Langsung ke konten utama

Descendants of the Sun Episode 4



Sebagaimana di akhir episode sebelumnya (Episode 3), Dr. Kang diminta oleh Kapten Yoo untuk segera menyelamatkan Presiden Arab. Bersama dengan tim medis lainnya, Dr. Kang membawa pasien ke ruang operasi. Meski sempat kembali dihentikan oleh pengawal presiden, Dr. Kang melanjutkan untuk mengoperasinya setelah mendengarkan apa yang dikatakan Kapten Yoo kepada pengawal tersebut.

Kau, lakukan tugasmu. Dokter akan akan menyelamatkan pasien dan aku akan melindungi orang yang harus dilindungi.”

Saat Dr. Kang mendorong pasien menuju ruang operasi, Kapten Yoo menodongkan senjata ke pengawal presiden dan menoleh ke arah Dr. Kang. Hmm, sepertinya dia khawatir!


Kejadian tersebut sampai ke Korea yang menyebabkan terjadinya perdebatan antara pihak Blue House dan RS. Haesung. Sementara di ruang operasi, terlihat tim medis sudah siap memulai operasi yang diawasi oleh Tim Alpha. Karena Kapten Yoo memutuskan koneksi, hanya Sersan Seo yang mendengar segala kemarahan Komandan Corps. Taebaek. Mereka pun segera meluncur ke lokasi medis tersebut. Melihat Dr. Kang telah memegang pisau bedah, Dr. Song berkata kepadanya.

Satelah kau mulai, tidak ada jalan kembali. Jika kau berubah pikiran,…”
Lihat ini! Ini sayatan subkostal yang besar bukan?” kata Dr. Kang sambil menunjukkan bekas sayatan pada Dr. Song yang ada di tubuh pasien tersebut.
Tidak ada catatan operasi pada grafiknya” kata Dr. Lee.
Aku tahu, kau tidak bisa percaya apapun tanpa memeriksanya sendiri dengan matamu” kata Dr. Kang.
Aku tahu. Itu sebabnya operasi ini berbahaya. Ini berbahaya bagi kita, untuk pasien dan bahkan untuk para prajurit” kata Dr. Song.
Pasien ini akan mati jika aku lepas tangan karena ini berbahaya. Kita tidak punya pilihan sebagai dokter. Aku akan membedah perutnya” kata Dr. Kang dan mulai membedah.

Di tengah operasi, tiba-tiba tekanan darah pasien menurun. Dr. Lee pun khawatir jika pasien meninggal. Dr. Song juga khawatir operasi tidak akan berhasil. Namun, tidak dengan Dr. Kang, ia malah tetap memaksa untuk mengikuti sebagaimana prosedur awal yang telah mereka tetapkan dan meminta mereka berhenti mengeluh. Begitu dokter Arab tiba di lokasi, operasi selesai dan kondisi vital pasien normal. Meski demikian, dokter Arab yang baru tiba masih belum bisa mengatakan sukses selama pasien masih belum sadar. Menurutnya, dia masih mungkin bisa mati.

Daripada memikirkan perkataan dokter tersebut, Dr. Kang bersama Dr. Song dan Dr. Lee malah berpikir kalau mereka harus makan karena lapar. Namun, demi menjaga pasien, mereka pun bergantian. Di Korea sendiri, pihak Blue House masih mengkonfirmasi kemungkinan yang akan terjadi pada Professor RS. Haesung dan meminta Komandan Militer memberikan sanksi kepada prajuritnya, Kapten Yoo. Komandan pun menghubungi Sersan Seo dan memerintahkan untuk segera memberhentikan dan menahan Kapten Yoo Shi Jin di barak. Saat itu juga, Kapten Yoo yang tahu diri, menyerahkan senjatanya dan meminta Sersan Seo untuk menangani tindak lanjut.

