknya, yang selanjutnya membuat Dr. Yoon menangis dalam pelukannya.

Di saat Suster Ha Jae Ah tengah mensterilkan peralatan medis, Dr. Song datang menghampirinya. Keduanya membicarakan tentang situasi yang mereka alami itu. Akhir dari pembicaraanya itu, Dr. Song meminta Suster Ha Jae Ah untuk menghapus file dalam folder rahasia di notebooknya, jika nantinya terjadi sesuatu dengannya. Suster Ha Jae Ah pun penasaran dan berpikir kalau itu folder yang berisi blue video dan meminta Dr. Song untuk segera menghapusnya. Namun, Dr. Song berkata tidak jika dia belum meninggal. Hahahah!

Selanjutnya, Dr. Kang bersama tim medis lainnya terlihat sedang memeriksa satu persatu pasien yang selamat dari reruntuhan. Dia juga menemui pasien yang meminjamkan sepatu kepadanya dan berterima kasih. Setelah itu, dia ke tempat korban yang meninggal. Dia menyalakan lilin kemudian berlalu pergi sambil membayangkan situasi proyek sebelum gempa tersebut terjadi. Dia teringat dengan senyum ceria manajer Go dan menagis. Kapten Yoo pun melihatnya sebelum dia didatangi dengan seorang prajurit. Prajurit tersebut kemudian bertanya apakah bahunya baik-baik saja kerana terlihat terluka. Dia pun menunjukkannya. Setelah melihatnya, dia meminta Kapten Yoo untuk diobati. Namun, tiba-tiba Dr. Kang menghampiri keduanya dan meminta Kapten Yoo untuk ikut dengannya.

Dr Kang menjahit lukanya sambil bertanya bagaimana dia bisa terluka seperti itu. Saa itu juga, Dr. Kang memberitahunya kalau dia baik-baik saja, meski tidak terdengar Kapten Yoo bertanya kepadanya. Selanjutnya, Kapten Yoo pun berkata kalau dia senang bisa bersama Dr. Kang dalam berjuang melakukan penyelamatan. Keduanya pun saling berterima kasih dengan momen tersebut. Dia pun meminta Dr. Kang untuk melupakan kata-katanya yang sebelumnya mungkin membuatnya sedih karena dia tidak ingin Dr. Kang terluka. Akhirnya, Dr. Kang memintanya melawak untuk menghiburnya. Setelah Dr. Kang selesai menjahit lukanya, dia pun berkata, “Aku sangat merindukanmu. Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja memikirkanmu. Aku memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanya. Tapi, percuma karena aku masih merindukanmu.” Dr. Kang pun hanya terpaku mendengarkan semua perkataannya itu.

To be continued in the next episode (Episode 8)...!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.