Langsung ke konten utama

Hari-Hari TersulitKu di 2012


Musibah Kembali Menyapa

Hari jumat, 9 Maret 2012, saya terbangun subuh2 dan langsung mengambil  air wudhu untuk menunaikan shalat subuh. Usai shalat subuh, saya langsung mandi, pakaian, dan menyiapkan barang2 yang mau saya bawa ke sekolah. Akan tetapi, saat saya siap mau berangkat, tiba2 adek saya meminta saya untuk menunggunya. Kita berangkat sama-sama saja karena sebentar lagi, dia juga akan berangkat ke kampus. Yaa….saya pun menunggunya karena masih menungkinkan juga kalau saya berangkat sama-sama. Mandi dan pakaiannya juga sebentar. Tak lama kemudian, kita berangkat bersama dan tak lupa pamit sama ayus yang masih di rumah kerja tugas. Sekitar jam setengah 8 kami berangkat, akan tetapi ngak sampai 500 m dari rumah, saat motor belok di depan rumah bertingkat tak jauh dari rumah, tiba2 ban motor lengser sedikit dan saya pun tak mampu menahan diri. Saya terjatuh dengan sendirinya dari motor, sementara motor tetap jalan.melihat saya terjatuh dan saya tak mampu bangun karena saya pusing, adik saya langsung menghentikan motor dan menolong saya.
Saat itu, saya sangat pusing dan tak mampu langsung bangun dari posisi jatuh. Saya hanya mampu mengatakan “ astagfirullah al adzim”. Setelah beberapa menit, baru lah saya duduk dibantu oleh adik saya. Dengan agak pusing, saya langsung meraih handphone dan mengaktifkannya karena ingin menghubungi Ibu Guru Pamongku di SMAGA. Akan tetapi, saya juga tak berdaya lagi dan tak menemukannya. Akhirnya, adik saya langsung mengambil alih HP saya dan menanyakan siapa nama beliau yang tersave. Tak lama dia mencari di daftar kontak, dia pun menemukannya dan langsung menghubunginya. Setelah itu, dia meminta saya untuk kembali ke rumah kalau sudah tidak pusing lagi. Dengan tergopoh-gopoh, saya berusaha untuk jalan kembali ke rumah. Tak lama kemudian, saya sampai di rumah dengan pakaian yang kotor karena pasir bercampur tanah dan basah. Melihat saya sampai dengan pakaian begitu, ayus keluar dari kamar dan menanyakan ada apa dengan kami. saya pun memintanya untuk membantu melepaskan blazer dan jilbab saya yang kotor dan basah juga. Sementara, adik saya mengatakan kalau saya terjatuh dari motor dan juga menghubungi orang tua saya, memberitahukan juga kejadian tersebut. Saya pun terbaring, merasakan kesakitan di kepala bagian kanan, telapak kanan dan kaki saya yang luka-luka ringan. Namun, saya merasa kalau bahu kanan saya, tepatnya pertengahan pundak sakit sekali padahal tak ada luka maupun  bengkak. Tapi, saat saya menggerakkannya, saya tak mampu menahan sakitnya. Yaaa…..lengan kanan saya tak mampu digerakkan, saya kesulitan untuk baring menghadap kanan dan menoleh ke kanan. Akhirnya, saya baring dengan telentang dengan meluruskan tangan kanan ke bawah karena tak mampu di gerakkan dan sangat skit kalau di rubah posisinya. Dan parahnya, saat saya baring, saya tak mampu lagi bangun. Saya kesakitan, dengan susah payah saya berusaha bangun, namun nihil. Saya tak mampu lagi bengun tidur sendiri. Adik saya pun membangunkan saya dan menyuruh saya minum segelas air putih untuk menghilangkan rasa kaget. Setelah itu, saya kembali baring dan menyuruhnya untuk ke kampus saja tanpa menunggu saya.

