Langsung ke konten utama

Descendants of the Sun Episode 2

 


Pada episode sebelumnya (episode 1), Kapten Yoo berlari dan menaiki helicopter setelah sepakat untuk bertemu dan nonton dengan Dr. Kang di akhir pekan. Dr. Kang terlihat sedih ditinggal begitu saja oleh Kapten Yoo dan terus memandang dan mengikuti kemana arah helikopter yang telah take off tersebut. Dari dalam helikopter juga terlihat Kapten Yoo sedang melihat ke arah Dr. Kang sebelum akhirnya helikopter tersebut terbang jauh dan hilang dari pandangan.
Dr.Kang masih memandang ke langit hingga Dr. Song datang mendekatinya. Dr. Song pun mengikuti arah pandang Dr. Kang dan bertanya apa yang sedang dilihatnya. Daripada menjawab pertanyaan seniornya tersebut, dia malah bertanya balik apakah tentara yang sedang bertugas harus dijemput dengan helikopter dan akan tertembak.

Sunbae, jika kau seorang tentara yang sedang melakukan tugas, apa kau akan dijemput helicopter dan tertembak senjata?”
“Tak ada pria yang wamil tertembak senjata begitu. Kita hanya sering tertembak oleh air hujan dan salju. Bahkan setelah itupun, kita harus membersihkan sisanya lagi.”
“Iyakan? Lalu, tentara seperti apa dia hingga bisa terbang begitu?”
“Pria yang terbang? Apa dia kabur atau terbang? Dia pasti punya alasan tersendiri.”

Dr. Kang pun tidak menanggapinya lagi dan hanya tersenyum. Selanjutnya, Kaptern Yoo bersama dengan Tim Alpha lainnya telah tibah di perbatasan Afganistan, di Camp. Perdamaian Pasukan PBB. Terlihat mereka langsung breefing dan latihan penyelamatan sebelum menjalankan misi penyelamatannya yang sesunggunya. Mereka melakukan latihan dengan pasukan khusus lainnya yang turut serta dalam operasi gabungan tersebut. Di tengah latihan tersebut, Tim Alpha melakukan kesalahan dan gagal, yang membuat pasukan khusus lainnya itu menghinanya. Tak terima timnya dihina, sebagai Kapten, Yoo Shi Jin langsung bertarung melawannya. Menurut Sersan Seo Dae Young, yang mereka lakukan itu bukan sekedar latihan dan pertarungan biasa melainkan pertarungan yang sebenarnya untuk mengetahui sejauh mana pasukan khusus yang terlibat dalam operasi gabungan bisa saling percaya. Pertarungan tersebut berakhir setelah beberapa pasukan PBB datang menghentikan mereka.

Di RS. Haesung, terlihat Dr. Kang lagi di toilet memikirkan hasil interviewnya untuk menjadi professor di RS tersebut. Dia khawatir akan gagal lagi seperti sebelumnya. Namun, Dr. Pyo menyemangatinya dengan mengatakan itu tidak mungkin terjadi lagi. Tiba-tiba Kim Tan yang baru-baru juga selesai interview datang. Dia memandang remeh Dr. Kang lalu keluar. Dr. Pyo pun berkata, “Dia ikut interview untuk posisi professor? Ujian spesialis bedahnya saja sudah gagal 3 kali.” Menurut Dr. Kang, mungkin dia didukung  oleh orang dalam karena dia malah telah gagal 4 kali. Jauh lebih banyak daripada yang diketahui oleh Dr. Pyo.

Beranjak dari toilet, Dr. Kang terlihat lagi di ruang operasi, menunggu kedatangan Prof. Park untuk melakukan operasi bersama. Namun, yang muncul adalah Kim Tan sebagai pengganti Prof. Park dan menjadikan Dr. Kang sebagai asistennya dalam operasi tersebut. Dengan sikap angkuhnya, dia melakukan operasi sambil cerita. Akhirnya tanpa sadar, dia melakukan kesalahan. Dr. Kang pun jengkel dan memarahinya. Di Afganistan, terlihat Kapten Yoo bersama Tim Alpha dan pasukan khusus lain sedang menjalankan misi penyelamatannya. Kedua scene tersebut muncul silih berganti. Dr. Kang maupun Kapten Yoo berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Kapten Yoo berhasil menyelamatkan sandera. Sementara, Dr. Kang berhasil menyelamatkan pasien meski harus menceramahi   Kim Tan yang melakukan kesalahan sehingga membuat dia keluar dari ruang operasi dengan kemarahan yang tak terbendung.

