Langsung ke konten utama

Being a Civil Servant Officially

Penerimaan SK PNS

Pegawai Negeri Sipil atau PNS di keluarga saya merupakan impian yang sangat didambakan, bisa dikatakan cita-cita dari sejak duduk di bangku sekolah. Alasan utamanya ya mungkin karena orang tua berprofesi sebagai PNS. Meskipun pada dasarnya mereka tidak pernah juga memaksakan kehendaknya pada saya ataupun adik-adik saya. Terlebih sekarang ini, PNS bukan lagi cita-cita kekinian. Ada banyak jenis pekerjaan dengan penghasilan yang jauh lebih menjanjikan.

Alhamdulillah, setelah mengenyam pendidikan hingga di tingkat pendidikan tinggi, yang kemudian dilanjutkan dengan sharing apa yang telah saya dapatkan selama ±3 tahun pada salah satu PTS di kota Makassar, akhirnya saya pun lulus seleksi dan menerima SK CPNS pada Juni 2019. Eits, jangan salah sangka dulu, saya tidak lulus dalam satu kali daftar. Jalan yang saya lalui tidaklah semudah itu. Cerita terkait perjuangan saya untuk bisa lulus seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) bisa Anda baca selengkapnya di sini.

Sesuai namanya, Calon Pegawai Negeri Sipil, artinya saya masih calon, belum bisa disebut sebagai PNS. Saya masih selangkah lagi untuk sampai di titik itu. Setiap CPNS harus melewati masa percobaan dan lulus pelatihan dasar (Latsar), yang dulunya dikenal dengan istilah prajabatan. Oleh karena itu, sejak resmi bertugas TMT 1 Juni 2019, saya bersama teman-teman CPNS sangat menantikan informasi terkait jadwal pelatihan tersebut. Namun, hingga akhir tahun, saya belum juga menerima surat tugas untuk mengikuti pelatihan dasar. Memasuki tahun 2020, pandemi pun melanda berbagai negara, termasuk Indonesia.

Pada Juni 2020, tepat satu tahun masa percobaan telah saya lalui dan belum ada kejelasan mengenai latsar akan seperti apa. Hingga akhirnya kami akan diikutkan pada penyelenggara latsar di Kendari, Sulawesi Tenggara. Namun, mengingat tingginya angka covid-19 saat itu di daerah tersebut, sebagian besar dari kami merasa khawatir dan mengajukan permohonan agar tidak diikutkan ke sana. Pihak kampus pun menyetejui permohonan kami dan mencoba untuk mencarikan solusi terbaik. Minggu ke-3 Agustus 2020, informasi latsar keluar dan kami diikutkan pada Latsar Daring yang diselenggarakan oleh PPSDM APARATUR dan GEOMINERBA Bandung. Sebelumnya, kami juga telah mengikuti proses Penilaian Kompetensi Teknis Bidang Tugas (PKTBT) Kemdikbud secara daring.

Latsar daring untuk CPNS UNTAD terbagi menjadi tiga angkatan, syukurnya saya masuk pada Gelombang 3 Angkatan XVII yang pesertanya 100% adalah dosen UNTAD. Untuk teman-teman yang masuk dalam Angkatan XVI & XVIII bergabung dengan CPNS dari berbagai universitas lainnya. Kegiatan tersebut terbagi menjadi 3 tahap yang berlangsung pada tanggal 24 Agustus – 16 November 2020.

Tahap pertama adalah On Campus I, dimana kami mengikuti kegiatan belajar, diskusi, dan kuis secara daring yang berlangsung dari pukul 08.00 – 18.00 WITA. Kegiatan belajar menggunakan aplikasi Zoom Meeting, yang tentunya kami diwajibkan on-cam, bepakaian rapi (kemeja putih), dan mengisi daftar hadir setiap harinya. Untuk komunikasi terkait lainnya dilakukan melalui WhatsApp Group. Untuk setiap materi diklat, kami diwajibkan untuk membuat learning journal yang kemudian disubmit pada Learning Management System yang tersedia. Hal inilah yang kadang membuat saya harus begadang agar bisa selesai hari itu juga. Karena jika saya tunda, maka akan semakin menumpuk, sementara kegiatan berlangsung terus-menerus dengan materi yang berbeda-beda.

Sebelum tahap pertama berakhir, terdapat evaluasi akademik terkait materi diklat yang telah dipelajari dalam bentuk multipe choice dan case study serta evaluasi Rancangan Aktualisasi (RA) yang akan direalisasikan pada tahap selanjutnya. Saya bersama Sari sepakat untuk mengerjakan evaluasi akademik di rumah Uni yang menggunakan WiFi karena khawatir akan terputusnya koneksi internet kami saat sedang mengerjakan ujian jika menggunakan hotspot dari smartphoneDalam menyusun rancangan aktualisasi (RA), kami dibimbing oleh seorang coach yang merupakan seorang Widyaiswara yang ditunjuk oleh penyelenggara pelatihan serta seorang mentor yang ditunjuk dari institusi kami. Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Proses bimbingan berlangsung beberapa kali sebelum akhirnya rancangan kami disetujui untuk diuji secara daring. Luckily, seminar RA saya berjalan dengan baik dan lancar.

