Langsung ke konten utama

Descendants of the Sun Episode 11

Pada episode sebelumnya (Episode 10), Dr. Yoon dan Dr. Kang memandangi berlian berdarah yang ada dihadapan keduanya sambil menunggu hasil tes darah. Dr. Yoo tidak habis pikir kalau itu adalah berlian berdarah sungguhan. Dr. Kang sendiri berkomentar lain, dia memprediksi harganya dan bertanya apakah Dr. Yoon mau mengambil satu berhubung hanya mereka berdua yang tahu jumlahnya. Dr. Yoon tidak menyangka kalau Dr. Kang akan berpikir demikian. Lalu, Dr. Kang bertanya pada Dr. Yoon tentang pendapatnya jika seandainya keduanya tertular.
“Tapi, bagaimana jika kita positif tertular?”
“Apa kau takut?”
“Kau tak takut, Letnan Yoon?”
“Bukannya aku sudah memberitahumu, hal apa yang paling kutakutkan?:, kata Dr. Yoon sambil mengingat saat ia memberitahu Dr. Kang bahwa ia lebih takut berpisah dengan Sersan Seo dibandingkan memikirkan profesinya.

Tiba-tiba, Kapten Yoo dan Sersan Seo datang dan berjalan ke arah keduanya. Sersan Seo malah langsung masuk ke ruang operasi tersebut tanpa peduli kalau ruangan tersebut sedang disegel. Dia langsung memeluk Dr. Yoon. Dr. Yoon pun berkata,
“Apa kau sudah gila? Keluar dari sini! Aku sedang dikarantina.”
Melihat Kapten Yoo memasuki ruangan tersebut secara perlahan, Dr. Yoon pun menyadari kalau dirinyalah yang positif tertular.
“Sepertinya aku yang positif ya?”, kata Dr. Yoon, yang tidak dijawab oleh Sersan Seo. “Aku sedikit takut sekarang.”
Sersan Seo tak kunjung menanggapi, melainkan meneteskan air mata dalam pelukannya pada Dr. Yoon.
“Sunbae, tolong bawa pria ini keluar!”
“Aku tak akan keluar. Aku akan menemanimu. Aku tak akan meninggalkanmu.”, kata Sersan Seo sambil menangis.
“Karena aku pasien, Sersan Seo dan aku harus berpisah”, kata Dr. Yoon, lalu melepaskan diri dari pelukan Sersan Seo. “Aku telah didiagnosis. Dan, juga ini adalah perintah sebagai seorang tentara. Kumohon keluarlah!”


Dr. Yoon di karantina bersama dengan pasien Manajer Jin. 
"Apa yang akan terjadi pada Myeong Ju?", tanya Sersan Seo pada Dr. Kang yang sedang mengobatinya. Kudengar tingkat kematiannya lebih dari 50%. Kudengar itu sama saja dengan Ebola, iyakan?"
"Iya, benar."
"Apa dia akan mati atau hidup?"
"Tidak ada kepastian 100% dalam kedokteran.  Tapi, dalam kasus pasien muda dan sehat seperti Letnan Yoon, persentase kematiannya akan menurun. Karena sistem kekebalan tubuhnya bagus."

Dr. Kang bercerita dengan Kapten Yoo setelah mengobati Sersan Seo. Kapten Yoo pun bertanya tentang apa yang dijelaskan oleh Dr. Kang.
"Sitokin badai? Bukannya dia masih muda dan sehat, dan sistem kekebalan tubuhnya bagus?", tanya Kapten Yoo.
"Itulah masalahnya. Sistem kekebalan tubuh baguslah yang membawa masalah."
"Lalu apa yang bisa kita lakukan? Apa tidak ada cara lain?"
"Aku akan berusaha untuk melakukan yang terbaik. Aku akan berusaha untuk tidak kalah. Karena bertarung dengan virus merupakan peperangan bagi dokter." Jelas Dr. Kang.
"Dia akan semakin yakin karena temannyalah yang mengobatinya", kata Kapten Yoo.  

Dr. Kang pun memberikan penyampaian dan himbauan kepada seluruh tim medis terkait dengan virus M3 tersebut. Dia menjadikan medicube sebagai tempat penanganan dasar daripada virus M3 dan ICU sebagai fasilitas karantina. 

Begitupun dengan Kapten Yoo, yang menghimbau kepada seluruh prajurit untuk mengikuti aturan karantina dibawah pengawasan tim medis dan memperhatikan keberhasilannya, agar penyebarannya dapat dihentikan. 

Keduanya juga menghimbau kepada semuanya agar tidak lengah dan takut karena tim medislah yang berkewajiban mengobati pasien. Oleh karena itu, tanpa rasa bimbang, keduanya meminta untuk melakukan tugas sebaik mungkin.

