Langsung ke konten utama

MTMA to Bau-Bau: Dari Pelabuhan Makassar ke Pelabuhan Murhum Bau-Bau



Makassar, December 6th, 2015

Minggu malam adalah jadwal keberangkatan saya ke Bau-Bau, Pulau Buton. Berdasarkan tiket yang telah ada di tangan salah seorang teman yang akan berangkat, kapal yang akan kami tumpangi akan sandar di Pelabuhan Makassar sekitar jam 12 malam. Kapal tersebut akan berlayar kembali ke Pulau Buton pada jam 2 pagi. Karena kami akan berangkat lewat tengah malam, saya bersama teman-teman yang akan berangkat memutuskan untuk ke Pelabuhan lebih awal. Beberapa teman akan berangkat bersama dari Muhajirin, sementara saya dan beberapa orang lainnya akan berangkat sendiri, langsung ke Pelabuhan.

Saya yang diantar motor oleh adik saya, berangkat dari rumah menuju pelabuhan sekitar jam 8 malam. Saya memutuskan berangkat agak cepat karena khawatir dengan keamanan adik saya saat pulang dari pelabuhan. Saya tiba di pelabuhan sekitar jam 9 malam. Adik saya langsung pulang ke rumah. Sementara saya berjalan masuk ke pelabuhan. Namun, karena saya tidak memiliki tiket di tangan, saya di cegat di pintu masuk pelabuhan. Saya pun memutuskan untuk menunggu teman-teman yang berangkat dari Muhajirin karena katanya mereka sudah dalam perjalanan menuju pelabuhan juga. Saat duduk menunggu mereka di pos satpam, saya melihat orang lalu-lalang melintas keluar masuk pelabuhan. Terkadang juga, bapak-bapak security yang sementara bertugas di tempat tersebut bertanya kepada saya mengenai beberapa hal, seperti; Mau ke mana? Naik kapal apa? Dengan siapa? Dan sebagainya.
Front View of Makassar Port
Setelah menunggu selama hampir sejam, teman-teman yang datang dari Muhajirin tiba di pelabuhan. Athy menghubungi saya untuk mengetahui dimana saya menunggu. Kami pun ketemu di gerbang dan masuk ke pelabuhan. Ternyata, Halim, teman dari perwakilan BK yang akan berangkat sudah tiba di pelabuhan sejak tadi. Namun, dia langsung masuk dan tidak ketemu dengan saya. Kami pun masuk mencari dia dan ketemu di ruang tunggu keberangkatan. Akan tetapi, kami tidak duduk di ruang tunggu tersebut karena itu bukan ruang tunggu untuk penumpang yang akan berangkat ke Bau-Bau. Kami pun keluar dan menuju ke ruang tunggu penumpang yang akan ke Bau-Bau melalui pintu masuk 1. Salah seorang teman kami yang bernama Kak Alam datang saat kami duduk di ruangan tersebut. Kami duduk selama beberapa menit dalam ruangan tersebut sebelum kami diminta keluar karena ruangan tersebut akan dibersihkan.

Kami pun keluar dan mencari tempat lain untuk menunggu. Seseorang menunjukkan tempat untuk menunggu kepada kami. Kami pun berjalan ke tempat tersebut. Ternyata tempat itu berada di depan posko kesehatan. Di sana memang terdapat beberapa orang kurir dan penjual yang lagi istirahat. Kami memilih untuk duduk dan istirahat  di pojok. Sebelum kami duduk, kami ditawari alas untuk duduk oleh penjual. Teman-teman pun membeli beberapa lembar. Kami pun duduk bersama sambil menunggu waktu berlalu. Selama tiga jam kami duduk sambil cerita, makan-makan dan ber-selfie ria di tempat tersebut. Dua orang teman kami yang lainnya datang saat kami menunggu di tempat tersebut. Mereka adalah teman dari perwakilan prodi Penjas yang datangnya paling belakang. Kami semua berjumlah sembilan orang dari jurusan yang berbeda-beda. Hanya dua orang yang datang belakangan itu yang berasal dari jurusan yang sama. Saat kami menunggu di tempat tersebut, seorang yang entah siapa, datang bercerita panjang lebar mengenai beberapa hal. Dia sangat membosankan dan saking membosankannya, hanya Kak Selvi yang memperhatikannya bercerita. Kami yang lainnya hanya mendengarkan tanpa memperhatikan. Andai tidak ada yang berdiri menanyakan dimana toilet, dia tidak akan berhenti bercerita. Dari ceritanya sih, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran. Namun, juga ada banyak cerita yang tiada gunanya, yakni mengenai keluarganya, yang seakan-akan dia penguasa segalanya. Hmmm!!!!

