Sebagaimana
di akhir episode sebelumnya (Episode 3), Dr. Kang diminta oleh Kapten Yoo untuk segera
menyelamatkan Presiden Arab. Bersama dengan tim medis lainnya, Dr. Kang membawa
pasien ke ruang operasi. Meski sempat kembali dihentikan oleh pengawal
presiden, Dr. Kang melanjutkan untuk mengoperasinya setelah mendengarkan apa
yang dikatakan Kapten Yoo kepada pengawal tersebut.
“Kau,
lakukan tugasmu. Dokter akan akan menyelamatkan pasien dan aku akan melindungi
orang yang harus dilindungi.”
Saat
Dr. Kang mendorong pasien menuju ruang operasi, Kapten Yoo menodongkan senjata
ke pengawal presiden dan menoleh ke arah Dr. Kang. Hmm, sepertinya dia
khawatir!
Kejadian
tersebut sampai ke Korea yang menyebabkan terjadinya perdebatan antara pihak Blue
House dan RS. Haesung. Sementara di ruang operasi, terlihat tim medis sudah
siap memulai operasi yang diawasi oleh Tim Alpha. Karena Kapten Yoo memutuskan
koneksi, hanya Sersan Seo yang mendengar segala kemarahan Komandan Corps.
Taebaek. Mereka pun segera meluncur ke lokasi medis tersebut. Melihat Dr. Kang
telah memegang pisau bedah, Dr. Song berkata kepadanya.
“Satelah
kau mulai, tidak ada jalan kembali. Jika kau berubah pikiran,…”
“Lihat
ini! Ini sayatan subkostal yang besar bukan?” kata Dr. Kang sambil
menunjukkan bekas sayatan pada Dr. Song yang ada di tubuh pasien tersebut.
“Tidak
ada catatan operasi pada grafiknya” kata Dr. Lee.
“Aku
tahu, kau tidak bisa percaya apapun tanpa memeriksanya sendiri dengan matamu”
kata Dr. Kang.
“Aku tahu.
Itu sebabnya operasi ini berbahaya. Ini berbahaya bagi kita, untuk pasien dan
bahkan untuk para prajurit” kata Dr. Song.
“Pasien
ini akan mati jika aku lepas tangan karena ini berbahaya. Kita tidak punya
pilihan sebagai dokter. Aku akan membedah perutnya” kata Dr. Kang dan
mulai membedah.
Di
tengah operasi, tiba-tiba tekanan darah pasien menurun. Dr. Lee pun khawatir
jika pasien meninggal. Dr. Song juga khawatir operasi tidak akan berhasil.
Namun, tidak dengan Dr. Kang, ia malah tetap memaksa untuk mengikuti
sebagaimana prosedur awal yang telah mereka tetapkan dan meminta mereka
berhenti mengeluh. Begitu dokter Arab tiba di lokasi, operasi selesai dan
kondisi vital pasien normal. Meski demikian, dokter Arab yang baru tiba masih
belum bisa mengatakan sukses selama pasien masih belum sadar. Menurutnya, dia
masih mungkin bisa mati.
Daripada
memikirkan perkataan dokter tersebut, Dr. Kang bersama Dr. Song dan Dr. Lee
malah berpikir kalau mereka harus makan karena lapar. Namun, demi menjaga
pasien, mereka pun bergantian. Di Korea sendiri, pihak Blue House masih
mengkonfirmasi kemungkinan yang akan terjadi pada Professor RS. Haesung dan
meminta Komandan Militer memberikan sanksi kepada prajuritnya, Kapten Yoo.
Komandan pun menghubungi Sersan Seo dan memerintahkan untuk segera
memberhentikan dan menahan Kapten Yoo Shi Jin di barak. Saat itu juga, Kapten
Yoo yang tahu diri, menyerahkan senjatanya dan meminta Sersan Seo untuk menangani
tindak lanjut.
Ketika
Sersan Seo dan Kapten Yoo tiba di Barak, tiba-tiba Komandan Corps Taebaek masuk
dan memarahi dan menceramahi Yoo Shi Jin yang telah bertindak ceroboh. Namun,
Kapten Yoo sendiri tidak menyesal dengan keputusan yang telah dia ambil. Dia
akan bertanggung jawab penuh dengan segala keputusannya. Lalu, Dr. Kang juga
datang mempertanyakan keberadaan Kapten Yoo kepada Sersan Seo. Seketika,
Komandan keluar dari dalam dan mencari Dr. Kang. Mendengar namanya disebut, Dr.