Begitu adik saya pergi, ayus juga kembali masuk ke kamar untuk melanjutkan mengerjakan tugasnya. Saya berusaha mengubungi teman2 dekat saya. Saya menghubungi yani untuk menanyakan ada tidak tukang urut yang dia tahu mampu menangani masalah saya tersebut. Dia pun menjawab telpon saya dengan salam dan bertanya ada apa. Saya pun menceritakannya kalau saya terjatuh dari motor dan kesakitan pada bahu, dan saya butuh tukang urut segera. Dia pun mengatakan iya dan akan segera menemuinya. Pembicaraan pun saya akhiri. Tak lama kemudian, dia kembali menghubungi saya dengan menggunakan nomornhya Yana. Dia mengatakan kalau beliau ragu bisa menolong saya. Jadi, dia memutuskan untuk segera menjenguk saya di BTP bersama Ari. Saya bilang kalau merepotkan Ari, ngak usah tapi dia tetap bersikeras dan mengatakan tidak apa-apa. Saya pun mengiyakannya dan mengucapkan terima kasih sbelumnya. Telpon pun saya tutup dengan ucapan salam.

Setelah itu, saya menghubungi Yus untuk memberitahukan kondisi saya. Karena pada hari itu, Yus tidak pulang dan bermalam di kozandnya Fibho. Setelah menunggu beberapa detik, dia pun menjawab telpon saya. Saya langsung mengatakan kalau saya kecelakaan. Namun, entah mengapa di saat bertanya-tanya tentang kronologisnya dan luka-luka saya, saya tak mampu menjawabnya dengan baik. Saya menangis dan tak mampu menjelaskannya dengan suara yang baik. akhirnya, dia bilang, “Tunggu maka, pulang ka sekarang, jangan maka mandi. Langsungka meluncur ke sana”. Saya pun menutupnya dengan mengatakan “yaa….hati-hati”. Dalam hati saya, cukup mereka berdua saja yang tahu. saya tidak menghubungi teman-teman saya yang lain. Tak lama kemudian, mama saya menelpon untuk menanyakan bagaimana konndisinya, parah tidaknya, atau sekalian pulang saja. Saya hanya bisa menjawabnya disertai tangis yang tak tertahankan dengan mengatakan “Sakiiiitt,,,,maaaa….tidak bisa saya gerakkan lengan saya karena sakit. Bagaimana caraku pulang, jauh, pasti kesakitan tong jaqiy di jalan.” Setelah mereka tutup telpon. Beberapa menit kemudian, kiki datang dan melihat saya baring dengan pakaian kotor. Dia langsung bilang, “ kenapa ki,,,??? Kecelakaaa ki…??? Dimana??? Kapan??? Bagaimana ma ki??? Dengan seadanya saya menjawab.

Tak lama kemudian, Yus datang. Dia langsung melihat saya dan menanyakan dimana-mana saja yang sakit. Dia bilang sebaiknya kita ke ruumah sakit saja, Yani menunggu di sana. Saya pun mengiyakannya dan saat itu juga dia menghubungi taxi. Kami menunggu sampai waktu shalat jumat masuk, tak satu pun taxi muncul. Dia pun menyuruh Ayus untuk keluar mencari Taxi, namun karena hujan, kami pun menunggu hujan reda. Setelah agak reda, Ayus keluar dan ternyata tidak ada taxi yang dia temukan. Karena dia haid dan mungkin bocor, jadi dia pulang secepatnya dan tidak berjasil menemukan Taxi. Akhirnya, Yus menghubungi kia, menceritakan apa yang terjadi dan meminta bantuannya untuk mencari Taxi dan menjemput kami di BTP AF. Tapi, memang tidak ada, adanya di bagian depan BTP dan tidak bersedia menjemput sampai di BTP bagian belakang. Jalan satu2nya, kia menahan Taxi di depan SMP 30 dan meminta saya untuk berusaha dibonceng saja sampai SMP 30. Yaa…saya bertiga Kiki dan Yus keluar naik motor. Dengan menahan sakit, saya pun bersedia dibonceng keluar. Pakaian saya, jangan di tanya, kacau sekali. Hanya pakai training biru SMANSA WTP, kemeja putih dan tanpa jilbab. Rambut diikat ikal dan tidak rapi lagi. Kentara kalau lagi sakit. Hmmmm!!!!!!!!