Ketika Sersan Seo dan Kapten Yoo tiba di Barak, tiba-tiba Komandan Corps Taebaek masuk dan memarahi dan menceramahi Yoo Shi Jin yang telah bertindak ceroboh. Namun, Kapten Yoo sendiri tidak menyesal dengan keputusan yang telah dia ambil. Dia akan bertanggung jawab penuh dengan segala keputusannya. Lalu, Dr. Kang juga datang mempertanyakan keberadaan Kapten Yoo kepada Sersan Seo. Seketika, Komandan keluar dari dalam dan mencari Dr. Kang. Mendengar namanya disebut, Dr. Kang pun memperkenalkan diri kepada Komandan. Hingga akhirnya mereka berdua bicara empat mata. Dia menanyakan keadaan pasien dan menyalahkan Dr. Kang yang telah menghancurkan karir Yoo Shi Jin. Sebelum meninggalkan okasi tersebut, dia meminta Sersan Choi menjadi Kapten sementara dan meminta Sersan Seo untuk kembali ke Korea sesuai perintah transfer yang telah diberikan kepadanya.

Sebelum meninggalkan Urk, Sersan Seo kembali ke tempat dimana Kapten Yoo ditahan. Dia ingin memebrikan laporan sekaligus minta maaf karena meninggalkannya.

Apa kau akan pergi?” tanya Yoo Shi Jin.
Kami berangkat pukul 21.00.”
Apa kau tidak mempertimbangkan untuk tinggal? Kenapa  tidak bertahan?
Aku lari karena perintah, bukan karena kehendakku. Aku minta maaf meninggalkanmu seperti ini. Ini laporan transferku.
Tidak. Aku dipecat jadi aku bukan lagi atasanmu. Lupakan laporan!” kata Kapten Yoo.
Hari ini, setiap keputusan yang dibuat oleh atasanku benar dan adil. Dan hari ini, setiap keputusan yang dibuat oleh atasanku adalah terhormat. Sampai jumpa di Korea, Kapten” balas Sersan Seo.

Mendengar hal itu, Kapten Yoo menjanjikan traktiran minum selama 72 jam pada Sersan Seo. Lalu, keduanya tersenyum. Sersan Seo pun kemudian melapor dan mendatangi Dr. Kang untuk memberinya waktu kunjung pada Kapten Yoo selama 10 menit.

Tak lama kemudian, Dr. Kang tiba di depan Barak. Mendengar kedatangannya, Kapten Yoo bersandar di dekat jendela dan berkata, “Senang bisa melihatmu. Apa ini kunjungan yang sebenarnya?

Aku minta maaf.
Kau tidak perlu minta maaf.”
Pasien belum terbangun.
Kenapa kau mengkhawatirkan banyak pria? Jangan begitu! Sampai saat ini, kau hanya boleh mengkhawatirkan aku. Aku menyadari yang kau katakana sebelumnya benar.
Apa yang kubilang?
Kalau kau terlihat seksi saat di ruang operasi.
Kenapa kau melakukannya?
Kau bisa membuat pilihan. Ini tidak harus terjadi.”
Aku sudah bilang, Wanita cantik, anak-anak dan orang tua harus dilindungi. Itu aturanku. Wanita cantik dan orang tua, mereka berdua ada di sana. Aku harus membuat keputusan. Kau cukup berani hari ini. Apa kau tahu akan hal itu?

Mendengar semua pernyataan Kapten Yoo, Dr. Kang hanya bisa menangis karena merasa bersalah lalu menanyakan keadaan Kapten Yoo di dalam ruangan tersebut. Kapten Yoo pun bercanda dengan mengatakan kalau dia baik-baik saja beberapa saat yang lalu namun saat itu, ia ingin keluar karena seseorang. Sebelum Dr. Kang pergi, dia memberikan Obat Nyamuk kepada Kapten Yoo karena menurutnya itu adalah hal yang dibutuhkannya. Padahal, tanpa sepengetahun Dr. Kang, di dalam ruangan tersebut terdapat banyak tumpukan dos obat nyamuk.