Kang pun memperkenalkan diri kepada Komandan. Hingga akhirnya mereka berdua
bicara empat mata. Dia menanyakan keadaan pasien dan menyalahkan Dr. Kang yang
telah menghancurkan karir Yoo Shi Jin. Sebelum meninggalkan okasi tersebut, dia
meminta Sersan Choi menjadi Kapten sementara dan meminta Sersan Seo untuk
kembali ke Korea sesuai perintah transfer yang telah diberikan kepadanya.
Sebelum
meninggalkan Urk, Sersan Seo kembali ke tempat dimana Kapten Yoo ditahan. Dia
ingin memebrikan laporan sekaligus minta maaf karena meninggalkannya.
“Apa
kau akan pergi?” tanya Yoo Shi Jin.
“Kami
berangkat pukul 21.00.”
“Apa
kau tidak mempertimbangkan untuk tinggal? Kenapa tidak bertahan?”
“Aku
lari karena perintah, bukan karena kehendakku. Aku minta maaf meninggalkanmu
seperti ini. Ini laporan transferku.”
“Tidak.
Aku dipecat jadi aku bukan lagi atasanmu. Lupakan laporan!” kata Kapten
Yoo.
“Hari
ini, setiap keputusan yang dibuat oleh atasanku benar dan adil. Dan hari ini,
setiap keputusan yang dibuat oleh atasanku adalah terhormat. Sampai jumpa di
Korea, Kapten” balas Sersan Seo.
Mendengar
hal itu, Kapten Yoo menjanjikan traktiran minum selama 72 jam pada Sersan Seo.
Lalu, keduanya tersenyum. Sersan Seo pun kemudian melapor dan mendatangi Dr.
Kang untuk memberinya waktu kunjung pada Kapten Yoo selama 10 menit.
Tak
lama kemudian, Dr. Kang tiba di depan Barak. Mendengar kedatangannya, Kapten
Yoo bersandar di dekat jendela dan berkata, “Senang bisa melihatmu. Apa ini
kunjungan yang sebenarnya?”
“Aku
minta maaf.”
“Kau
tidak perlu minta maaf.”
“Pasien
belum terbangun.”
“Kenapa
kau mengkhawatirkan banyak pria? Jangan begitu! Sampai saat ini, kau hanya
boleh mengkhawatirkan aku. Aku menyadari yang kau katakana sebelumnya benar.”
“Apa
yang kubilang?”
“Kalau
kau terlihat seksi saat di ruang operasi.”
“Kenapa
kau melakukannya?”
“Kau
bisa membuat pilihan. Ini tidak harus terjadi.”
“Aku
sudah bilang, Wanita cantik, anak-anak dan orang tua harus dilindungi. Itu
aturanku. Wanita cantik dan orang tua, mereka berdua ada di sana. Aku harus
membuat keputusan. Kau cukup berani hari ini. Apa kau tahu akan hal itu?”
Mendengar
semua pernyataan Kapten Yoo, Dr. Kang hanya bisa menangis karena merasa
bersalah lalu menanyakan keadaan Kapten Yoo di dalam ruangan tersebut. Kapten
Yoo pun bercanda dengan mengatakan kalau dia baik-baik saja beberapa saat yang
lalu namun saat itu, ia ingin keluar karena seseorang. Sebelum Dr. Kang pergi,
dia memberikan Obat Nyamuk kepada Kapten Yoo karena menurutnya itu adalah hal
yang dibutuhkannya. Padahal, tanpa sepengetahun Dr. Kang, di dalam ruangan
tersebut terdapat banyak tumpukan dos obat nyamuk.
Esoknya,
pasien tersebut telah sadar. Para tim medis pun merasa lega. Pasien tersebut
pun dipindahkan ke kota dengan helikopter. Sersan Choi memberikan laporan
kepada Sersan Seo lewat telpon yang lagi di bandara dan siap take off ke Korea. Di saat yang
bersamaan, Letnan Yoon turun dari pesawat tersebut dengan wajah senang.
Keduanya pun bertemu yang membuat wajah Myeong Ju berubah seketika dan memulai
pembicaraan.
“Kau
orang yang kucari tapi kau tidak seharusnya berada di sini. Kemana kau akan
pergi? Apa kau kabur lagi? Aku bertanya jika kau kabur.”