Saat sampai di perempatan di sekitar SMP 30, Taxi sudah menunggu dan saya pun langsung masuk bersama Yus. Diikuti oleh Kia di belakang, Taxi melaju dengan perlahan karena saya kesakitan kalau balap2 dan melalui jalan yang berlubang. Begitu, angka di argo menunjukkan 9000an, kami sampai dan turun tepat di depan pintu masuk ruang UGD Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo. Akan tetapi karena kelamaan menunggu kami, Yana-Yani pergi makan terlebih dahulu karena mereka lapar. Saat saya, duduk di tiang, saya melihat Kia datang dari arah kiri setelah memarkirkan  motornya di tempat parkir, yang lumayan jauh dari pintu UGD. Kami menunggu Yana-Yani bersama, namun karena kelamaan, akhirnya saya langsung masuk tanpa daftar. Saat saya masuk, ditanya sebentar kenapa, dan di suruh tunggu sebentar. Yus dan Kia disuruh untuk daftarkan saya terlebih dahulu. Saya pun menunggu di dalam. Tak lama kemudian, ranjang yang akan saya tempati datang dan saya langsung di dorong ke salah satu ruang tindakan, di sekitar pasien2 yang lagi di tindaki. Tak lam kemudian, teman-teman saya Kia, Yana-Yani, dan Yus masuk melihat saya. Dokter pun datang memeriksa saya. Menanyakan kronologis kejadian, waktu dan tempat serta kesakitan dibagian mana. Hasil diagnose awal, kemungkinan patah tulang Klatikula. Dia pun mengambilkan saya mitella dan obat penahan nyeri karena menunggu pergantian shift baru ditindaki. Sambil menunggu proses administrasi juga karena saya tidak akan ditindaki kalau administrasinya belum selesai. Dia memasangkan mitella dan juga memberitahukan jalan keluar yang biasa mereka tempuh untuk pasien yang mengalami luka seperti saya. Hanya ada dua pilihan, “Konservatif atau Operasi”. Saya kaget seketika, tapi dia menenangkan saya dengan mengatakan, “tapi tungguu kami foto dulu untuk mengetahui kepastiannya”. Dokter tersebut meninggalkan kami. beberapa saat kemudian, karena kami terlalu banyak di dalam, dia meninta sebagian dari kami keluar. Teman saya juga meminta untuk membtalkan daftar secara umum dan menggantinya dengan menggunakan askes. Akan tetapi saya lupa membawa identitas saya semua, jadi Yus menghubungi Ayus untuk membwakan kami sekalian karena dia juga mau keluar menuju kampus. Dengan susah payah dia mencari karena saya menyimpannya di tempat yang berbeda semua. Kami pun menunngu lama baru ditindaki karena proses administrasi yang lama. Sekitar jam 2 lewat, barulah saya ditindaki. Saya di dorong teman2 ke ruang foto konvesional dan di minta buka BraceHolder. Dengan segala taktik yang kami gunakan, saya membukanya dibantu teman tanpa sarung, hanya dengan selendang. Setelah selesai, saya diminta keluar dan menunggu dokter di depan pintu. Setelah selesai, saya kembali di dorong ke tempat semula dan tak lama kemudian, hasil foro Ronsennya datang. Walhasil…..Fraktur klatikula (Patah Tulang Bahu Kanan) dengan dua patahan. Dokter  pun meninggalkan kami. satu-satunya hal yang membuat saya tidak nyaman di rumah sakit, pertanyaan dari para Co.As. setiap ada Co.As yang lewat pasti mereka singgah wawancara saya menanyakan berbagai hal. Sampai ada yang foto segala. “Huhhhffftttt….saya ini pasien atau artis sih???”, gumamku dalam hati. Mereka menjadikan saya sebagai narasumbernya, bahkan ada yang menjadikan saya dan luka yang saya derita sebagai sample ujian.nya. sampai2 hasil ronsen saya dibawa dan tidak dikembalikan.