Esoknya, pasien tersebut telah sadar. Para tim medis pun merasa lega. Pasien tersebut pun dipindahkan ke kota dengan helikopter. Sersan Choi memberikan laporan kepada Sersan Seo lewat telpon yang lagi di bandara dan siap take off ke Korea. Di saat yang bersamaan, Letnan Yoon turun dari pesawat tersebut dengan wajah senang. Keduanya pun bertemu yang membuat wajah Myeong Ju berubah seketika dan memulai pembicaraan.

Kau orang yang kucari tapi kau tidak seharusnya berada di sini. Kemana kau akan pergi? Apa kau kabur lagi? Aku bertanya jika kau kabur.”

Yang ditanya bukannya menjawab, malah meletakkan barangnya dan memberikan laporan. Namun, belum juga dia menyelesaikan laporannya, Letnan Yoon langsung menamparnya. Setelah itu, barulah dia menyelesaikan laporannya. Terlihat Letnan Yoon diliputi kemarahan.

Katakanlah itu strategi mundur. Beritahu aku untuk menunggu. Katakanlah kau akan melakukan apapun untuk kembali” perintah Myeong Ju sambil memukul Sersan Seo dengan tangannya.
Ada banyak serangga. Pakai seragammu bahkan jika panas” pesan Sersan Seo sebelum beranjak pergi.

Namun, ketika Sersan Seo berlalu, Letnan Yoon menahan legannya yang membuat Sersan Seo menariknya dalam pelukan.

Apa maksudnya ini? Apa yang kau inginkan?
Jaga dirimu baik-baik. Hormat!” kata Sersan Seo yang kembali melanjutkan langkahnya.
Kenapa kau memelukku? Kenapa kau menyentuhku? Perhatikan tindakanmu! Kau mengatakan melihatku seperti in membuatmu sedih. Kau begitu baik dengan wanita lain. Kenapa denganku tidak?” tanya Letnan Yoon sambil menangis kepada Sersan Seo yang tetap melanjutkan jalannya meninggalkannya.

(Flashback)

Apa kau mencintainya?
Kenapa kau peduli?
Ada berbagai tingkat balas dendam.
Aku pernah berjanji untuk membuatnya bahagia.
Tidak ada pengantin yang akan senang jika pernikahannya hancur.
Kau tidak bisa bahagia jika kau memiliki penyesalan” kata Sersan Seo yang tiba-tiba melihat mantan pacarnya dari balik jendela.
Kau tidak di sini untuk balas dendam. Apa kau di sini untuk menenangkan dia?

Pertanyaan Letnan Yoon tidak dihiraukan lagi oleh Sesan Seo dan langsung memasuki ruangan pengantin perempuan tersebut. Mantan pacarnya itu pun langsung bertanya padanya.

Kenapa kau di sini?
Untuk melihat siapa yang kau nikahi. Aku melihat dia saat kemari.”
Jangan menyapanya!
Mungkin saat keluar nanti.”
Oppa!” teriak mantan pacarnya padanya.

Saat itu juga, Letnan Yoon memasuki ruangan dan langsung memegang lengan Sersan Seo dengan tersenyum. Juga, menyapanya.

Senang  bertemu denganmu. Dan, selamat!”
Siapa dia?” tanya pengantin perempuan pada Sersan Seo.
Kupikir aku harus memperkenalkan diri. Terima kasih telah melepaskannya. Aku pacarnya. Jangan sebut kita “mantan” atau “pacarnya yang sekarang”, panggil aku Dokter Yoon. Aku seorang dokter” jelas Letnan Yoon pada pengantin.
Apa benar kalian berhubungan?” tanya sang pengantin.
Aku akan langsung saja. Aku tidak berpikir akan merindukanmu, berkat dia. Jadi, kau juga harus hidup bahagia”, pinta Sersan Seo pada mantannya sambil menggenggam tangan Letnan Yoon. “Selamat! Sungguh-sungguh.”