Kemarahannya mereda setelah ngobrol dengan salah satu dokter yang juga ikut dalam operasi tersebut. Dia adalah pacar Dokter residen Lee Chi Hoon dan ternyata keduanya sudah saling tukar cincin. Dr. Kang pun bahagia mendengarnya. Tiba-tiba Lee Chi Hoon muncul, menyapa pacarnya dan selanjutnya ngeles ingin bicara berdua dengan Dr. Kang. Untungnya, pacarnya itu dengan mudahnya mengerti dan mempersilahkannya bicara berdua. Begitu pacarnya tersebut berlalu, Dr. Kang langsung bertanya padanya.

Kenapa lagi?”
Cincinku hilang”, kata Lee Chi Hoon yang langsung membongkar tempat pakaian yang telah dipakai saat melakukan operasi.
Kau memang tak berguna, Lee Chi Hoon”, timpal Dr. Kang.
Apa cincinnya jatuh ke dalam tubuh pasien saat sedang operasi?
Apa? Apa kau gila?”

Untungnya, cincin tersebut segera ia temukan di tempat pakaian tersebut. Sebagaimana yang ia ingat, cincin tersebut ada dalam saku baju operasi. Dr. Kang pun hampir saja memukulnya sebelum akhirnya dia berlari kabur dengan tersenyum senang. Hahaha!

Usai operasi, Dr. Kang ke ruangan Dr. Pyo dan menggosipkan pasangan tersebut sambil ngemil bersama. Dia tidak habis pikir kesibukan di rumah sakit tidak menghalangi pacar Lee Chi Hoon untuk bisa hamil. Dr. Pyo pun mengatakan bahwa rumah sakit itu luas. Selanjutnya, dia mempertanyakan keberadaan dan kabar dari pria yang Dr. Kang temui, Kapten Yoo.

Bagaimana dengan pria itu? Apa dia sudah menghubungimu?
Belum”, kata Dr. Kang sambil berbalik ke arah komputer. “Sepertinya dia pria yang tak bisa sering telponan.”
Sebenarnya apa pekerjaannya? Tentara, Luka Tembak. Helikopter. Apa dia seorang mata-mata?
Mungkin saja”, balas Dr. Kang yang mendekat dan memandangi layar monitor komputer di depannya.
Kau sedang lihat apa?
Foto pria itu. Hanya ini yang aku punya.”
Sepertinya kau sudah gila.

Dr. Kang hanya tersenyum mendengar Dr. Pyo yang menganggapnya gila karena terus memperhatikan foto X-Ray Kapten Yoo. Menurutku sih, ungkapan Dr. Pyo ada benarnya juga, hehe. Saya sendiri baru tahu kalau ternyata foto X-Ray itu merupakan hal yang romantis bagi seorang dokter kala ditinggal tugas tanpa kabar. :(

Dr. Kang berjalan meningglkan RS tepat saat berita penyelamatan sandera oleh PBB di Afganistan ditayangkan di TV. Dia meminta Dr. Lee Chi Hoon untuk tidak mengganggunya karena ia akan pergi nge-date. Saat sedang merilekskan diri di depan pintu keluar RS, ternyata Kapten Yoo sudah berdiri di depannya tanpa ia sadari. Dia pun langsung menutup mukanya saat melihat Kapten Yoo sedang menatapnya dengan tersenyum. Dia malu karena belum mandi dan bertanya kenapa Kapten Yoo sudah datang sementara janjian mereka masih dua jam lagi.

Bagaimana kabarmu?
Kenapa kau cepat sekali datangnya? Janjinya kan 2 jam lagi. Apa jamku yang salah?
Aku yang memang datang lebih awal. Rasanya aku senang sekali, ada yang menungguku hari ini.”
Tapi, kau boleh datang 2 jam lagi.
Tapi, kenapa kau tak mau menlihatku?
Karena aku malu. Aku tidak pakai make-up. Aku mau pulang, terus mandi dan ganti baju.”
Kau sudah cantik sekarang.
Benarkah? Apa dia serius?”, pikir Dr. Kang. “Apa karena inner beauty.ku ini? Jadi, aku tak perlu mandi?

Kapten Yoo tersenyum dan berkata, “Masuklah. Aku akan mengantarmu pulang.” Dr. Kang pun memandang sebelah mata dan berkata, “Kau pasti tak mau aku tak mandi, kan?” Lalu berlalu menuju mobil Kapten Yoo. Ekpresinya itu membuat Kapten Yoo tersenyum sambil menggelengkan kepala.

