Langsung ke konten utama

Eid Adha without Parents & Youngest Sister (Complete Family)

Assalamualaikum Guyssss,,,,
Hmmm,,,,Long Time No See!!!

Lama ngak nulis di blog, rasanya bingung mau mulai dari mana lagi.
Padahal sesungguhnya ada banyak hal yang ingin saya tumpahkan dalam tulisan-tulisan.

Well,,,Now, It's better for Me to Share about My Eid Adha without Parents.

Happy Eid Adha
1435 H

Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1435 H jatuh pada tanggal 5 Oktober 2014 M.
Saya bersama adek-adek saya yang sementara kuliah di Makassar, memutuskan untuk tidak kembali ke kampung halaman untuk merayakan Idul Adha bersama keluarga karena sehari setelahnya kami punya jadwal kuliah. Yaaa,,,pada dasarnya memang tidak pernah ada hari libur ataupun cuti bersama pada hari raya kebesaran Islam yang satu ini (Idul Adha). Terlebih lagi Idul Adha pada tahun ini tepat di akhir pekan, yaitu hari Minggu. Esoknya, apapun alasannya kami harus kembali dengan aktivitas kami masing-masing. Jika saya kembali ke Bone, di kampung halaman, saya bersama adek saya harus kembali pada hari itu juga, beberapa jam setelah shalat Eid. Dan, itu hanya akan merepotkan orang tua ataupun keluarga untuk menjemput dan mengantar kami karena rumah kami tidak bisa dijangkau oleh kendaraan akibat jarak dan kondisi jalanan yang tidak memungkinkan.


Selain dari pada itu, setelah mempertimbangkan beberapa hal, orang tua saya juga tidak masalah jika kami memang situasi dan kondisi tidak memungkinkan untuk kembali. Yang terpenting, "Tetap Pergi Shalat Eid Adha" di Makassar.

Di hari Minggu, saya bangun subuh untuk shalat subuh. Setelah shalat subuh, saya mandi dan siap-siap untuk berangkat shalat Eid di Lapangan Karebosi. Saya pergi bersama adek saya naik motor. Saya memilih Lapangan Karebosi Makassar sebagai tempat shalat Eid kali ini karena saya tidak tahu dimana mesjid di NTI, saya juga belum pernah shalat di mesjid yang ada di NTI. Selain itu, adek saya (Wiwi) juga tidak shalat jadi dia tidak boleh memasuki area Mesjid. Pilihan terbaik adalah Lapangan Karebosi karena jika itu lapangan, tidaklah masalah untuk siapapun datang, entah itu untuk shalat Eid dan mendengarkan Khutbah atau hanya datang untuk mendengarkan khutbah saja karena tidak bisa ikut shalat.
Wiwi (My Sister) and Me

Keep Smile ans Spirit before Go to Lapangan Karebosi Perform Eid Adha Prayer

"Happy Eid Mubarak_Eid Adha 1435 H"


Kami tiba di Lapangan Karebosi tepat waktu. Beberapa saat setelah mendapatkan tempat, shalat Eid pun dimulai. Tidak ada waktu bagi kami untuk duduk istirahat sejenak. Tapi, alhamdulillah sih, meski jarak dari rumah ke Karebosi lumayan jauh, hal itu tidak membuat saya kelelahan karena pada hari itu, Makassar anti macet. Jalanan lengang, hanya orang-orang yang ingin pergi shalat Eid sebagai pengguna jalan. Andaikan setiap harinya Makassar seperti itu, betapa enaknyaaa,,,hehehe!!!!

Setelah shalat Eid, saya bersama adek saya langsung pulang ke rumah. Namun karena beberapa jalur di sekitar Lapangan Karebosi, Mesjid raya dan Mesjid al Markaz di tutup, maka kami harus mutar-mutar mencari jalanan yang tepat. Sekitar jam 8 pagi, saya tiba di rumah. Rudi pun sudah kembali. Dia shalat Eid di mesjid yang ada di NTI.

Idul Adha tanpa orang tua itu memang beda. Sepulang dari mesjid ataupun lapangan, tidak acara sungkeman ataupun maaf-maafan seperti biasanya. Yang ada, langsung masak "Mie Sedaaap Goreng" campur "Telur" dan goreng "Tempe". Begitu siap santap, kami makan dengan nasi. Tidak ada "Buras" ataupun "Lontong", terlebih "Ayam" dan "Daging". Kami sebagai mahasiswa merayakan hari raya dengan menu khas kami sebagai mahasiswa. hehehe!!!

Setelah makan, kami ke kamar masing-masing. Bukannya silaturrahmi, malah kami tidur-tiduran begitu lelah main HandPhone. Begitu terbangun, tiada hal yang kami kerjakan selain kembali kepada tugas-tugas kuliah kami masing-masing.