Sepulang dari acara pernikahan tersebut, keduanya pergi minum bersama. Sersan Seo tidak menyesali apa yang telah dia lakukan dan merasa lega. Sesuai kesepakatan, Letnan Yoon pun meminta Sersan Seo untuk memberitahu Kapten Yoo bahwa mereka telah berpacaran. Sersan Seo pun tidak masalah dengan hal itu.

Setelah dia memberitahu Kapten Yoo bahwa mereka sedang berpacaran, beredar rumor bahwa mereka telah tidur bersama. Letnan Yoon bertemu beberapa kali dengan Sersan Seo dan membahas kalau dia tidak terima dengan rumor yang beredar tersebut. Akhirnya, Sersan Seo pun mengatakan bahwa hanya ada satu solusi untuk hal itu, yaitu dengan merubah rumor menjadi kenyataan. Letnan Yoon pun memukulinya. Hahaha

(flashback end)

Di kantor Komandan Militer di Korea, Komandan menerima laporan tentang Letnan Yoon dan Sersan Seo. Juga, pemberitahuan dari Blue House mengenai tindakan apa yang harus diberikan kepada Kapten Yoo. Semua keputusan diberikan kepada Komandan Militer. Kapten Yoon pun dibebaskan namun tetap harus menerima hukuman disiplin.

Kembali ke Urk, terlihat Kapten Yoo mendapatkan hadiah hidangan makan dari anggotanya yang begitu banyak. Saat mereka tengah makan, Dr. Kang tiba-tiba masuk dan segera pergi lagi karena tidak ingin mengganggu. Nemun, langkahnya dihentikan oleh Kapten Yoo dan mengajaknya untuk bicara di luar.

Kupikir kau dukun. Tapi kurasa tidak. Kau menyelamatkannya.
Kupikir kau ingin aku melakukannya.
Dan kau mendengarkan aku? Kupikir kau ingin otonomi mutlak mengenai hal-hal medis.
Aku tahu kau punya dendam.
Dan aku tahu kau semalam acuh tak acuh.”
Kau mengatakan kita harus berterima kasih atas apa yang harus disyukuri. Aku sangat bersyukur kau percaya padaku.
Kau tidak takut?
Terus terang, sedikit takut. Kau sendiri tidak takut?
Aku terbiasa dengan situasi semacam itu. Dan, aku ingin mengatakan ini tapi tidak punya kesempatan. Aku tidak serius ketika aku mengatkan beberapa dokter harus melakukan penyiaran. Kuharap kau tidak memikirkannya.”
Itu tidak sepenuhnya benar.”
Itu tidak benar untuk seorang dokter bekerja menyelamatkan pasien bahkan dengan senjata ditujukan kepadanya.
Aku  telah bekerja keras. Kupikir kau benar. Tapi mereka tidak akan benar-benar menembakku kan?

Mendengar pertanyaan terakhir Dr. Kang, Kapten Yoo hanya memandanginya. Dia pun segera menutup telinga dan tidak ingin mendengarkan jawaban dari Kapten Yoo. Dan, saat itu juga, tiba-tiba keduanya dijemput untuk pergi bertemu dengan Presiden Mubarat. Ternyata, sang presiden ingin mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkannya. Dr. Kang pun menasehatinya dan dianggap olehnya sebagai omelan dari seorang dokter untuk seorang pasien. Sebagai ucapan terima kasih, Presiden menghadiahkan kartu istimewa kepadanya. Kartu yang bisa menyelamatkannya dalam situasi apapun. Namun, karena Dr. Kang khawatir kartunya dicuri Kapten Yoo, dia meminta lagi satu. Tanpa pikir panjang, begitu keluar dari kediaman presiden, Kapten Yoo langsung menggunakan kartu tersebut untuk sebuah mobil. Mereka pun langsung diberikan mobil. Dr. Kang tidak setuju dengan keputusan Kapten Yoo tersebut dan terus protes dalam perjalanan.