Tiba di rumahnya, Dr. Kang mempersilahkan Kapten Yoo masuk. Dia mengatakan kalau ia akan keramas saja. Dan karena ia lapar, ia meminta Kapten Yoo untuk memesan Bimbap. Meskipun Kapten Yoo ingin mentraktirnya di sebuah tempat makan, dia tidak masalah karena baginya sudah cukup ia makan dengan seorang pria ganteng. Mendengar ungkapan Dr. Kang, Kapten Yoo hanya bisa berkata, “Dia memang aneh. Dan juga sangat cantik.”

Saat, Dr. Kang lagi keramas, Kapten Yoo memesan makanan lalu melihat foto Dr. Kang yang tertempel di lemari es. Tanpa sengaja ia juga juga melihat pemberitahuan pemberhentian aliran air yang tertempel di situ. Ternyata, Dr. Kang tidak mengingatnya dan bingung saat tiba-tiba saja air berhenti mengalir. Sementara, dia baru saja mengambil shampoo dan belum membilasnya. Namun, dengan tenang dia keluar dari kamar mandi, berpura-pura merasa segar karena telah keramas. Kapten Yoo terus menatapnya dan mengatakan, “Kau..belum membilas rambutmu kan?” Lalu memperlihatkan surat pemberitahuan pemberhentian aliran air tersebut kepada Dr. Kang.

Dr. Kang tidak menjawab dan berlari menuju lemari es, mengambil 2 botol air dingin. Lalu berlari ke kamar mandi. Kapten Yoo pun meneriakinya.

Air itu kan dingin sekali. Kau tidak mau menghangatkannya dulu?”
“Tidak perlu!”

Ucapannya itu membuat Kapten Yoo lagi lagi tersenyum dengan tingkah anehnya itu. Beberapa saat kemuadian, keduanya lagi menikmati pesanan makanan mereka yang telah datang. Kapten Yoo pun melihatnya dan memebritahukannya bahwa ia ingin bertanya tentang suatu hal. Dr. Kang melarangnya bertanya hingga Kapten Yoo bertanya kepadanya apakah dia tahu apa yang akan Kapten Yoo tanyakan. Ternyata, Dr. Kang melarangnya bertanya karena melihat expresinya, dia merasa akan diejek oleh Kapten Yoo. Padahal tidak demikian, Kapten Yoo ingin bertanya apa Dr. Kang sering memikirkannya atau tidak.

Melihat ekspresimu, terlihat kau akan menegejekku lagi.”
Ekspresi apanya? Ini yang dinamakan ekspresi berkharisma.”
Kau ingin bertanya apa?
Apa kau selalu memikirkanku?
Tentu saja. Kau sendiri?
Aku juga selalu memikirkanmu. Aku kan pria sejati.

Setelah makan, mereka ke bioskop dan menanti film yang akan ditontonya sambil minum kopi. Keduanya juga ngobrol tentang hal yang paling menyenangkan di bioskop dan membahas umur keduanya. Sebelum akhirnya Kapten Yoo menerima panggilan telpon dari komandannya. Mendengar apa yang diucapkan Kapten Yoo, Dr. Kang bertanya dengan tenang apakah telah terjadi sesuatu lagi. Kapten Yoo pun mengatakan kalau dia akan pergi. Dan meminta maaf kepada Dr. Kang. Dr. Kang bertanya, “Apa aku ditinggalkan lagi?” Kapten Yoo pun merasa menyesal dan memintanya untuk menonton lain kali saja.

Aku sungguh menyesal. Kita bisa nonton lain kali saja. Kita bisa pulang sekanrang.”
Tidak, tidak apa-apa. Aku bisa menonton sendiri. Kau bisa pergi.
Jangan begitu! Ayo!
Tidak apa-apa. Kau bisa pergi” kata Dr. Kang yang terlihat kecewa dan melihat ke arah layar.
Aku akan menelponmu nanti” kata Kapten Yoo sebelum berlalu pergi meninggalkan studio bioskop.

Sesaat kemudian, Dr. Kang juga mendapatkan telpon dari Dr. Lee yang meminta maaf karena mengganggunya. Akhirnya, dia juga meninggalkan bioskop dan berlari menuju RS. Ternyata, itu bukan panggilan operasi darurat melainkan panggilan untuk menerima kegagalan. Dr. Kang tidak terpilih menjadi professor meskipun dia telah mengabdikan hidupnya di ruang operasi. Dia harus kembali gagal dikalahkan oleh rekannya sendiri bukan karena kemampuan melainkan karena kekayaan dan status.

