Langsung ke konten utama

Wedding Day of My Bestfriend, Yuzi Nhya

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pertengahan bulan lalu, 14-16 Juli 2016, adalah hari bahagia yang takkan terlupakan oleh sahabat dekat saya, Yus. Dalam tiga hari itu, prosesi Pernikahan antara Yus dan Kak Erwin berlangsung. Saat itu, terbersit dalam benak saya, "Akhirnya saya bisa merasakan bagaimana perasaan bilamana salah seorang sahabat terdekat melangsungkan pernikahan". 

Happy, touched and sad all at once

Bahagia pastinya, karena hari itu adalah hari yang senantiasa ditunggu-tunggu datangnya. Di sisi lain, saya juga terharu sekaligus sedih karena orang yang sudah seperti saudara bagi saya, yang sejak SMA hingga berhasil menyelesaikan kuliah di Program Pascasarjana, selalu bersama dan menghabiskan waktu dengan saya, akhirnya melepaskan masa sendirinya dengan laki-laki pilihannya. Rasanya seperti kehilangan sosok yang berharga dalam hidup saya. Memang, kami tidak memiliki hubungan nasab, tapi selama ini kami sudah seperti keluarga. Sahabat rasa keluarga. 

Meski demikian, saya sepenuhnya turut berbahagia dengan pernikahannya. Karena bagaimana pun juga, cepat atau lambat, hal itu akan terjadi. Pernikahan adalah ibadah yang sebaiknya disegerakan apabila keduanya sudah mampu, baik secara materi maupun jiwa dan raga. So, it doesn't matter. I'm so happy for her wedding!


Sebagai orang terdekatnya, saya pun tak ingin ketinggalan dalam prosesi pernikahan tersebut. Jauh-jauh hari sebelumnya, saya sudah berniat akan menjadi saksi di hari kebahagian sahabat saya. Saya tiba di rumahnya, pada tanggal 14 pagi. Dua orang sahabat kami (Kia dan Yani), juga datang pagi itu, bahkan lebih awal dari pada saya. 

Sore harinya, rangkaian prosesi pernikahan di mulai, yaitu Siraman. Sebagai sahabat, kami pun diminta untuk ikut dalam prosesi tersebut. Namun, karena sesuatu dan lain hal, saya hanya bisa menitipkan nama saya dalam daftar nama orang-orang yang akan terlibat. Sebenarnya sih, saya tidak enak hati melakukan hal itu, akan tetapi saya tidak punya pilihan lain. Maafkan saya, sizt! :(

Malam harinya, prosesi kedua, Mappacci setelah Mabbarazanji dan Mappanretemme. Alhamdulillah, kami semua (Kia, Yani, Fibo dan Saree) bisa terlibat dalam prosesi tersebut. Doa restu kami semua, teriring untuknya sebagaimana keluarga lakukan. Orang tua saya juga datang malam itu. Usai prosesi tersebut, sebelum tidur, saya bersama Saree ikut dengan Ayus dan keluarganya, ke rumah Kak Erwin, menjual bedak (Mabbalu Bedda).

Esok harinya (15/7) prosesi Akad Nikah, yang berlangsung setelah shalat Jum'at. Dan, alhamdulillah, berlangsung dengan baik dan lancar. Yus, pun resmi menjadi seorang istri. Usai akad, acara dilanjutkan dengan ceramah pernikahan dan berakhir dengan santap siang bersama oleh para pengantar mempelai laki-laki, meski terbilang terlambat alias late lunch...hehehe! Mereka semua pulang setelah makan bersama. Namun, kedua mempelai tetap stay di pelaminan, menyambut kedatangan tamu silih berganti. Dan, itu berlangsung hingga sore hari.


















Malam harinya, adalah Malam Resepsi. Saya bersama teman-teman, agak terlambat keluar ke pelaminan karena istirahat sejenak setelah shalat Magrib. Malam itu, kami ber'pink-pink ria, entah itu keluarga maupun teman-teman terdekat. Saya bersama teman-teman, alhamdulillah, mendapatkan Bridesmaid Costum dari Yus. Terima kasih, sizt! :) Malam itu, resepsi berlangsung dengan lancar, hingga jam 10 malam. 















Esoknya, Sabtu (16/7), prososi terakhir, Marola (Mengantar Pengantin). Lagi dan lagi, saya bersama Saree ikut dalam prosesi tersebut. Tidak banyak yang pergi hanya keluarga dekat Yus. Kami ke rumah Kak Erwin setelah shalat dhuhur dan kembali ke rumah Yus sekitar pukul 3 sore. Yus sendiri, tidak ikut kembali dengan kami karena dia harus stay di sana hingga malam hari. Saree, langsung pulang ke Soppeng usai prosesi tersebut.
Nahhh,,,tinggallah saya sendiri, yang bukan keluarga Yus. Actually, I was little sad in a moment. Saat itu, berasa banget kehilangannya. Begitu teman-teman saya semuanya sudah pada pulang, Yus pun tidak ada, rasanya saya sangat kesepian. Tidak tau mau ngapain, sedih dan sempat menitikkan air mata. Untungnya, hal itu tidak berlangsung lama, karena orang tua Yus, meminta saya untuk ikut Ayus dan keluarga yang akan pergi menjemput Yus. Saya pun ikut mereka. Kami ke rumah Kak Erwin mengambil pakaian pengantin. Untuk menunggu selesainya resepsi di rumah Kak Erwin, kami istirahat di rumah tantenya Yus, di Jl. MT. Haryono. Kami kembali menjemput Yus menjelang tengah malam, pukul 11. Alhamdulillah, kami tiba di Pappolo sekitar pukul 12 malam. 

Karena sudah tengah malam, saya masih spend night di rumahnya Yus dan pulang besoknya (17/7), diantar oleh Ayus. 

Untuk Yus, Ayus dan keluarga,
Terima kasih untuk semuanyaaaaaa :)

Dan...............

Selamat Menempuh Hidup Baru

YUSNIATI, S.Pd., M.Pd.
&
ERWIN SAPUTRA, S.Pd.


"Baarakallahu Wabaraka Alaihi Wajamaah Bainakumaa Fii Khair"

*** SELAMAT BERBAHAGIA, Sahabat Terbaikkuuuu ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.