Bagaimana bisa kau menggunakan kartu bisnis untuk menyewa mobil? Bahkan tidak dari perusahaan rental mobil. Apa kau sudah gila? Aku tidak pernah berpikir kau begini. Apa kau tidak punya ambisi? Kau tahu ada minyak disini yang bisa kau dapatkan dengan hanya menggali tanah. Kau tahu uang yang bisa kita hasilkan dengan menjual beberapa minyak? Kita menyelamatkan hiupnya. Dia siap memberikan apapun.”

Kenapa kau begitu kesal?” balas Kapten Yoo pada protes panjang Dr. Kang. “Kupikir kita menggunakannya dengan bijak.”
Siapa bilang?” kata Dr. Kang yang semakin kesal.
Kita punya dua jam setengah untuk sampai kita harus kembali ke kompi. Dengan aku yang mengemudi pada kecepatan ini akan memakan waktu 30 menit. Aku akan pergi kencan denganmu selama dua jam yang tersisa.”
Kau pasti gila. Kau menggunakan kartu itu hanya untuk pergi berkencan. Tapi tunggu, aku tidak pernah setuju untuk pergi kencan denganmu.”
Aku tidak meminta persetujuanmu. Ayo pergi minum teh.”
Kau harus bertanya.

Tak lama kemudian, keduanya telah duduk di tempat yang Kapten Yoo maksud. Dr. Kang masih memikirkan kartunya yang telah digunakan sia-sia oleh Kapten Yoo. Dia pun memberitahu Kapten Yoo bahwa yang tersisa itu adalah kartunya.

Ini milikku. Jangan berani-berani menyentuhnya. Harus kugunakan untuk apa kartu ini? Haruskah aku membuka klinik di Arab? Aku seharusnya mengambil foto dengan dia. Jika aku menggantung foto itu di RS, aku akan mendapatkan begitu banyak uang kan?

Mendengar rentetan kata yang dilontarkan oleh Dr. Kang, Kapten Yoo malah bertanya  hal lain.

Kenapa kau menjadi dokter?
Karena aku pintar di sekolah. Terutama dalam Matematika.
 Itu sangat meyakinkan.
Dokter tampaknya harus dibayar dengan baik. Ini keyakinanku bahwa kehidupan mengejar uang lebih baik daripada dikejar-kejar oleh orang. Ini keberanianku bahwa tidak peduli dengan orang lain, aku dibayar atas pekerjaan yang kulakukan. Itu rencanaku membuka klinik di Gangnam. Kau bisa memanggilku materialistis jika kau mau.
Kenapa kau terus-terus berpura-pura menjadi orang jahat?
Sudah kuputuskan aku menjadi dokter untuk uang. Banyak yang terjadi sejak kau pergi. Dan aku sudah banyak berubah sejak saat itu. Tapi kau tidak terlihat berbeda.
Aku menjadi lebih tampan, tidakkah kau tahu?
Lelucon masih saja sama” kata Dr. Kang sambil tersenyum.
Senyummu jadi lebih manis.” Puji Kapten Yoo.

 Tiba-tiba ponsel Kapten Yoo berdering dan lagi lagi ia harus pergi. Dia meminta Dr. Kang membawa mobil. Namun, Dr. Kang langsung menanggapinya.

Akhir kencan kita selalu sama, di Korea dan di sini. Kemana kau pergi? Apa rahasia lagi? Apa itu ditempat dimana aku tidak diizinkan?
Kau tidak dilarang pergi ke sana tapi sepertinya membawamu akan menyulitkan.”
Kenapa selalu kau yang pergi duluan?
Karena pekerjaanku yang membuatnya begitu dalam hubungan ini.
Bagaimana jika aku masih ingin kencan denganmu?

Akhirnya, mereka pun pergi bersama dan terlihat lagi menghadiri acara pemakamam. Keduanya tiba di kompi saat malam. Saat Kapten Yoo meminta Dr. Kang untuk istirahat, Dr. Kang malah mengajukan pertanyaan.