Terlantar dalam Penantian :D (Read: Menunggu KM. Kirana IX)
Makassar, December 7th, 2015

Sekitar jam 1 malam, KM. Kirana IX yang akan kami tumpangi ke Bau-Bau sandar di Pelabuhan Makassar. Kami pun berpindah ke ruang tunggu sambil menunggu kapal tersebut bongkar muatan. Saat kami memasuki ruangan, petugas merobek tiket kami (pass masuk terminal 1) dan memberikan kami gelang kertas yang bertuliskan nomor beserta nama perusahaan kapal yang akan kami tumpangi sebagai penanda bahwa kami adalah penumpang kapal tersebut. Di luar dugaan kami, ternyata waktu untuk bongkar-muat sebuah kapal itu sangat lama. Kami menunggu di ruang tunggu selama hampir 3 (tiga) jam juga. Karena kelelahan menunggu, beberapa teman kami tertidur di ruang tunggu tersebut. Hanya saya dan Halim yang tidak tertidur. Tidak hanya mengantuk, beberapa teman juga kelaparan saat menunggu. Oleh karena itu, mereka satu per satu keluar mencari makan.

Jam 3 subuh, penumpang yang akan berangkat ke Bau-Bau dipersilahkan untuk menaiki kapal. Pintu keberangkatan menuju kapal dibuka dan kami pun berjalan keluar menuju kapal tersebut. Kami naik ke ruang tidur lantai 2. Kami memilih ruang tidur kedua dari bagian depan kapal. Ruang tidur tersebut bertingkat dan terdiri atas lima sekat. Jadi, setiap barisnya, terdiri dari 10 sekat. Dengan kata lain, dalam setiap baris itu terdapat 10 orang penumpang. Proses menaikkan penumpang juga berlangsung agak lama. Saya bersama Athy berjalan mengelilingi kapal yang masih sementara menaikkan muatan. Kami ke bagian belakang kapal, di cafeteria. Kami memesan minuman untuk dinikmati saat duduk di cafeteria tersebut. Athy memesan hot-tea sementara saya memesan hot white-coffee. Kami menikmati sambil cerita-cerita dengan Kak Erwin dan teman-teman laki-laki yang lain yang sudah duluan duduk di cafeteria tersebut. Kami berangkat meninggalkan Pelabuhan Makassar jam 4 lewat beberapa menit. Perlahan kapal meninggalkan dermaga Pelabuhan Makassar saat kami masih menikmati minuman di cafetaria. Awak kapal yang bertugas mengecek tiket penumpang merobek tiket kami (pass masuk terminal 2) di cafeteria tersebut.

Setelah menghabiskan minuman kami, kami kembali ke ruang tidur. Kak Selvi dan Sukma sudah siap untuk istirahat semua. Kami yang baru kembali dari cafeteria juga demikian. Namun, sebelum istiahat, ada yang memilih untuk membersihkan wajah terlebih dahulur, ada juga yang langsung tidur. Saya menemani Athy ke toilet untuk cuci muka. Sambil menunggu Athy selesai, saya berdiri di depan toilet melihat-lihat. Saya pun melihat ada tempat untuk meng-charge HP. Bagitu balik ke tempat tidur, saya tidak bisa lagi tertidur setelah melewatkan jam tidur saat menunggu sebelumnya. Saya pun memilih untuk men-charge HP saya yang low di lantai satu, di depan cafeteria yang saya lihat sebelumnya. Di saat teman-teman saya sudah terlelap, saya tinggal duduk di tempat charge tersebut sambil menonton TV. Mengapa saya harus duduk dan stand-by di tempat tersebut? Karena di tempat tersebut tertulis pengumuman bahwa “Charge HP gratis. HP harap dijaga sendiri saat charge.” Oleh karena itu, demi keamanan HP saya, saya pun duduk menunggu HP saya hingga full charge. Lagian, rasa ngantuk saya juga sudah hilang.