Dr. Kang langsung menuju ruang salah satu professor yang telah ia kerjakan makalahnya, yang memberinya harapan bahwa ia akan lulus interview. Dan nyatanya tidak demikian. Dr. Kang kecewa dan kesal dengan alasan-alasan tidak adil yang menggagalkannya. Tiba-tiba Dr. Kim Tan yang telah terpilih menjadi Professor karena koneksi tersebut memasuki ruangan tersebut. Professor kepala langsung mengalihkan pembicaraan dan beranjak pergi mengajak Prof. Kim. Yang diajak malah mengganggu Dr. Kang dengan mengoceh tentang ini dan itu yang semakin membuat Dr. Kang semakin emosi. Akhirnya keduanya pun berkelahi.

Setelah perkelahian itu, terlihat Dr. Kang lagi mempersiapkan diri untuk broadcast menggantikan Prof. Kim sambil menangis. Di sisi lain, juga terlihat Kapten Yoo bersama Tim Alpha telah kembali ke markas dan akan segera istirahat. Tiba-tiba, komandan datang dan memberitahukan bahwa dua minggu lagi, mereka akan dikirim liburan ke Urk selama 8 bulan. Komandan meminta mereka semua untuk bersiap dan mengucapkan salam perpisahan dengan orang terdekat mereka masing-masing, entah itu pacar ataupun keluarga. Kedua anggota Tim Alpha, Harry Potter dan Piccolo terlihat senang dengan berita tersebut. Berbeda dengan Kapten Yoo dan Sersan Seo, yang terlihat kurang senang.

Selanjutnya, Kapten Yoo datang di RS. Haesung dan bertanya kepada Kepala Suster Ha Jae Ah tentang keberadaan Dr. Kang karena telponnya tidak diangkat. Suster Ha Jae Ah menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan, “Dr. Kang, ada di sana” sambil mengalihkan pandangan ke salah satu layar monitor TV. “Sendang siaran langsung.” Kapten Yoo pun mengalihkan pandangannya ke arah monitor tersebut.

Karena tidak bisa bertemu dengan Dr. Kang di RS, dia pun memutuskan untuk menunggu Dr. Kang di depan rumahnya malam harinya. Melihat kedatangan Kapten Yoo, dia tidak jadi masuk ke rumahnya melainkan ke Dal.komm Coffee. Kapten Yoo meminta maaf karena telah meninggalkannya saat itu. Akan tetapi, Dr. Kang tidak membutuhkan maaf, karena yang ia butuhkan adalah penjelasan. Dia pun meminta penjelasan sebelum akhirnya mereka membahas tentang profesi mereka masingg-masing yang tidak memungkinkan keduanya untuk menjalin hubungan dengan lancar.

Aku sungguh menyesal meninggalkanmu seperti itu.
Yang ingin kudengarkan adalah penjelasan, bukannya permintaan maaf. Kau pergi kemana kemarin? Apa kau naik helicopter lagi?
Tidak. Aku tidak pergi jauh. Aku dilarang untuk memberitahu orang lain.”
Begitu ya? Kau bukan mata-mata kan? Hariku sungguh berat hari ini. Tapi, sekarang dan mungkin nanti aku hanya akan memikirkanmu. Kemana pria yang aku suka ini pergi? Apa yang sedang ia lakukan? Tapu, bahkan setelah kita bertemu, kita tidak bisa mengatakan apa-apa karena dilarang.
Maaf.
Apa kau ini Pasukan Khusus?
Semacamnyalah.
Kau bilang kau melakukan pekerjaan buruh. Tapi, kau juga memiliki luka tembak. Itu artinya kau suda tertembak. Jadi, apa kau juga melakukan penembakan? Dan juga, itu artinya kau bisa membunuh ataupun terbunuh. Itu adalah pekerjaanmu kan? Apa kau hanya akan melawan orang jahat? Aku menghabiskan 12 jam sehari untuk berjuang menyelamatkan orang Itulah yang aku lakukan. Aku berjuang untuk kehidupan. Tapi, yang kau lakukan ini adalah melindungi orang lain melalui kematian orang lain juga.” Rentetan pertanyaan dan pernyataan Dr. Kang terhadap Kapten Yoo.
Aku adalah seorang tentara. Tentara harus mengikuti perintah. Terkadang apa yang aku anggap baik itu tidak dianggap baik oleh orang lain. Meskipun begitu, aku harus tetap menjalankan perintah. Selama ini, aku sudah kehilangan 3 kawan selama menjalankan perintah. Alasan kami melakukan apa yang kami lakukan karena itu adalah kewajiban. AKu dan juga keluargaku. Kau dan juga keluargamu. Dan semua orang yang kita sayangi. Aku percaya bahwa aku berjuang untuk perdamaian dan kebebasan tanah air kita.” Penjelasan panjang yang Kapten Yoo ungkapkan kepada Dr. Kang.
Aku adalah seorang doker. Aku percaya bahwa kehidupan itu suci dan taka ada  hal yang bisa menggoyahkannya.
Begitu ya.”