Apa dia teman? Maksudku pria yang di pemakamam.
Kenapa baru tanya? Kau pasti penasaran sepanjang waktu ini. Dia temanku.
Tapi apa yang terjadi?
Ini terjadi saat ia mencoba menjaga perdamaian.
Itu berarti, kau bisa…
Ya. Jadi jangan bicarakan itu. Lihat! Selalu begini. Selamat malam.” Kapten Yoo pun berlalu setelah menghentikan pembahsan masalah tersebut.

Esok harinya, saat para prajurit lagi jogging, Dr. Kang menghentikan Sersan Choi dan mempertanyakan keberadaan Kapten Yoo. Sersan Choi pun menjelaskan kalau Kapten Yoo dipanggil ke komite disiplin. Dr. Kang tidak tahu kalau Kapten Yoo bebas hukuman setelah bebas dari tahanan.

Di Komando Kompi Taebaek, dihukum dengan pemotongan gaji dan tidak berhak menjadi kandidat untuk dipromosikan. Begitu dia keluar, tanpa ia lihat Letnan Yoon menghalangi langkahnya dengan kaki yang membuatnya terjatuh. Mereka pun membahas tentang kedatangan Letnan Yoon, hukuman Kapten Yoo, promosi jabatan dan Sersan Seo. Lalu, keduanya melihat kedatangan Dr. Kang yang berlari masuk ke Kompi Komandan. Kapten Yoo pun meninggalkan Letnan Yoon.

Dr. Kang datang untuk memprotes hukuman disipin Kapten Yoo. Setelah mendengarkan hukuman yang diberikan kepada Kapten Yoo, dia pun tidak bisa berkata apa-apa. Saat itu juga, Kapten Yoo datang dan membawanya keluar. Keduanya pergi dan singgah di pinggir jalan untuk membicarakan hal tersebut.

Tunggu, apa yang kau lakukan?” tanya Dr. Kang.
Kenapa kau melakukan hal ceroboh itu?
Ceroboh? Aku menghancurkan hidup seseorang,..
Itu bukan karenamu. Kau pikir aku menginginkannya, menyelamatkan seorang wanita? Kau ingat luka tembak aku di hari pertama kita bertemu? Salah satu atasanku berkata, ini di hari pertamaku sebagai Kapten Satuan Khusus. Prajurit selalu hidup dengan kain kain kafannya. Saat kau mati di daratan tak bernama demi negaramu, tempat kematianmu menjadi kuburanmu dan seragammu menjadi kain kafanmu. Itu yang  harus kau ingat saat kau memakai seragammu. Jika kau sudah memakainya dengan mengingat itu, banggalah tiap saat. Tidak ada alasan untuk malu. Dan aku menyerahkan hidupku untuknya. Luka tembak dari peperangan itu. Tidak peduli besar atau kecil, semua keputusanku. Termasuk kebanggan satuanku, kehormatan dan kewajibban mereka. Hal yang sama terjadi padaku. Aku membua keputusan berdasarkan seua hal itu dan aku tidak menyesali keputusanku. Namun, itu tidak dapat menutupi kenyataan kalau aku melanggar hokum militer. Semua hal tentang militer diselesaikan secara militer. Dan, itu berarti kau tidak bolleh ikut mencampurinya, Dr. Kang.”
Maafkan aku kalau kekhawatiranku mempersulitmu” kata Dr. Kang lalu berlalu pergi meninggalkan Kapten Yoo sambil menangis.

Kapten Yoo, yang ditinggal, mendapatkan telpon dari Sersan Seo. Setelah menanyakan keberadaannya, Sersan Seo menanyakan apakah Kapten Yoo sudah bertemu dengan Letnan Yoon atau belum. Kapten Yoo pun protes karena Sersan Seo tidak peduli dengan situasinya yang baru saja mendapatkan hukuman. Dan, malah mengatakan kalau itu pantas untuknya. Itu adalah gaji besar untuk demi seorang wanita. Kapten Yoo tidak terima dengan tanggapan-tanggapan Sersan Seo. Akhirnya dia menutupn telpon karena kesal dengannya.