Saat saya duduk di tempat tersebut. Salah seorang awak kapal duduk di belakang saya. Dia juga ikut menonton. Saat kami asik menonton, tiba-tiba TV-nya gangguan. Saya pun bertanya ke awak kapal tersebut, mengapa itu terjadi? Katanya sih, itu biasa terjadi saat signal-nya tidak baik. Nanti saat menemukan signal yang baik, TV-nya kembali normal. Hmmm…begitu yah! Tidak hanya saya, awak kapal itu juga terkadang bertanya beberapa hal yang hampir sama dengan pertanyaan yang saya dapatkan sebelumnya saat menunggu di pos satpam pelabuhan. Lama-kelamaan, awak kapal yang bertugas menjaga cafeteria lantai 1 tersebut juga datang. Kami pun ngobrol mengenai beberapa hal. Terkadang saya juga menanyakan beberapa pertanyaan kepada keduanya. Saya menanyakan asal mereka karena kedengarannya mereka bukan orang Sulawesi. Ternyata benar, awak kapal yang pertama orang jawa, sementara si penjaga cafeteria adalah orang Palembang. Beberapa menit kemudian, seorang temannya yang lain, yang ternyata asli Buton juga ikutan gabung. Dia terlihat sangat senang karena sebentar lagi sampai di kampung halaman lagi. Kedua awak kapal yang sebelumya pun curhat kalau ternyata mereka sudah kangen kampung halaman dan mereka tidak tahu kapan mereka bisa pulang. Mereka iri kepada temannya yang orang Buton itu. Namun, mereka sabar hingga waktu itu tiba katanya. Itu semua dikarenakan oleh rejeki mereka yang terletak jauh di Sulawesi.

Waktu berlalu, pagi pun tiba. Nasi untuk sarapan sudah masak. Mereka sebagai awak kapal sudah bisa menyantapnya. Namun, karena mereka baik hati, saya pun diberikan satu box makanan. Box makanan tersebut berisi, nasi, mie goreng dan telur. Kami pun makan bersama sambil menonton berita pagi dan cerita. Mereka selesai duluan, sementara saya tidak. Saya makannya lama karena sambil main HP. Salah seorang awak kapal tersebut pun mengatakan bahwa kalau masih pagi-pagi signal masih baik. Nanti di sore hari saat kapal telah melintasi Selat Selayar, perlahan signal akan memburuk. Signal akan kembali baik saat mendekati Pelabuhan Murhum Bau-Bau, kemungkinannya tengah malam.

Sekitar jam 7 pagi, HP saya sudah full charged. Saya pun pamit pada semuanya untuk naik ke lantai 2, di ruang tidur untuk istirahat. Namun, begitu saya sampai di ruang tidur, saya tidak bisa tidur. Saya pun keluar menikmati udara serta angin pagi di bagian belakang kapal, dekat cafeteria lantai 2. Cafeteria tersebut berada di bagian luar kapal. Jadi, kami bisa menikmati lautan saat duduk makan atau minum di cafeteria tersebut. Jika tidak ingin makan ataupun minum, di bagian belakang kapal tersebut juga terdapat tempat duduk untuk penumpang yang hanya ingin menikmati lautan lepas. 
Lautan Lepas dalam Pelayaran Mks-BauBau
Duduk seorang diri di sisi kiri-belakang kapal menikmati lautan lepas, merasakan udara serta angin pagi yang menyegarkan, sungguh merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Birunya air laut yang tidak jauh berbeda dengan birunya langit, sungguh memanjakan mata. Itu adalah pengalaman pertama bagi saya. Dan, itu sungguh menyenangkan. Segala penat, masalah dan hal-hal yang menyedihkan seakan sirna dengan semua keindahan alam tersebut. Stres dan rasa bosan tingkat dewa karena menunggu terlalu lama semalam di pelabuhan hilang seketika. Sungguh nikmat alam semesta ciptaan Allah Swt.!

