Langsung ke konten utama

MTMA to Bau-Bau: Hari Kedua di Kota Semerbak


Bau-Bau, December 10th, 2015


Tepat jam 05.00 alarm HP saya berbunyi. Saat itu juga saya terbangun. Namun, karena teman-teman masih pada tidur dan saya juga belum bisa shalat, saya kembali tidur. Belum lagi, hawa dingin daripada AC yang sangat mendukung. Untungnya, saya tidur di tempat tidur yang dilengkapi dengan selimut yang bisa menghangatkan tubuh. Berbeda dengan Kak Selvi dan Sukma yang tidurya di kasur yang berbeda dan tidak dilengkapi dengan selimut. Saya bisa membayangkan bagaimana dinginnya mereka yang tidur tanpa selimut. Pasti mereka sangat kedinginan. Namun, meski demikian, mereka juga tidak pernah sekalipun meminta untuk tukar tempat tidur. Hmmm!!! Saya kembali terbangun pada jam 6 lewat dan tidak kembali tidur lagi. Saya hanya stand-by di tempat tidur sambil main HP sembari menunggu teman-teman semua pada bangun. Jam 7pagi, kami semua sudah bangun. Namun, teman-teman di kamar lain masih pada tidur.



Satu hal yang membuat saya tersiksa selama di Bau-Bau adalah tidak adanya signal untuk operator 3. Semenjak malam di saat kami mendekati Pelabuhan hingga hari kedua, saya tidak pernah online. Di hari pertama, saya sempat keluar jalan bersama Athy untuk mencari  penjual kartu data, akan tetapi kami hanya mendapati penjual pulsa. Maka, di pagi hari itu, sebelum sarapan, kami kembali keluar untuk mencari penjual kartu data. Kami jalan ke Lippo Plaza dengan pakaian tidur. Tanpa peduli dengan pakaian kami, kami masuk dan mengelilingi mall orang Bau-Bau yang sempit itu. Lagi lagi, nihil. Yang ada, hanya penjual accecories HP, pernak-pernik, game zone, hypermart, matahari dan beberapa tempat makan yang belum buka. Maklum, kami pengunjung yang kepagian. Tempatnya baru buka saat kami masuk, hahaha. Capek keliling matahari, kami berjalan cari tempat makan. Saat itu, saya mau masuk di salah satu coffee shop yang ada di Lippo tapi belum buka. Alhasil, kami keluar ke Quick Chicken, yang ada di bagian depan Lippo. Kami memesan Chocolate Toast di depan, lalu masuk duduk di dalam. Sebelum duduk, Athy membeli air mineral. Setelah menunggu sambil berfoto selama beberapa menit, pesanan kami tiba. Kami pun menikmati sarapan kami tersebut. Bukannya kami berniat untuk sarapan diluar dan meninggalkan teman-teman sih, tapi karena sudah di luar dan kelaparan. Yah, kami singgah makan. Tujuan awal kami hanya keluar untuk mencari kartu, tapi tidak dapat. Daripada rugi jalan kaki, yah mending sekalian makan. Maaf yah teman-teman!
Nge-Mall with Real Face (read: belum mandi)
Chocolate Tost of Quick Chicken

Sampai di kamar hotel, teman-teman sudah di restaurant. Mereka lagi sarapan bersama. Demi kebersamaan, saya pun turun ke restaurant. Teman-teman sudah hampir semua kelar makannya. Saya pun langsung masuk dan hanya mengambil roti untuk sarapan. Maklum, saya masih kenyang karena makan roti bakar juga sebelumnya di Lippo. Namun, saya tidak memberi tahu teman-teman kalau sebenarnya saya bersama Athy sudah makan di luar. Meski tidak turun ke resto, Athy juga minta di bawakan makanan ke kamar. Sambil cerita, tak terasa roti saya habis. Sebelum kembali ke kamar, kami membawa 3 piring nasi untuk teman-teman yang tidak turun makan. Makanan untuk Athy pun kami berikan semua kepada mereka. Saya bersama Kak Selvi dan Sukma kembali masuk ke kamar kami. Kak Erwin dan Halim juga kembali ke kamarnya, yang berada di sebelah kamar kami.



Tak tahan ingin online, sebelum mandi, saya keluar lagi bersama Athy jalan di sekitar hotel untuk mencari penjual kartu. Kami singgah di setiap warung toserba di sekitar hotel. Kebanyakan dari mereka hanya menjual pulsa data, tapi tidak menjual kartu. Setelah menyusuri jalan yang lumayan jauh, kami diarahkan oleh warga ke salah satu tempat penjual kartu. Dan benar, di tempat itu ada dijual kartu tapi bukan kartu data melainkan kartu simpati biasa. Kami pun memutuskan untuk membelinya. Setelah di registrasikan oleh penjualnya, untuk bisa online, kami pun meminta untuk sekalian diisikan dengan pulsa data yang juga mereka jual. Walaupun mahal, kami tetap beli karena hanya itulah satu-satunya jalan untuk bisa online. Setelah selesai, kami kembali ke hotel. Lumayan juga, jalan kami di pagi itu. Sudah lebih daripada olahraga pagi, hehehe!