Setelah beberapa menit istirahat, dokter pun meminta persetejuan kami tentang bagaimana langkah selanjutnya yang mau saya tempuh untuk menyembuhkannya. Seperti yang dokter sebelummnya ungkapkan bahwa di bidang ortopedi hanya ada dua pilihan, konservatif atau operasi. Dokter menginginkan saya menjalani operasi dan meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak keluarga. Mendengar hal tersebut, dalam hati kecil saya terbersit rasa tidak setuju dengan keputusan tersebut. Akan tetapi, bagi saya, semuanya terserah orang tua, kalau mereka setuju saya operasi, saya akan menjalaninya. Dengan segera saya menghubungi mama saya dan menceritakan saran dokter tersebut. Ternyata, mama saya tidak setuju, dia menyuruh saya pulang dan balik ke Bone untuk berobat secara alternative (tradisional). Sebelum saya menghubungi mama saya, berdasrkan informasi dari Yus, Rudi, adik saya, juga mengatakan demikian. Dia memberitahukan Yus bahwa jikalau dokter meminta untuk di  operasi, tidak usah. Yahhh….tak satupun keluarga saya setuju dengan jalan operasi. Well, saya pun meminta Kia dan Yus untuk menghadap ke Dokter yang menangani saya untuk memberitahukan keputusanku tidak menjalani operasi. Setelah lama meminta pada dokter, permohonan kami pun dikabulkan. Dengan menandatangani surat pertanggungjawaban atas pasien dan menyelesaikan administrasi serta tak lupa meminta obat, kami pun bisa pulang. Menjelang magrib pun kami meninggalkan Rumah Sakit Wahidin. Saya bersama Yus pulang dengan taxi seperti saat kami ke situ. Sementara Kia pulang dengan motornya karena dia ke RS juga dengan motor.

Tiba di rumah, saya duduk sandar di dinding karena jika saya langsung baring, saya akan kesulitan bangun. Tanpa bantuan orang lain, saya tidak bisa bangun. Tak lama kemudian, Kiki datang dari kampus disusul Ayus tak lama setelahnya. Saat saya istirahat, Yus membersihkan Kamar Mandi dan langsung mandi karena sejak pagi dia belum mandi dikarenakan sibuk mengurus saya untuk ke Rumah Sakit. Setelah mandi, dia langsung shalat magrib. Tak lama setelah dia shalat magrib, terdengar suara ketukan pintu dari depan. Seperti biasanya, saya tahu kalau yang datang itu adalah teman sekaligus sekampung saya, Sandi. Kenapa??? Ya…karena kalau dia yang datang, langsung mngetuk pintu tanpa mengucap salam. Yus pun menyuruhnya lewat samping, dan ternyata dugaan saya tidak meleset. Sandi datang bersama temannya, Adhar,  yang juga teman saya tentunya. Dengan pertanyaan “Ada apa denganmu?”,dia memasuki rumah. Dia menanyakan tentang kronologisnya bagaimana semua itu bisa terjadi. Saya pun menceritakannya dengan singkat dan mengatakan kalau semua itu sudah menjadi takdirNya. Sementara kami cerita2, Yus pun meminta saya untuk makan dan minum obat. Dia menyuapi saya meski sebelumnya saya meminta untuk makan sendiri dengan tangan kiri. Dia tetap memaksa. Tak ketinggalan Sandi membuat saya tertawa dengan niatnya untuk meminumkan saya dengan segelas air karena Yus memintanya untuk mengambilkan segelas air minum  untuk saya. Hmm!!! Setelah makan, saya langsung minum obat. Sambil nonton, kami cerita2 berbagai hal sambil menghibur saya.