Suster Ha datang untuk memeriksa Dr. Song dan juga membawakan Notebook yang dia minta. Suster Ha pun bertanya, mau dia apakan NB tersebut. Dr. Song mengatakan kalau dia akan main game karena merasa bosan. Setelah diperiksa, demam Dr. Song tidak turun. Lalu, Suster Ha memberikan suntikan. Keduanya pun membahas tentang kemampuan menyuntik Suster Ha tersebut. Melihat dia perlakukan dengan lembut, Dr. Song berpikir kalau Suster Ha menganggapnya akan mati. Suster Ha pun langsung memukulnya dan mengatakan kalau Dr. Song lagi menghayal. Lalu, pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Sersan Seo mengurung diri di tempat penyimpanan, dimana Kapten Yoo pernah ditahan sebelumnya. Katen Yoo datang mengunjunginya dan berbicara padanya dari luar.
"Aku bosan sekali di sini!"
"Aku juga merasa bosan sekali. Maaf", kata Sersan Seo dari dalam.
"Jika kau memang menyesal, keluarlah hidup-hidup. Tak apa jika kau melakukan kesalahan. Kau hanya perlu tetap sehat saja."
"Bagaimana dengan Myeong Ju? Dia baik-baik saja?"
"Dia masih belum jadi pasien dan dia itu adalah dokter. Dia sibuk mengobati Manajer Jin dan juga dirinya sendiri. Dan, kau sendiri, Sersan Seo?" 
"Tolong katakan padanya bahwa aku baik-baik saja dan tak perlu khawatir."
"Dia ada di saluran 3", kata Kapten Yoo sambil menyelipkan Walkie-talkie pada Sersan Seo melalui jendela. "Cepat bicaralah padanya! Aku membayar utang karena telah membiarkan Dr. Kang menjengukku dulu."
"Terima kasih", blas Sersan Seo, yang kemudian dijawab oleh Kapten Yoo dengan mengatakan kalau dia pergi dulu.

Sersan Seo langsung menekan saluran 3 dan terdengar kalau itu adalh Dr. Yoon. Dia meminta Sersan Seo menjawab kalau dia dengar. 
"Roger", kata Sersan Seo.
"Oh, jadi ini adalah panggilan Seo Dae Young."
"Bagimana kabarmu?"
"Aku merindukanmu."
"Apa kau sudah makan?"
"Aku merindukanmu", jawab Dr. Yoon. "Bagaimana kabarmu?"

Karena Sersan Seo tidak langsung menjawab, Dr. Yoon mengatakan kalau Sersan Seo itu bodoh.

"Aku merindukanmu", jawab Sersan Seo, akhirnya.
"Kau...sudah makan?"
"Aku merindukanmu."
"Aku tahu."
"Apa kau sedang menangis?"
"Apa kau masih ingat? Saat kita bertemu untuk kedua kalinya, dress putih yang kupakai. Kau mengataiku bahwa pakaianku itu seperti Hantu Perawan. Saat aku mengingatnya sekarang, apakah baju itu adalah pertanda? Jika aku mati sekarang, aku akan menjadi "Hantu Perawan". Tidak adil sekali." Jelas Dr. Yoon dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kau seperti malaikat. Yoon Myeong Ju adalah seorang malaikat saat dia masuk dalam hidupku. Kau harus tahu itu."
"Kau jadi romatis begini saat aku sedang sakit", kata Dr. Yoon sambil menahan tangis.

Setelah menutup pembicaraan mereka, Dr. Yoon bergumam, "Tapi hantu perawan maupun malaikat, dua-duanya sudah meninggal." Keduanya, terlihat menundukkan kepala dalam kesedihan di tempat masing-masing.

Dr. Kang mengubungi seseorang dan mengatakan kalau dia akan mengkarantina Medicube hingga hasil tesnya keluar. Dia akan melakukan rawat jalan di klinik sementara. Lalu menanyakan kapan vaksin yang ia minta akan sampai. Yang dia telpon, ternyata Dr. Daniel. Dr. Daniel mengatakan kalau dia sudah mengirim permintaan akan vaksin tersebut dan paling lambat akan tiba besok malam. Selanjutnya, Dr. Daniel menanyakan siapa saja orang yang telah berinteraksi dengan pasien. Dan, itu terjawab oleh penyataan Kapten Yoo pada Letnan Kolonel, bahwa dia telah menangkap semua orang yang telah membantu Manajer Jin kabur dan menyerahkannya pada PBB untuk dikarantina.

Letnan Park mempertanyakan kondisi Dr. Yoon dan meminta Kapten Yoo untuk mentransfernya ke RS Amerika Serikat. Namun, Kapten Yoo menolak karena medicube telah dijadikan sebagai pusat karantina untuk menangani virus M3. Oleh karena itu, pasien tidak bisa ditransfer. Dia terus memberikan pernyataan yang akhirnya membuat Letkol menyerah dengan perintahnya tersebut. Dia pun meminta Kapten Yoo beserta anggotanya untuk tidak tertular virus tersebut. 