Di akhir pembicaraan itu, Dr. Kang meminta maaf dan berpikir untuk tidak melanjutkan hubungan mereka. Yang ternyata bisa dimengerti oleh Kapten Yoo. Meskipun saya pikir, keduanya tidak menghendaki keputusan tersebut, yang terlihat dari ekspresi keduanya.

Maaf. Sepertinya hubungan ini tidak akan bisa berjalan lancar.
Aku mengerti.
Aku harus pergi.
Senang bisa mengenalmu. Jaga dirimu baik-baik.

Sepulang dari tempat tersebut, Kapten Yoo lagi mandi dan terlihat sedih di hadapan cermin. Lalu datang Sersan Seo. Mereka pun saling bertanya apakah mereka sudah menemui pasangan mereka masing-masing atau belum. Tidak ada jawaban dari keduanya, Sersan Seo menambahkan bahwa wanita di Urk itu juga cantik-cantik bagai artis ataupun penyanyi. Kapten Yoo hanya tersenyum mendengarnya.

Delapan bulan kemudian, mereka bersama Tim Alpha dan tentara biasa lainnya terlihat sedang lari pagi di Urk. Di saat anggotanya sedang menyisir sebuah lokasi di Urk, Kapten Yoo malah sedang duduk menutup mata di mobil seperti sedang menikmati suasana Urk. Lalu Sersan Seo datang mendekat dan bertanya apakah ia sedang tidur. Ternyata tidak, katanya dia sedang merasa bangga dengan profesinya sebagai pasukan penjaga perdamaian. Keduanya pun menikmati minuman mereka masing-masing sebelum mendengar laporan Piccolo yang telah mendeteksi sebuah peledak. Mereka pun langsung mengatasi masalah tersebut tanpa melaporkannya padahal itu adalah masalah yang seharusnya diselesaikan oleh tentara US. Karena tindakan percaya diri mereka itu, Kapten Yoo dan Sersan Seo pun kena marah oleh Letnan Pimpinan di Corps. Taebaek. Keduanya pun dihukum. Hahaha.

Di Korea, terlihat Dr. Kang menikmati kesibukannya sebagai bintang di TV dan dokter yang bertanggung jawab untuk pasien kelas VIP.  Karena kepopulerannya itu, dia pun mentraktir temannya sandwich yang dia beli di Subway Café. Menurut Dr. Song, ternyata dunia memang memang terus berputar dan tidak salah baginya telah menukar pisau bedah dengan mic. Bagi Dr. Kang sendiri, hidupnya memang terus berubah dan itu bisa terjadi dalam sekejap. Saat sedang asyik ngobrol dengan Dr. Song sambil menikmati sandwich, Prof. Kim muncul dengan segala keangkuhannya seperti biasanya yang membuat Dr. Kang meninggalkannya dan menuju ke rooftop RS. Dr. Kang teringat akan segala kenangan kebersamaannya dengan Kapten Yoo.  

Kembali ke Urk, terlihat Kepten Yoo sedang melihat Kim Gi Boem bekerja sebelum akhirnya ia turun tangan karena melihatnya tidak becus dalam bekerja. Akan tetapi, dia sendiri langsung mematahkan sekop dan melukai dirinya sendiri karena tidak berhati-hati menggunakannya. Lalu, muncul Sersan Seo yang mengajaknya pergi minum wine di salah satu bar yang ada di Urk. Di saat ingin menikmati wine mereka, muncul seorang perempuan yang menanyakan pesananya. Terlihat pemilik bar tersebut menyodorkan senjata padanya dan langsung ia tes dengan mengarahkan senjata tersebut kepada Kapten Yoo dan Sersan Seo. Refleks, kedua langsung mengambil posisi tunduk menyerah sebelum Kapten Yoo merebut dan menodongkan balik senjata tersebut kepadanya. Perempuan tersebut pun langsung angkat tangan. Lalu, Kapten Yoo pun bertanya untuk alasan apa dia membeli senjata tersebut. Kata perempuan tersebut, ia tidak membelinya untuk membunuh melainkan untuk melindungi diri. Lalu beranjak pergi. Mereka pun membiarkannya dan bertanya kepada pemilik bar tersebut tentang siapa perempuan tersebut. Sayangnya. Pemilik bar tersebut tidak menjual informasi.