Diluar dugaan saya, tiba2 terdengar suara motor dan singgah di depan Rumah. Yaaa….Riska dan Fibo, teman sekelas saya yang tinggal di sekitar kampus datang bersama dengan dua orang laki-laki yang sudah tidak asing bagi saya. Fibo datang bersama K Chimeng, pacarnya dan Riska datang bersama Jaya, teman posko sekaligus kordesnya saat KKN di Wajo. Sama dengan Sandi, begitu datang mereka langsung menanyakan kondisi terkini saya dan bagaimana semuanya bisa terjadi. Dengan penuh iba mereka mendengar jawaban saya dan memberikan empati untuk saya sabar atas semua takdirNya. Tak lama kemudian, mama saya datang yang dijemput Sandi di gerbang karena supir mobil tidak mengantarnya sampai di rumah. Di susul oleh Rudi tak lama setelahnya. Mama saya pun meminta Rudi untuk keluar sebentar membeli makanan untuk teman2 saya karena di rumah lagi tidak ada makanan. Mama saya juga tidak membawa makanan karena dia berangkat dengan perasaan yang tidak karuan. Dia tidak sempat lagi mengingat untuk membawakan kami makanan ataupun kebutuhan hidup kami di Makassar. Begitu datang, cerita dan mendengar kami bergurau tentang berbagai hal sebentar, dia ke kamar untuk istirhat karena dia sakit kepala. Mama memang tidak tahan naik mobil jauh. Karena cowoknya sibuk nonton bola sambil cerita, tak terasa waktu menunnjukkan pukul 10 malam. Riska dan Fibo pun pamit karena sakit perutnya kambuh dan terdengar juga akan turun hujan. Tak lupa juga mereka pamit sama mama saya yang lagi baring di kamar. Dengan menitipkan doa untuk kesembuhan saya dan salam, mereka keluar dari rumah. Beberapa menit kemudian, Sandi dan Adhar juga pamit pulang. Meski searah, mereka tidak pulang bersamaan karena kata Sandi, dia punya mantel kalau memang hujan turun. Heheheh…!!!!

Sepulang mereka semua, barulah mama saya bangun dan kembali baring di depan Televisi. Kiki dan Ayus pun keluar karena saat teman2 saya datang, mereka berdua sibuk OL di kamar dan mungkin juga karena agak malu dengan teman-teman saya yang datang. Berhubung salah satu dari mereka, dia juga tidak kenal. Sambil makan sisa makanan yang tidak dihabiskan teman2 saya, kami duduk cerita sambil nonton. Tak lama setelahnya, saya pun istirahat dan baring karena sejak datang dari Rumah sakit belum baring. Saya tertidur di situ bersama mama saya. Rudi di ruang tamu, yus dan ayus di kamar, sementara kiki keluar dan tidak pulang sampai saya terbangun di jam 4 subuh. Yaaa….saya dibangunkan mama saya kalau kami jadi pulang subuhnya karena masih ada kursi untuk  kami. Saya pun dibangunkan mama saya, mengambil barang pakaian PPL n Laptop, dan mencari celana untuk saya pakai pulang. Saya tidak mampu lagi pakai jilbab. Mobil sudah menunggu di depan rumah, saya pun pulang dengan membangunkan Yus terlebih dahulu. Subuh2 meninggalkan Makassar, sekitar jam 8 pagi kami tiba di kota Bone. Sepanjang jalan saya menahan sakit, terlebih jika melewati jalan berlobang. Kami pun diantar langsung ke salah satu rumah, di sekitar rumah supir mobil, yang bisa mengobati patah tulang. Tiba di situ kami menunggu karena yang bersangkutan sedang keluar ke kebunnya dan baru di jemput. Begitu datang, saya langsung di obati. Tanpa peduli dengan tangisan saya, dia terus mengurut tulang saya. Saking sakitnya, saya pulang tanpa baju. Dengan sarung, saya sampai di rumah sepupu saya di apala. Sampai di situ, saya ngak langsung pulang karena sepupu yang akan diminta untuk mengantar saya masuk ke rumah sedang keluar juga. Saya pun segera makan dan minum obat. setelah sepupu saya datang, kami pun diantar masuk ke rumah. Sekitar jam 11, kami sampai di rumah dengan selamat. Tentunya, saya sangat kesakitan saat di perjalanan masuk ke rumah karena jalan yang kamin lalui dari Apala sampai di rumah, berbatu dan berlubang. Jadi, lambat bagaimana pun mobil, tetap akan goyang. Hmmm…LLL!!!