Di Korea, RS. Haesung, beberapa dokter dan tim medis lainnya sedang melihat berita virus M3 yang melanda Mowuru. Dari berita tersebut, disebutkan juga bahwa tedapat dua orang yang warga Korea telah dikonfirmasi, terkena virus M3, dengan jenis kelamin pria dan wanita. Dr. Pyo, Dr. Jang, dan dokter yang baru kembali dari Urk langsung mengambil handphone dan menghubungi rekan mereka. Dr. Pyo mengatakan kalau dia akan menghubungi Dr. Kang. Dokter yang baru kembali dari Urk mengatakan kalau dia akan menghubungi seniornya, Dr. Song. Namun, keduanya tidak terhubung, Dr. Kang tidak mengangkat telponnya sementara handphone Dr. Song tidak aktif. Dr. Jang sendiri berhasil terhubung dengan seseorang. Dr. Pyo dan dokter yang menghubungi Dr. Song serentak bertanya padanya, "Apa Dr. Lee Chi Hoon mengangkatnya?" Namun, ternyata Dr. Jang berbicara dengan ibu mertuanya, orang tua Dr. Lee.  

Kepala RS pun bingung dan kesal karena timnya tidak kembali pada pesawat yang sebelumnya dan memilih tinggal di Urk. Orang tua Dr. Lee pun datang mengomelinya. Dia memintanya untuk segera ke Urk menjemput tim medis. Namun, Han Soek Won mengatakan kalau itu tidak mungkin karena Urk sendiri sedang terkena virus. Ibu Dr. Lee pun mengancamnya kalau ia tidak segera mengembalikan Dr. Lee dengan selamat dalam waktu 24 jam. JIka tidak, dia akan memutuskan hubungan dengan orang tua kepala RS tersebut. Han Soek Won pun berlari membujuknya.

Saat itu, Dr. Pyo mendapatkan SMS dari Dr. Song, yang meminta bantuannya.

"Dr. Pyo, ini aku. Tolong bantu aku! Ada bebrapa jurnal kedokteran lama yang tidak ada di internet."
"Akan membutuhkan waktu lama untuk di scan, jadi aku memfotonya saja", balas Dr. Pyo sambil memfoto beberapa jurnal dan mengirimkan pada Dr. Song melalui HP.

Dr. Song pun langsung menerimanya, dan membuat catatan terkait dengan jurnal tersebut. Dia melakukan semua itu sambil merawat dirinya sendiri. Tirai plastik bening yang mengelilinginya pun penuh dengan catatannya tersebut. Layaknya sebuah medical mading

Kang Min Jae yang datang bersama Kim Gi Boem kaget melihatnya. 

"Ini semua apa?", tanya Kang Min Jae.
"Wow, apa dokter masih tetap belajar bahkan saat sakit?", tanya Kim Gi Boem.
"Bukannya tentara juga tetap berperang walaupun terluka?", komentar Dr. Song sambil mengunyah almond.

Kim Gi Boem pun membenarkan hal tersebut. Lalu, dia bertanya apakah Dr. Song lapar dan ingin almond lagi. Dr. Song mengatakan tidak. Dia hanya penasaran dengan penyakit tersebut (virus M3), makanya dia makan. Baginya pelajaran itu membutuhkan stamina, layaknya sebuah perang. Dia pun berterima kasih pada Kim Gi Boem karena makanannya enak, Kim Gi Boem sendiri berharap semoga Dr. Song berhasil memecahkan masalah penyakit tersebut.

Keduanya beralih ke Dr. Yoon. Kang Min Jae mengambil piring makanan Dr. Yoon. Sedangkan Kim Gi Boem, merapikan tempat tidurnya. Sebelum keluar, Kang Min Jae bertanya tentang apakah Manajer Jin bisa selamat atau tidak pada Dr. Yoon. Dr. Yoon pun menjelaskan kalau dia sudah sadar, namun pernapasannya tidak stabil, dan kemungkinannya kondisinya akan memburuk beberapa hari lagi. Setelah itu, mereka membahas tentang harga berlian yang dikeluarkan dari perut Manajer Jin.

Dr. Kang sedang memijit betisnya sebelum Kapten Yoo datang. Keduanya membahas tentang hasil tes darah dan bercanda tentang tipe darah Dr. Kang.

"Kapan hasil tes darahnya keluar?", tanya Dr. Knag.
"Mereka bilang besok sore. Mereka akan mengirimnya via fax besok", jawab Kapten Yoo.
"Syukurlah, prosesnya lebih ce[at dari yang kupikirkan."
"Ya. Mengenai tes darah, apa tipe darahmu?", tanya Kapten Yoo.
"Maksudmu, tipe idealku?", tanya balik dari Dr. Kang yang membuat Kapten Yoo tertawa.
"Lakukan lagi."
"Tipe yang cantik?"
"Lakukan sekali lagi!"
"In Hyeong?", kata Dr. Kang sambil berpose cute dan mengedip-negdipkan mata.
"Aku kalah, aku kalah!", kata Kapten Yoo sambil tertawa, dia sudah menyerah dengan candaan Dr. Kang.
"Aku akhirnya bisa melakukan candaan yang biasa kau lakukan", kata Dr. Kang. "Aku bisa melakukan apa yang bisa kau lakukan. Jangan khawatir!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.