Jam 9 pagi, saat saya masih di luar menikmati lautan lepas, terdengar penyampaian informasi bahwa makan pagi sudah siap. Saya pun masuk ke ruang tidur dan mendapati sebagian teman yang perempuan sudah bangun. Beberapa awak kapal sedang berjalan membagikan makanan kapada penumpang kapal. Untuk mendapatkan makanan, penumpang harus memperlihatkan tiket masing-masing. Awak kapal tersebut merobek kupon makan 1, 2 dan 3 lalu memberikan kami satu kotak makan, satu aqua gelas da seiris buah. Hal yang mengejutkan adalah saat saya membuka kotak makanan tersebut. Isinya ternyata berbeda dengan makanan yang saya dapatkan sebelumnya saat saya sementara meng-charge HP. Beberapa teman perempuan, tidak tertarik untuk memakannya. Mereka tidak memiliki nafsu makan saat mereka melihat makanan yang dibagikan tersebut. Mereka lebih memilih untuk ngemil roti yang mereka bawa sendiri. Berbeda dengan teman laki-laki, mereka menikmati makanan yang dibagikan tersebut. Namun, saya tidak tah apakah mereka memakan hingga habis atau hanya mencoba sedikit. Hehehe! Saya sendiri pun tidak mencoba makanan tersebut karena saya masih kenyang. Saya hanya  menyimpannya di dekat saya lalu mencoba untuk tidur. Namun, lagi lagi tidak berhasil. Saya masih belum bisa tidur. Namun, saya tetap stay di tempat tidur hingga akhirnya saya tertidur.

Jam 12 lewat 30 menit, saya terbangun. Alhamdulillah, akhirnya sudah bisa tertidur selama beberapa jam. Saya pun bangun dan ngemil bareng teman di tempat tidur. Kak Selvi dan Sukma mengajak saya dan Athy untuk makan Pop Mie. Mereka berdua pun turun duluan. Beberapa menit kemudian, setelah memakai jilbab, saya dan Athy turun ke cafeteria untuk memesan Pop Mie. Namun, saya tidak melihat Kak Selvi dan Sukma. Saya pun naik ke cafeteria lantai 2, siapa tahu  mereka ada di sana. Begitu kami tiba di cafeteria, ternyata mereka tidak ada di sana. Kami pun memutuskan untuk memesan Pop Mie dan makan di cafeteria sambil menikmati lautan. Selain kami, di cafeteria juga ada Kak Erwin dan seorang bapak. Di sisi kiri dan kanan kami, terbentang daratan. Awalnya kami tidak tahu, daratan apa itu. Ternyata, menurut Bapak yang duduk di samping kami itu, daratan itu adalah Tanjung Bira dan Pulau Selayar. Kami saat itu berada di Selat Selayar, lautan yang memisahkan antara Tanjung Bira dan Pulau Selayar. Dan, itu sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Athy pun berniat untuk mengabadikannya. Dia masuk ke ruang tidur untuk mengambil kamera DSLR. Tak lama kemudian Athy keluar sambil membawa kamera. Dia juga memberitahukan bahwa ternyata Kak Selvi dan Sukma makan di tempat tidur. Mereka hanya menyiram Pop Mie yang mereka bawa lalu kembali ke tempat tidur untuk memakannya.
Tanjung Bira dari Selat Selayar
Saat Athy datang, kapal telah melintasi Tanjung Bira. Pulau yang ada di sisi kira kapal saat itu bukan lagi Tanjung Bira, melainkan Pulau Kambing. Sementara di sisi kanan, masih tetap Pulau Selayar. Setelah Athy memotret Pulau Kambing. Kami pun berfoto bergantian dengan background Pulau Kambing. Setelah itu, saya bersama Athy kembali duduk untuk menghabiskan Pop Mie kami. Bapak yang di samping kami itu juga memberitahukan bahwa ini masih setengah perjalanan untuk tiba di Bau-Bau. Karena kami telah berlayar selama belasan jam, kami pun masih harus berlayar selama itu untuk tiba di Pelabuhan Murhum Bau-Bau. Perjalanan yang kami tempuh memang lama karena kami menggunakan kapal Ferry. Lain halnya jika kami menggunakan kapal PELNI. Jika menggunakan kapal PELNI, Makassar-BauBau biasanya ditempuh dalam 12-14 jam perjalanan. Jadi, kalau menggunakan kapal Ferry, perjalanan yang kami tempuh berkisar 22-24 jam perjalanan. Sungguh, waktu yang lama untuk menikmati keindahan lautan dan merasakan kehidupan di atas kapal. Setelah menghabiskan makan siang kami, kami kembali ke tempat tidur dan tidur kembali.