Di sore hari, saya bersama adek saya (wiwi) siap-siap ke salah satu rumah sahabat dekat saya yang juga marayakan Idul Adha di Makassar untuk silaturrahmi. Sebenarnya, sms undangan makannya di siang hari akan tetapi terlalu panas untuk keluar di siang hari. Belum lagi, Wiwi harus menyelesaikan tugasnya yang deadline besoknya.

Setiba di rumahnya Yani, kami cerita-cerita dan foto-foto terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kami makan bersama, dengan menu Daging plus Ketupat. Meskipun Idul Adha di Makassar, menu lebaran tetap tersedia di rumah Yani karena dia tinggal bersama Orang tua dan adek-adeknya.
With St. Hutami Sudirman (Yani's Sister)

With Nuryani, My Lovely Bestie

Me_Yani_Wiwi


Setelah itu, kami kembali duduk menanti waktu magrib. Selesai shalat magrib, Yani kembali menyiapkan minuman. Mau tidak mau, saya tidak bisa langsung pulang. Berhubung, Mami' juga masih menonton Drama Korea yang ada di Netbook yang saya bawa.

Setelah selesai, saya siap-siap pulang. Namun sebeluum pulang, saya memberitahu Yani kalau saya ingin membeli bawang karena bawang di rumah sudah habis. Dan, Alhamdulillah,nya,,,bukannya ditanya berapa harganya, malah saya diberikan tanpa harus bayar, free.

"Saya tidak menjual di hari lebaran, ambil saja dan tidak usah bayar", kata Ibunya Yani. "Rezeki sekaligus berkah hari raya, jenk", tambah Yani.

Wahhh,,,,puji syukur Tuhan atas segalah berkahMu. Makasih Ya Allah!!!

Yaaa,,,Lebaran kali ini memang lebaran pertama tanpa orang tua dan saudara yang lengkap.
Namun, bukan berarti hari raya kali ini berlalu begitu saja tanpa berkah.
Allah Maha Tahu,
Allah Maha Melihat,
Allah Maha Pengasih, dan
Maha Penyayang

Lebaran kali ini menjadi bermakna karena seorang sahabat yang baik hatinya.
Terima kasih tiada tara, sahabatkuuu, Nuryani sayaaannnnggggg,,,,#BigKissHug
Ini adalah lebaran pertamaku di Makassar yang takkan terlupakan!!!


Love You as Always,
IR188

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Spend Weekend in Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge

Midday View of Sunset Rumah 40 Villa & Resto, Boneoge - Donggala Time flies so fast. I’ve been staying here for more than 2 years. Yeah, I’m not the local here. I come and stay here for work. If you ask me, “What do you do for a living?”, the answer is “I’m in teaching.” Being a practioner in Education like lecturer, I’m full of works. Many others think that lecturer will be on holiday on the semester break, but FYI it’s not happened on the reality. Semester break is only for students, not lecturers. Final test correction, BKD report, lesson plan, and research proposal are to do lists of lecturers in January. To deal with those activities, of course, I have to be smart in time management. So, I can do relaxation at the end of the month, before coming to the next semester. Unexpectedly, Anna Rufaida, my friend in Tadulako University who works as an operator staff in Language and Art Education Department, invited me to join in her travel plan to Boneoge, Donggala. After knowing whoev

Bits and Pieces of My Life: Hustle Culture and Multitasking

Have you ever heard about hustle culture and multitasking? Hustle culture is a person mentality who thinks work as everything above all. For them, work all day long every day is a must, for the sake of professionality. Until some of them end with burnout - exhaustion of physical or emotional strength or motivation usually as a result of prolonged stress or frustration of work. Sometimes, they are also multitasking - the ability to do multiple tasks at one time. Why do I talk 'bout this?   Hmm...I'm going to share about my activity recently ( in the last three months ).  After re-reading my daily journal, I realize that the rhythm of my life is in contrary with my principle, which is slow living. What I do recently, shows that I'm in hustle culture and a multitasking woman as well. My weekend is always full of workshops or meetings, from one place to another, even from one hotel to another. That's why, some of my friends or colleagues commented by saying:  "

Story of My 18th August

08.18.16 My 26 th Birthday              Bulan Agustus kerap kali menjadi bulan yang paling saya nanti-nanti setiap tahunnya. Itu tidak lain dan tidak bukan hanya karena satu hal, yaitu hari kelahiran. Tiap kali, Bangsa dan orang-orang Indonesia usai merayakan Hari Kemerdekaan, saya pun kembali diingatkan dengan hari dimana saya pertama kali melihat dunia yang fana ini. Tiap kali hari itu datang, saya selalu dan senantiasa bersyukur karena masih dianugrahi umur yang panjang. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwasanya saya juga semakin dekat dengan kematian. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kehidupan dunia itu fana. Dunia hanyalah tempat persinggahan bagi hamba-Nya, sekaligus tempat untuk menyiapkan bekal untuk kehidupan yang kekal. Dan, kehidupan yang kekal itu adalah akhirat.