Yang
ditanya bukannya menjawab, malah meletakkan barangnya dan memberikan laporan.
Namun, belum juga dia menyelesaikan laporannya, Letnan Yoon langsung
menamparnya. Setelah itu, barulah dia menyelesaikan laporannya. Terlihat Letnan
Yoon diliputi kemarahan.
“Katakanlah
itu strategi mundur. Beritahu aku untuk menunggu. Katakanlah kau akan melakukan
apapun untuk kembali” perintah Myeong Ju sambil memukul Sersan Seo
dengan tangannya.
“Ada
banyak serangga. Pakai seragammu bahkan jika panas” pesan Sersan Seo
sebelum beranjak pergi.
Namun,
ketika Sersan Seo berlalu, Letnan Yoon menahan legannya yang membuat Sersan Seo
menariknya dalam pelukan.
“Apa
maksudnya ini? Apa yang kau inginkan?”
“Jaga
dirimu baik-baik. Hormat!” kata Sersan Seo yang kembali melanjutkan
langkahnya.
“Kenapa
kau memelukku? Kenapa kau menyentuhku? Perhatikan tindakanmu! Kau mengatakan
melihatku seperti in membuatmu sedih. Kau begitu baik dengan wanita lain.
Kenapa denganku tidak?” tanya Letnan Yoon sambil menangis kepada Sersan
Seo yang tetap melanjutkan jalannya meninggalkannya.
(Flashback)
“Apa
kau mencintainya?”
“Kenapa
kau peduli?”
“Ada
berbagai tingkat balas dendam.”
“Aku
pernah berjanji untuk membuatnya bahagia.”
“Tidak
ada pengantin yang akan senang jika pernikahannya hancur.”
“Kau
tidak bisa bahagia jika kau memiliki penyesalan” kata Sersan Seo yang
tiba-tiba melihat mantan pacarnya dari balik jendela.
“Kau
tidak di sini untuk balas dendam. Apa kau di sini untuk menenangkan dia?”
Pertanyaan
Letnan Yoon tidak dihiraukan lagi oleh Sesan Seo dan langsung memasuki ruangan
pengantin perempuan tersebut. Mantan pacarnya itu pun langsung bertanya
padanya.
“Kenapa
kau di sini?”
“Untuk
melihat siapa yang kau nikahi. Aku melihat dia saat kemari.”
“Jangan
menyapanya!”
“Mungkin
saat keluar nanti.”
“Oppa!”
teriak mantan pacarnya padanya.
Saat
itu juga, Letnan Yoon memasuki ruangan dan langsung memegang lengan Sersan Seo
dengan tersenyum. Juga, menyapanya.
“Senang bertemu denganmu. Dan, selamat!”
“Siapa
dia?” tanya pengantin perempuan pada Sersan Seo.
“Kupikir
aku harus memperkenalkan diri. Terima kasih telah melepaskannya. Aku pacarnya.
Jangan sebut kita “mantan” atau “pacarnya yang sekarang”, panggil
aku Dokter Yoon. Aku seorang dokter” jelas Letnan Yoon pada pengantin.
“Apa
benar kalian berhubungan?” tanya sang pengantin.
“Aku
akan langsung saja. Aku tidak berpikir akan merindukanmu, berkat dia. Jadi, kau
juga harus hidup bahagia”, pinta Sersan Seo pada mantannya sambil
menggenggam tangan Letnan Yoon. “Selamat! Sungguh-sungguh.”
Sepulang
dari acara pernikahan tersebut, keduanya pergi minum bersama. Sersan Seo tidak
menyesali apa yang telah dia lakukan dan merasa lega. Sesuai kesepakatan,
Letnan Yoon pun meminta Sersan Seo untuk memberitahu Kapten Yoo bahwa mereka
telah berpacaran. Sersan Seo pun tidak masalah dengan hal itu.
Setelah
dia memberitahu Kapten Yoo bahwa mereka sedang berpacaran, beredar rumor bahwa
mereka telah tidur bersama. Letnan Yoon bertemu beberapa kali dengan Sersan Seo
dan membahas kalau dia tidak terima dengan rumor yang beredar tersebut.
Akhirnya, Sersan Seo pun mengatakan bahwa hanya ada satu solusi untuk hal itu,
yaitu dengan merubah rumor menjadi kenyataan. Letnan Yoon pun memukulinya.