Benteng, Tuesday, March 20, 2012_9:37 a.m.

Hari-Hariku Selama Di Bone

Minggu pertama di Bone, saya jalani dengan penuh penderitaan. Bangun dibangunin, makan di suapin, minum pun sampai pakai pipet. Saking sakitnya lagi, seminggu baru bisa mandi. Itupun setengah mati dengan satu tangan dan sangat pelan, tapi karena saya tidak tahan dan merasa gatal. Di saat sakit seperti itu, jangan ditanya kebersihhannya karena jawabannya pasti “tidak”. Mama saya begitu sibuk sampai jarang istirahat. Kenapa??? Dia sibuk dengan persiapan supervisinya, mengurusi saya, dan juga mengerjakan segala pekerjaan di rumah. Saya pun, mau ngak mau harus ditinggalin di rumah bersama kakek saya yang dan tak bisa ngapa-ngapain kalau mama saya belum pulang. Kakek saya tuli dan tidak kuat lagi, jadi tidak bisa mengurusi saya juga. Bapak saya juga begitu, dia sibuk di sekolah dan di sawah. Akan tetapi, demi kesembuhanku, dia harus pulang balik paccing-benteng 4x2 hari untuk menjemput dan mengantar tukang urut yang menanganiku. Sejak saya di rumah, silih berganti keluarga datang menjenguk saya setelah mendengar saya patah dan datang dari Makassar. Mereka semua tidak datang dengan tangan kosong, tapi membawa sesuatu yang mereka bisa dan pulang dengan menitpkan doa kesembuhan dan ungkapan “Baik2 yah!”.

Alhamdulillah, ternyata masih banyak keluarga yang mengingat dan peduli pada kami. Selain keluarga, orang tua Yus (teman, sehabat, sekaligus saudara saya) juga datang jauh2 dan merasakan jeleknya jalanan masuk ke rumah. Itu untuk pertama kalinya beliau datang, jadi mereka sampai harus bertanya berkali-kali baru bisa sampai di rumah. Hanya demi menjenguk saya, mereka rela melakukan semua itu. Ya allah,,,,mereka memang begitu baik pada saya sekeluarga. Hati mereka sungguh mulia telah menganggap kami juga sebagai keluarganya. Sampai kapan pun jasa mereka, budi baik mereka, dan semuanya  tak kan pernah bisa terlupakan dan ku balas. Saya sungguh sudah sangat berhutang budi pada Yus dan keluarganya. Selain itu, lewat jejaring social, pesan singkat (SMS) dan telpon, simpati, rasa turut berduka cita dan doa dari teman-teman serta orang yang pernah ku kenal juga datang silih berganti. Tak lupa  jua ku ucapkan rasa terima kasih buat mereka semua. Kalian semua teman baikKu…..Thanks a lot…!!!

Minggu kedua, sudah ada sedikit perubahan tapi masih sering terasa begitu sakit ketika digerakkan. Saya sudah bisa bangun dengan cara yang tidak biasanya, makan sudah tidak disuapin tapi pakai tangan kiri, dan bisa nulis serta ngetik sedikit2. Akan tetapi, akan terasa kaku, sakit dan bergetar jika berlangsung dalam beberapa menit. Di minggu kedua ini, saya merasa kangen pengen balik ke  Makassar. saya rindu ke kampus, rindu ngajar di SMA 3, rindu siswa2ku dan teman-temanku. Saya teringat dengan semua hal tentang kuliah saya yang terbengkalai dan tidak tahu sampai kapan saya menderita. Namun, saya tidak bisa ngapa2in. saya pun merasa putus asa dengan semuanya. Saya merasa ingin kembali kepadaNya saja. Saya tidak sanggup lagi menjalani semuanya. Ketika teman2 saya menanyakan perkembangan kabar sikon saya, ku tak sanggup lagi menbalasnya. Saya bingung dan tidak tahu lagi menjelaskannya dengan kata-kata. Tak jarang saya menangis karenanya dan di saat teringat akan kuliah saya. Untuk mengobati kesedihanku, saya menghubunngi teman jauh saya yang di Surabaya, Laynin Iftitaturrahman. Saya mnceritakan semuanya dan berkeluh kesah kepadanya. Walhasil, dia berhasil membuat saya tersenyum dan mengembalikan semangatku sedikit.
Terima kasih, cintaaaaaa……Titaaaa,,,I missss youuuuuuuu….:-*….!