Malam harinya, dia tiba di lokasi kompi dan langsung masuk ke ruang makan. Dia menemukan hadiah yang ditinggalkan oleh Sersan Seo untuknya. Menurut Sersan Seo, wine adalah hal yang ia butuhkan setelah mendapatkan hukuman tersebut. Tiba-tiba Dr. Kang masuk ruangan itu juga. Melihat ada Kapten Yoo, dia pun berbalik ingin pergi. Namun, pertanyaan Kapten Yoo menghentikan langkahnya.

Ada apa?
Aku mau ambil air.”
Tapi, kenapa kau mau pergi? Kau mau bicara sesuatu?
Sepertinya kau ingin sendiri.”
Tidak. Aku ingin bersamamu. Kurasa itu terlihat jelas. Jangan pergi! Kemarilah!

Dr.Kang pun tidak jadi keluar dan tinggal di ruang makan tersebut.

Apa kau mau minum anggur atau air?” tanya Kapten Yoo.

Dr. Kang pun menerima anggur tersebut dan langsung meminumnya, tidak peduli dengan Kapten Yoo yang lagi mengambilkannya gelas. Setelah itu, dia menawarkan anggur tersebut kepada Kapten Yoo. Namun, ditolak.

Prajurit yang dibebastugaskan tidak boleh minum” kata Kapten Yoo.
Bukannya kau mengeluarkannya untuk diminum?
Aku mau melakukan itu, tapi semuanya sirna karena ada yang melihat.”
Maaf sudah bertindak ceroboh.
Aku yang seharusnya minta maaf. Anggap saja aku minta maaf.”
Tapi, kau tidak minta maaf” kata Dr. Kang dengan tatapan marah. “Jangan takut! Apa aku terlalu ceroboh lagi? Bagaimana kau kemari?
Aku lari. Hanya aku yang bisa kemari secepat itu.”
Tapi, aku melihatmu turun dari mobil.
Kau melihatnya? Terus, kenapa kau bertanya?
Aku mau mendengar candaanmu” kata Dr. Kang yang membuat Kapten Yoo tersenyum. “Kau cocok dengan seragam itu. Aku tidak merasa pantas untukku mengatakannya kepada seseorang yang baru menerima hukumannya.”
Bagaimana kau tahu soal seragam ini?
Kenapa tidak tahu? Khayalan para wanita adalah seragam.
Itu sebabnya aku jadi prajurit.

Melihat Dr. Kang kembali meminum anggur tersebut, Kapten Yoo bertanya apakah itu enak atau tidak. Dr. Kang pun mengatakan kalau itu tidak buruk. Lalu menwari Kapten Yoo apakah ingin minum atau tidak. Yang kemudian dijawab oleh Kapten Yoo kalau ia ingin menonton film dan minum bersama.

Itu bisa jadi kencan yang sempurna” kata Dr. Kang.
Apa kau menonton film itu?” tanya Kapten Yoo pada Dr. Kang.
Tidak.
Kenapa kau tidak nonton?
Karena film itu, aku akan menontonnya bersama seseorang. Aku sudah putuskan, aku harus menghindari menonton film saat aku berkencan dengan seorang pria. Aku terus membaca banyak artikel tentang film itu dan artikel itu mengingatkan aku padamu. Karena film itu sama seperti Yoo Shi Jin bagiku” jelas Dr. Kang sebelum dia kembali meminum anggur yang ada di tangannya.
Melihat ekspresin Kapten Yoo yang melihatnya minum, dia pun berkata padanya, “Kau pasti ingin sekali minum ini.”
Aku harus cari alasan untuk meminumnya” balas Kapten Yoo yang kemudian langsung menciumnya.

To be continued in the next episode (Episode 5)...!!!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.