Pulau Kambing dari Selat Selayar

Kak Erwin and Me
Saya terbangun saat jam menunjukkan pukul 4 sore. Saat saya bangun, hanya Kak Selvi yang sudah bangun. Yang lainnya, masih sementara tidur. Saya pun mengajak Kak Selvi untuk turun mandi. Saat kami sedang mandi, terdengar pengumuman bahwa jam makan siang telah tiba. Sama halnya saat pembagian makan pagi sebelumnya, awak kapal akan memberikan makanan jika kami menunjukkan tiket kami. Saat saya kembali, Sukma mengatakan bahwa Kak Erwin mencari tiket saya untuk mendapatkan makanan. Namun, karena saya tidak ada, saya pun belum mendapatkan makanan. Saat Kak Erwin datang, dia kembali meminta tiket saya. Dia pergi untuk mengambilkan saya makanan. Tak lama kemudian, Kak Erwin pun datang dengan satu kotak makan, satu gelas air dan satu iris semangka. Sekitar jam 5 sore, saya bersama Athy makan. Setelah makan, saya turun ke bawah untuk membuang sampah dan cuci tangan. Melihat Halim lagi meng-charge HP dan Laptop, saya pun membawakan HP saya untuk di charge. Setengah jam kemudian, saya turun mengecek apakah HP saya sudah full charged atau belum. Ternyata belum. Saya pun tiggal nonton TV. Berhubung Halim belum shalat ashar, dia pun meminta saya untuk menggantikannya menjaga HP teman-teman yang lagi di charge. Dia kembali setelah shalat magrib dan memperbolehkan saya untuk pergi shalat magrib. Namun, karena saya tidak shalat, kami pun nonton bersama sambil menjaga HP dan Laptop kami. Saat HP saya full charged, saya pun naik duluan, meninggalkan Halim yang masih mau nonton. Saya kembali tidur dan bangun saat jam 8 malam. saya terbangun karena merasakan HP saya yang bergetar. Ternyata, itu telpon dari mama saya yang menanyakan posisi saya. Apakah saya sudah sampai atau belum? Saya pun memberitahukannya bahwa saya masih di kapal dan mungkin akan tiba dini hari. Dia pun berharap perjalanan saya lancar dan bisa sampai dengan selamat. Lalu, mematikan telpon.

Bau-Bau, 00:00 (December 8th, 2015)