Di penghujung minggu kedua itu, ku juga merasa bahagia karena dua orang teman dekatku sewaktu tinggal di asrama PMH dulu datang jauh-jauh ke rumah. Walau harus melewati rintangan berupa jalan yang berbatu, menyusuri sungai di pelosok kota Bone, Musfirah dan Nur ‘Afika tetap datang untuk melihat kondisiKu. Itu juga untuk kali pertama mereka ke rumah, jadi mereka sempat salah alamat tapi pada akhirnya sampai juga di rumah dengan selamat. Mereka pun tak datang dengan tangan kosong, mmm….mkasih, sayaaannggg..!! Kami pun cerita2 tentang mata kuliah dan berbagai hal lain berhubung memang agak lama baru bertemu lagi. Sekitar dua jam meraka di rumah, saat mama papaku tiba dari sekolah, mereka pun siap-siap untuk segera pulang. Mereka agak buru-buru karena mereka punya rencana dan acara di tempat lain pada hari itu juga. Lebih dari pada itu, di luar dugaan saya, K Arbi juga menghubungiku dengan menggunakan nomor baru. Sebenarnya, dia menghubungi saya hanya karena pengen mengetahui bagaimana kabar saya. Dia ngak tahu kalau saya lagi sakit karena kecelakaan. Andai dia ngak menhubungiku, dia tak kan tahu. Sebelumnya, saya pernah mau memberitahunya namun saya batalkan karena saya pikir dia juga sudah lupa sama saya. Dia juga sedang sibuk dengan skripsinya dan saya tak ingin mengusiknya dengan mengharapkan iba darinya. Dia kaget dan tidak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dia pun menanggapinya dengan cuek dan dengan candaan. Saya maklumi hal tersebut, lagian saya juga tahu kalau dia memang begitu orangnya. Namun, mendengar saya kecewa dan patah semangat dengan keadaan saya, dia pun menasehati dan memberiku semangat. Dia menguatkan saya dengan sangat bijak. Yaaa….dia memang selalu bisa membuat saya tidak berkutik. Terima kasih tiada tara untukMu, k BhiBi. Kk memang kk yang baik..!!

Memasuki minggu ketiga, ku merasa telah ada perubahan yang berarti. Ku sudah bisa makan, ku sudah bisa shalat dengan berdiri, dan sudah bisa digerakkan sedikit demi sedikit. Namun, ku merasa tak kuat lagi seperti dahulu. Ku tak bisa lagi bekerja yang berat. Ku telah menjadi pribadi yang rapuh. Ku merasa akan menjadi orang lemah selamanya dan mengkin hidup akan kesulitan jika tanpa bantuan orang lain. Hal itu semua bisa terjadi mungkin karena patahan kedua pertama tulang selangka tidak tersambunng lagi seperti patahan yang satunya. Tapi, apa dayaku. Ku hanya bisa pasrah dengan takdir ini. Ku harus menerima kenyataan pahit ini. Ku harus yakin kalau Tuhan tidak akan membebani hambaNya dan akan selalu ada buat hambaNya. Dan tepat pada tanggal 1 april 2012, saya memutuskan untuk segera ke Makassar saja….!!!

BTP, 1 April 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.