Sampai di kamar hotel, saya langsung memasang kartu tersebut. Saya pun akhirnya bisa online. HP saya langsung dipenuhi notifikasi dari berbagai sosmed yang aktif. Setelah HP saya lowbat, saya pun mandi. Siang harinya, Athy pun mulai lapar. Dia meminta saya menemaninya turun makan. Kak Selvi dan Sukma juga minta kami sekalian bertanya apakah ada makan siang atau tidak. Sampai di restaurant, kami bertanya mengenai makan siang. Ternyata, tidak ada makan siang untuk pengunjung hotel yang tersedia. Untuk makan siang, pengunjung harus memesan makanan dan itu berbayar. Athy pun memesan nasi goreng karena lapar. Sambil menunggu pesanannya, dia ikut membantu waitress bekerja sambil cerita. Sementara saya, hanya menunggunya dalam ruangan itu juga sambil meng-charge HP saya. Saya meng-charge sambil online, jadi charge-nya tak kunjung full. Hehehe!

Saat saya asyik online, tiba-tiba salah satu pengunjung hotel mendekati saya. Seorang bapak yang kira-kira berumur 50 tahunan lah. Dia meminta saya memarahi waitress di situ karena pesanannya tak kunjung datang. Saya pun menyampaikan keluhannya itu. Dia kembali menegur saya, katanya bukan begitu yang dibilang marah. Dia meminta saya untuk mengeluh dalam bentakan atau teriakan. Saya pun memberitahunya kalau saya tidak tahu dan tidak bisa melakukan permintaannya itu. Setelah itu, dia pun menanyakan hal lain, seperti asal, ke Bau-Bau ngapaian, kerjaan, gaji pegawai di Indonesia dan sebagainya. Cerita kami panjang kali lebar dari masalah kuliah, kerja dan menikah. Hahaha! Dia ternyata orang jawa, yang ke Bau-Bau karena kepentingan bisnis. Anaknya juga sudah S2 dan kerja di luar negeri dengan gaji USD 50/jam. Oleh karena itu, setelah mendengarkan cerita saya, dia pun menyayangkan sedikitnya gaji yang bisa didapatkan di Indonesia meskipun dengan jenjang pendidikan yang tinggi. Cerita kami berakhir saat pesanan Bapak itu sudah jadi. Tak lama setelah itu, Athy pun selesai makan. Syukurnya lagi, dia tidak membayar makanannya. Dia mendapatkan makanan gratis setelah membantu pegawai restaurant itu bekerja sambil cerita. Baik juga ternyata mereka.

Sampai di kamar, kami memberitahu teman-teman bahwa tidak ada makan siang di hotel. Siang menjelang sore, teman-teman pun sudah mulai kelaparan juga. Untungnya, di kamar sebelah, kamar Abhe, Hendra dan Kak Alam, ada makanan. Kak Selvi pun ke situ, dia makan sate, yang katanya dari Hendra yang habis ke acara kawinan keluarganya. Saya pun sempat mendapatkan satu gigitan dari Kak Selvi.

Di sore hari itu, kami sepakat ingin keluar jalan. Athy pun kembali menghubungi Pak Madong untuk minta mengantar kami jalan-jalan. Pak Madong pun mengiyakan. Kami semua pun siap sedia dan turun menunggu di dekat mobil yang terparkir di depan hotel. Sambil menunggu, kami berfoto-foto lagi. Beberapa menit kemudian, Pak Madong pun datang. Kami sepakat ke Pantai Marina karena malam sebelumnya kami tak melihat apa-apa di Pantai tersebut. 
@ Back Stairs of Mira Htl.
@ Lobby of Mira Htl.
Back View of Mira Hotel
Kami sampai di Pantai Marina di waktu yang tepat, sore hari menjelang matahari terbenam. Kami berfoto-foto di sepanjang pantai tersebut. Teman-teman sampai menyusuri tebing batu yang ada di pinggir pantai untuk berfoto. Mereka mengabadikan indahnya sunset di Pantai Marina. Halim malah sempat mencari hewan-hewan laut sekaligus mandi. Namun, tidak dengan saya dan Sukma. Saya singgah duduk di salah satu rumah-rumah yang ada di pinggir pantai sambil chat. Sukma sendiri, saya kurang tahu dia ngapain waktu itu. Tapi, dia juga tidak ikut hunting foto sunset bareng yang lainnya. 
Nyiur Hijau di Tepi Pantai,,,Hehehe!!!
Beach's Calling :)
So Sweet Pose,,,Hihihi!!!
Kindaaa Gloomy but Nice, Right???
That's what we call "Santai di Tepi Pantai"