Mendengar ributnya teman-teman laki-laki yang cerita di bawah, saya terbangun. Saya mendapati Kak Selvi yang lagi gelisah. Katanya, dia tidak bisa lagi tertidur. Saya pun turun cuci muka untuk menghilangkan rasa ngantuk. Setelah cuci muka, perasaan pun kembali segar. Saya bersama Kak Selvi keluar untuk melihat-lihat. Di luar sudah terlihat cahaya lampu dari kejauhan. Hal itu menunjukkan bahwa sebentar lagi kami akan tiba di Palabuhan Bau-Bau. Karena kami penasaran berapa lama lagi kami akan tiba, kami pun bertanya kepada salah seorang awak kapal. Dia mengatakan bahwa kami akan tiba sekitar sejam lagi. Namun, sialnya karena kami telah memulai percakapan, dia pun mulai menanyakan beberapa hal kepada kami hingga kami agak risih karenanya. Sepertinya, awak kapal itu berbeda dengan awak kapal sebelumnya yang saya ajak bicara. Ini adalah awak kapal remaja yang tidak tahu sopan santun terhadap orang yang baru dikenal. Akhirnya, Kak Selvi berinisiatif menghubungi teman-teman laki-laki yang lagi cerita di ruang tidur untuk keluar melalui BBM. Tak lama kemudian, Kak Erwin bersama yang lainnya datang. Awak kapal remaja itu pun pergi. Kami pun berfoto-foto sambil menikmati indahnya cahaya lampu yang semakin jelas terlihat. 
Kak Erwin_Kak Selvi_Me_Sukma


Pelabuhan Murhum Bau-Bau dari Kejauhan

Wajah Bahagia saat Mendekati Dermaga :)

Abhe_Sukma_Kak Selvi_Hendra_Me_Kak Erwin (Taken by: Kak Alam)
Tidak terasa sejam waktu telah berlalu, kami pun semakin dekat dekat dengan dermaga Pelabuhan Murhum Bau-Bau. Kami sampai dan menginjakkan kaki di Pelabuhan Bau-Bau jam 1 dini hari. Kami berjalan menuju parkiran setelah singgah berfoto dengan background kapal yang kami tumpangi, PT. Dharma Lautan Utama. Saat tiba di parkiran, seorang supir yang di utus Pak Ibrahim telah menunggu kami. Kami pun mencari mobil Nissa Terrano, sebagaimana informasi yang diberikan. Mendekati mobil tersebut, seorang Bapak yang agak pendek mendekati kami. Ternyata, itu adalah sopir yang di utus Pak Ibrahim. Kami pun langsung memasukkan barang-barang ke bagian belakang mobil. Setelah itu, kami naik ke mobil. Karena tidak muat, kami yang perempuan ditambah Halim, diantar duluan ke hotel. Hotelnya tidak jauh dari pelabuhan, hanya berkisar 15 menitan dari pelabuhan. Setelah sampai, kami pun turun. Tak lupa kami menurunkan barang-barang dari mobil. Setelah kosong, sopir tersebut kembali ke pelabuhan untuk menjemput teman laki-laki yang lainnya. Sementara kami yang sudah tiba di hotel, diantar oleh salah seorang Bapak, pegawai hotel ke kamar yang tersedia. Kami masuk ke kamar 207. Lalu, ke kamar 209. Karena Athy lebih suka kamar 209, saya pun ke kamar tersebut. Pegawai tersebut mengambilkan satu lagi kasur karena kami berempat sementara kasur yang ada di kamar tersebut hanya tiga. Selain itu, Bapak itu juga mengankat kursi keluar supaya muat 4 kasur dalam kamar tersebut. Beberapa menit kemudian Kak Selvi dan Sukma datang. Setelah merapikan barang-barang kami, kami cuci muka. Setelah itu, saya mengecek jam di HP, ternyata sudah jam 2 dini hari. Kami pun siap untuk tidur. Kak Selvi dan Sukma mengangkat kasurnya ke antara kasur saya dan Athy. Lalu, kami pun tidur. 

Menginjakkan Kaki di Dermaga Pelabuhan Murhum Bau-Bau

We're in front of KM Kirana IX

Horeeee,,,,,Setelah menikmati pelayaran 20 jam lebih,,,Sampai kiteee!!!
Room 209, Hotel Mira-BauBau

Hmmm….finally after spend many times in the ship during more than twenty hours, we arrive in Hotel Mira, Bau-Bau. What a long cruise!  

Komentar

  1. pagi kak bole tau caranya dapat tiket kapalnya sana jadwalnya kak makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. slm alikom. ada feri dari bira ke baubau . terima kasih

      Hapus
  2. Panjang ha...ha....mantap, snagat berkesan, apalahi ada Kak Erwin ha....ha...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.