Tahap kedua adalah Off Campus, yang lebih sering disebut dengan masa aktualisasi atau habituasi. Dalam hal ini, kami dikembalikan ke instansi untuk mengaktualisasikan rancangan kami. Kami memiliki kartu bimbingan, yang menggambarkan dengan jelas seluruh kegiatan kami selama masa aktualisasi, yang ditandatangani oleh mentor dan coach. Setelah semua kegiatan yang ada pada rancangan terlaksana, kami pun menyusun laporan aktualisasi dibimbing oleh coach dan mentor, yang akan kembali dipresentasikan dan diujikan pada tahap selanjutnya.

Tahap terakhir adalah On Campus II, dimana kami kembali nge-zoom. Sebelum ujian atau seminar, kami mendapatkan kesempatan untuk presentasi laporan dengan coach masing-masing. Saat seminar laporan aktualisasi, saya bersama Sari dan Kak Dewi, memilih untuk ke rumah Uni. Kami berkumpul di sana, nge-zoom menggunakan laptop masing-masing. Seminar laporan aktualisasi (LA) seluruh peserta di Angkatan XVII berakhir di sore hari dan sebagai kenang-kenangan tak lupa pula kami mengabadikan selesainya seluruh rangkaian proses latsar daring dalam bentuk foto. 

Seminar Laporan Aktualisasi

Di akhir tahun, kami menerima Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP) atau sertifikat Latsar yang dikirimkan melalui e-mail masing-masing peserta. Sertifikat tersebut merupakan salah satu berkas yang dibutuhkan untuk pengajuan SK PNS (100%). Berkas lainnya adalah surat keterangan sehat yang diperoleh melalui medical check-up. Saat itu, berhubung lagi libur semester dan ingin kembali ke Makassar, jadi kami sepakat untuk minta surat pengantar ke salah satu rumah sakit yang terletak di Kota Makassar.

Tanggal 2 Januari 2021, saya tiba di Makassar. Esoknya, kami ke rumah sakit yang sesuai dengan surat pengantar. Namun, tidak semua hasil pemeriksaan keluar di hari yang sama. Alhasil, kak Dewi kembali lagi pada hari berikutnya untuk mengambil hasil Rontgen Thorax pada bagian Radiologi. Selanjutnya, berkasnya dikirim ke Sari yang sudah pulang ke Soppeng terlebih dahulu. Setelah semua berkas kami lengkap, Sari mengirimnya ke Palu dan dikumpul ke kepegawaian universitas.

Saya bersama Sari stay di Sulawesi Selatan hingga kami mendapatkan undangan untuk mengikuti kegiatan penerimaan SK PNS. Tanpa pikir panjang, kami pergi Tes Antigen sebagai salah satu syarat perjalanan lewat udara dan memesan tiket pesawat melalui Traveloka. Akhirnya, setelah penantian panjang yang hampir 2 tahun, SK PNS sampai juga di tangan. Since March 2021, I was officially a civil servant (100%).

Lesson Learned:

  • Masa CPNS; untuk bisa sampai di titik akhir sebuah impian, terkadang waktu yang kita tempuh berbeda dengan orang lain. Ada yang hanya perlu melalui masa CPNS nya  ±1 tahun, seperti adik saya yang juga lulus di tahun yang sama dengan saya. Ada pula yang sangat lama seperti yang saya alami, but I was still grateful because it's well done.
  • Proses pelatihan dasar (latsar); ada yang proses latsarnya offline di kota yang sama dengan instansi jadi bisa keluar masuk asrama setiap akhir pekan, ada juga yang offline di luar kota yang membuatnya harus berkali-kali naik pesawat karena prosesnya bertahap. Namun, yang saya lalui berbeda, latsar daring (online) dan tentunya dengan aturan yang berbeda. Mata diklat "Bela Negara" yang seyogyanya di lapangan, saya lakukan di depan laptop. Silahkan Anda bayangkan seperti apa jadinya, hehe! Tentunya, terdapat sisi positif dan negatif nya masing-masing. Proses itu hanya bisa kita lalui sekali, so we just need to do our best.
  • Jika pada umumnya, orang ikut pelatihan dasar, akomodasi dan transportasi dalam bentuk penginapan, makanan, seragam, dan obat-obatan, ditanggung semua. Untuk saya yang latsar daring, tentunya tidak mendapatkan akomodasi penginapan dan makanan. Namun, kami tetap mendapatkan supply obat-obatan lengkap serta perlengkapan lainnya seperti seragam, tas, notebook, name tag. Karena kegiatan mengharuskan kami online dalam kurung waktu berjam-jam, kami juga mendapatkan dana kouta internet yang ditransfer ke rekenening masing-masing peserta. So, never compare your experience with others, we have our own story, and it's all impressive.

 One of my dream, being a civil servant (lecturer), check!

All praises are to Allah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.