Afternoon Relaxation in Marina Beach, Bau-Bau
Hi, I'm Ryanaa and She's Athy
Pose "Takut Basah" :D
Sukmawati (Alumnus of PPs UM) Agussatriana (Alumnus of PPs UNM)
Setelah matahari terbenam, rok saya yang sebelumnya basah juga sudah mongering. Saya pun berjalan menuju mobil. Tak lama kemudian, teman-teman yang lainnya pun datang. Kami meninggalkan Pantai Marina saat magrib. Kami pun singgah shalat di salat satu mesjid yang kami lewati. Berbeda dengan mesjid sebelumnya. Di mesjid tersebut, sudah ada alat shalatnya, tapi hanya satu. Kami pun antri menggunakannya. Teman-teman pun menunggu agak lama hingga kami semua selesai shalat magrib.

Kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Pantai Kamali. Sebelum sampai di Pantai Kamali, kami Athy singgah membeli pulsa di sekitar Mesjid Raya Bau-Bau. Sambil menunggu Athy datang, kami juga turun membeli kripik untuk kami makan di mobil. Setelah Athy kembali ke mobil, kami melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, kami sampai di Pantai Kamali, yang berada tidak jauh dari Pelabuhan. Di Pantai Kamali, kami dapat melihat patung Kepala Naga, pasangan patung Ekor Naga, yang sebelumnya kami kunjungi di depan Kantor Walikota. Tak hanya itu, Pantai Kamali sama halnya dengan Pantai Losari, di Makassar. Pantai yang dipenuhi dengan penjual dan mainan untuk anak-anak. Tak hanya itu, di sekeliling Pantai tersebut juga terdapat berbagai tempat makan seperti KFC, tempat hiburan seperti NAV Family Karaoke, dan toka-toko lainnya. Malam itu, kami berfoto di depan Patung Kepala Naga tersebut, lalu keliling mencari ole-ole untuk dibawa pulang. Namun, saya tidak menemukan hal menarik untuk di beli. Bosan keliling, saya membeli air mineral lalu keluar menunggu teman selesai belanja di depan Patung Kepala Naga bersama Sukma. Setelah menunggu hampir sejam, teman-teman yang lainnya pung datang. Kami pun langsung pulang menuju ke hotel.
We're in Front of "Dragon Head" Statue, Bau-Bau
Namun, kami tidak langsung ke hotel, melainkan singgah lagi di Lippo Plaza Buton. Salah satu senior dari pada Sukma, sudah menunggu di tempat tersebut. Kami semua masuk ke Lippo. Kak Selvi, Sukma, Abhe, Kak Alam dan Hendra masuk sampai ke Matahari. Saya bersama Athy tidak karena kami sudah masuk ke sana di pagi hari. Kami hanya jalan di bagian depan, menemani Halim mencari sandal. Setelah mendapatkan sandal baru, kami masuk ke salah satu tempat makan yang ada di dalam Lippo. Kami memesan makanan karena kami kelaparan, belum makan dari siang hari. Saya memesan soto ayam + air mineral dingin. Athy dan Kak Erwin memesan ayam penyet, Halim memesan bakso. Kami menunggu pesanan kami sambil melihat-lihat dan bercerita. Kak Selvi dan Sukma sempat masuk namun tidak jadi makan. Mereka pun kembali keluar setelah sempat berfoto sebentar. Lama menunggu, pesanan kami tak kunjung datang. Kami pun mulai jengkel. Sungguh, itu sangat lama. Rasa-rasanya, untuk pertama kalinya saya memasuki tempat makan yang membuat menunggu lama begitu. Kurang lebih sejam, baru minuman kami yang keluar, itupun kurang sesuai dengan yang kami pesan. Saya pesan air mineral dingin, yang keluar air mineral biasa. Waduhhhh!
Lippo Plaza Buton
Kak Selvi_Me_Athy and Halim_Kak Erwin
Mirror Selfie :)
Minuman kami sudah setengah, makanan kami belum datang. Betul betul, pelayanan yang sangat buruk. Pesanan saya dan Halim datang duluan. Kami pun makan duluan. Soto ayam mereka jauh berbeda dengan semua soto ayam yang pernah saya makan sebelumnya. Rasanya tidak enak. Isinya pun beda, hanya kol dan tauge. Tidak terlihat ayam di dalamnya. Sayapun hanya makan telurnya. Tak lama kemudian, ayam penyetnya datang. Setelah kak Erwin periksa, dia memutuskan untuk memesan lagi nasi satu porsi. Namun, alangkah jengkelnya kami, hingga makanan kak Erwin hampir habis, nasinya belum keluar-keluar juga. Ternyata, mereka kira kami memesan satu porsi lagi dengan ayam penyet padahal Kak Erwin hanya minta nasi. Betul-betul, kacau mereka. Mereka terlihat ingin marah, sampai mengkonfirmasi berkali-kali pada kami. Namun, karena kami jengkel, kami membatalkan pesanan dan menjelaskan pada mereka. Meski terlihat tidak menerima, mereka tidak bisa memaksa kami untuk membayar pesanan yang batal itu. Lah wong, pihak mereka yang salah dengar. Terlebih lagi, kami sudah dibuat menunggu sangat lama pula. Kami pun membayar makanan lalu meninggalkan tempat tersbut. Dalam hati, saya berpikir bahwa itu adala terakhir kalinya saya makan di tempat tersebut. teman-teman yang lainnya pun berpikir demikian. 
 