Di kantin RS. Haesung terlihat Dr. Kang bersama dengan Dr. Song, Dr. Lee, Suster Ha Jae Ah dan suster Min Ji sedang makan sambil membicarakan tentang pengiriman relawan ke Urk. Tiba-tiba kepala RS datang menghampiri dan memanggil Dr. Kang. Dia meminta Dr. Kang untuk mengosongkan waktunya dan menemuinya di malam hari. Lalu, pergi. Di malam harinya, Dr. Kang pun ikut dengan kepala RS tersebut dan ternyata ia dibawa ke rumahnya untuk makan malam bukannya di Sky Lounge seperti yang ia katakan sebelumnya. Dr. Kang pun memukulnya lalu pergi meninggalkannya.

Esok harinya, dia menceritakan hal tersebut kepada Dr. Pyo dan khawatir balasan apa yang akan ia terima setelah memperlakukan kepala RS tempatnya bekerja seperti itu. Sesaat kemudian, di ruang konferensi, diumumkan tentang siapa dokter atau tim ahli medis yang akan dikirim untuk menjadi Ketua Tim relawan di Urk. Ternyata, tugas tersebut diberikan kepada Dr. Kang. Baik dia maupun teman kerjanya kaget dengan pengumuman tersebut dan menganggap bahwa hidup itu memang penuh dengan kejutan. Mau tidak mau, tugas tersebut harus ia terima.

Berita pengiriman tim relawan tersebut sampai di telinga Kapten Yoo dan listnya sudah ada di tangan Sersan Seo. Keduanya tahu kalau Dr. Kang adalah ketua Tim Relawan tersebut dan Kapten Yoo yakin kalau Dr. Kang tidak tahu kalau dia telah tinggal dan mereka akan bertemu lagi di Urk. Sersan Seo pun berpikir kalau itu adalah sebuah takdir bagi mereka dengan mengatakan, “Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk bertemu.” Kapten Yoo pun menambahkan pernyataan Sersan Seo tersebut dengan mengatakan, “Ataukah takdir yang kau maksud itu adalah salah alamat. “

Tak lama kemudian, tim relawan tersebut telah tiba di Bandara International Urk dan terlihat kepanasan. Tiba-tiba ponsel Dr. Song berdering dan karena saking kepanasannya, dia tidak fokus dan terlambat menyadari kalau yang sedang ia ajak bicara di telpon tersebut adalah Han Seok Won, kepala RS. Haesung. Dia menelpon Dr. Song karena Dr. Kang tidak mengangkat telponnya. Dia pun selanjutnya berbicara dengan Dr. Kang melalui HP Dr. Song. Dia masih memberikan kesempatan Dr. Kang untuk berubah pikiran tapi tawaran tersebut tidak dihiraukan olehnya. Dia malah merendahkannya dengan kata-kata yang tidak sopan dan mengatakan kalau ia akan mengundurkan diri setelah selesai menjalani tugas sebagai relawan. Anggota timnya yang mendengar Dr. Kang berbicara dalam telpon, kaget dengan respon ataupun perkataan Dr. Kang. Setelah menutup telpon, dia pun memberitahukan timnya kalau sebenarnya dia dikirm menjadi relawan dengan alasan yang sewenang-wenang dari pihak kepala RS.

Saat itu juga, pesawat helikopter yang akan menjemput mereka di bandara telah datang. Dr. Kang berlari mengejar kerudungnya yang diterbangkan angin saat tentara yang menjemput mereka turun dari pesawat. Kapten Yoo yang turunnya belakangan, malah menjadi yang terdepan saat berjalan menuju ke tempat tim medis menungu. Dr. Kang pun melihat Kapten Yoo dan mengingat pertemuan pertama mereka di RS. Namun, tanpa menghiraukannya yang sedang berdiri memandang ke arahnya, Kapten Yoo malah berlalu begitu saja di samping Dr. Kang. Kapten Yoo pun bergumam di dalam hatinya, “Sepertinya takdir pertemuan itu telah salah menghampiri kita.”

To be continued, in the next episode (Episode 3)...!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.