Kami keluar dari Lippo dan langsung pulang ke hotel. Kak Alam, Hendra dan Abhe tidak ikut pulang bersama kami karena mereka masih ngopi di coffee shop yang ingin saya masuki di pagi hari namun masih tutup. Tak lama kemudian, kami tiba di hotel. Sebagian teman-teman langsung ke restaurant karena ada makan malam yang telah disediakan dari tadi. Namun, tidak dengan saya dan Athy, kami langsung istirahat tapi belum tidur. Malam itu, saat saya lagi online, Kak Selvi ke kamar sebelah untuk mengambil foto.

Beberapa menit kemudian, saya pun menyusul Kak Selvi. Kami memindahkan foto dari laptopnya ke flashdisk. Namun, itu ternyata memakan waktu yang lama. Tak lama kemudian, Athy juga datang, ikut gabung. Kami pun baring sambil sharing. Sebagian besar mengenai CINTA. Awalnya Athy yang curhat mengenai hubungannya dengan Abhe. Kak Selvi menjadi orang yang mengorek semuanya. Satu per satu diantara kami, mengungkapkan masalah asmara kami, kecuali saya. Saya tidak mengungkapkan apa-apa malam itu karena saya pikir kalau saya tidak punya cerita yang banyak mengenai hal itu. Malam itu, saya hanya menjadi pendengar yang baik. Kata Kak Selvi, saya adalah orang yang mendapatkan banyak hal di malam itu. Itu memang benar, saya tahu semua kondisi asmara mereka, sementara saya sendiri tidak mengungkapkan apa-apa. Bahkan, saat Kak Erwin menanyakan tentang pendapat kami satu per satu menganai apa makna cinta bagi kami, saya speechless. 
Oke...Peace :D
Duck Face of US
Asyik sharing, tak terasa sudah larut malam. teman-teman kembali merasa lapar. Dan, tidak ada snack yang bisa mengganjal perut. Saat itu, Abhe ingin keluar bersama Pak Madong, Athy pun titip makanan. Cerita kami malam itu berakhir di pemaknaan nama kami masing-masing. Tak lama kemudian, Abhe datang dan hanya membeli beberapa bungkus roti dan teh botol. Sepertinya, susah bagi kami untuk mendapatkan aneka jenis makanan di kota Bau-Bau saat larut malam. Berbeda dengan Makassar, meskipun kami keluar jam 1 malam, masih besar kemungkinan untuk mendapatkan makanan yang kami inginkan. Mau tidak mau, malam itu kami mengganjal perut dengan roti seadanya. Kalau saya sih, ngak lapar-lapar amat. Kan sudah makan soto ayam sebelumnya, meskipun ngak enak sih, hehehe. Tak hanya sharing, malam itu, kami juga sempat berfoto ria di depan cermin. Inilah kami kalau sudah menikmati kebersamaan, gagal jaim. All out! Hahahaha!
Nah lohhh,,,Gagal JAIM dehhhh!!!
Selesai berfoto-foto, transfer file pun kelar. Jam sudah menunjukkan pukul 1 lewat. Kami pun kembali ke kamar kami. Saya langsung ke tempat tidur. Kami nonton FTV tengah malam. Namun tak lama kemudian, saya tertidur. Malam itu, Sukma, yang tidak ikut kami ke kamar sebelah, masih melek saat kami kembali ke kamar. Malahan, dia yang paling belakang tidur. Entahlah, apa yang terjadi dengannya. Mungkin sudah ingin pulang ke Makassar. Maybe yaaa,,,hehehe!
 


NB:
Previous story, MTMA to Bau-Bau: Hari Pertama di Kota Semerbak.
Next sory, MTMA to Bau-Bau: Hari Ketiga di Kota Semerbak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.