Hahaha
(flashback
end)
Di
kantor Komandan Militer di Korea, Komandan menerima laporan tentang Letnan Yoon
dan Sersan Seo. Juga, pemberitahuan dari Blue House mengenai tindakan apa yang
harus diberikan kepada Kapten Yoo. Semua keputusan diberikan kepada Komandan
Militer. Kapten Yoon pun dibebaskan namun tetap harus menerima hukuman
disiplin.
Kembali
ke Urk, terlihat Kapten Yoo mendapatkan hadiah hidangan makan dari anggotanya
yang begitu banyak. Saat mereka tengah makan, Dr. Kang tiba-tiba masuk dan
segera pergi lagi karena tidak ingin mengganggu. Nemun, langkahnya dihentikan
oleh Kapten Yoo dan mengajaknya untuk bicara di luar.
“Kupikir
kau dukun. Tapi kurasa tidak. Kau menyelamatkannya.”
“Kupikir
kau ingin aku melakukannya.”
“Dan
kau mendengarkan aku? Kupikir kau ingin otonomi mutlak mengenai hal-hal medis.”
“Aku
tahu kau punya dendam.”
“Dan
aku tahu kau semalam acuh tak acuh.”
“Kau
mengatakan kita harus berterima kasih atas apa yang harus disyukuri. Aku sangat
bersyukur kau percaya padaku.”
“Kau
tidak takut?”
“Terus
terang, sedikit takut. Kau sendiri tidak takut?”
“Aku
terbiasa dengan situasi semacam itu. Dan, aku ingin mengatakan ini tapi tidak
punya kesempatan. Aku tidak serius ketika aku mengatkan beberapa dokter harus
melakukan penyiaran. Kuharap kau tidak memikirkannya.”
“Itu
tidak sepenuhnya benar.”
“Itu
tidak benar untuk seorang dokter bekerja menyelamatkan pasien bahkan dengan
senjata ditujukan kepadanya.”
“Aku telah bekerja keras. Kupikir kau benar. Tapi
mereka tidak akan benar-benar menembakku kan?”
Mendengar
pertanyaan terakhir Dr. Kang, Kapten Yoo hanya memandanginya. Dia pun segera
menutup telinga dan tidak ingin mendengarkan jawaban dari Kapten Yoo. Dan, saat
itu juga, tiba-tiba keduanya dijemput untuk pergi bertemu dengan Presiden
Mubarat. Ternyata, sang presiden ingin mengucapkan terima kasih karena telah
menyelamatkannya. Dr. Kang pun menasehatinya dan dianggap olehnya sebagai
omelan dari seorang dokter untuk seorang pasien. Sebagai ucapan terima kasih,
Presiden menghadiahkan kartu istimewa kepadanya. Kartu yang bisa
menyelamatkannya dalam situasi apapun. Namun, karena Dr. Kang khawatir kartunya
dicuri Kapten Yoo, dia meminta lagi satu. Tanpa pikir panjang, begitu keluar
dari kediaman presiden, Kapten Yoo langsung menggunakan kartu tersebut untuk
sebuah mobil. Mereka pun langsung diberikan mobil. Dr. Kang tidak setuju dengan
keputusan Kapten Yoo tersebut dan terus protes dalam perjalanan.
“Bagaimana
bisa kau menggunakan kartu bisnis untuk menyewa mobil? Bahkan tidak dari
perusahaan rental mobil. Apa kau sudah gila? Aku tidak pernah berpikir kau
begini. Apa kau tidak punya ambisi? Kau tahu ada minyak disini yang bisa kau
dapatkan dengan hanya menggali tanah. Kau tahu uang yang bisa kita hasilkan
dengan menjual beberapa minyak? Kita menyelamatkan hiupnya. Dia siap memberikan
apapun.”
“Kenapa
kau begitu kesal?” balas Kapten Yoo pada protes panjang Dr. Kang. “Kupikir
kita menggunakannya dengan bijak.”
“Siapa
bilang?” kata Dr. Kang yang semakin kesal.
“Kita
punya dua jam setengah untuk sampai kita harus kembali ke kompi. Dengan aku
yang mengemudi pada kecepatan ini akan memakan waktu 30 menit. Aku akan pergi
kencan denganmu selama dua jam yang tersisa.”
“Kau
pasti gila. Kau menggunakan kartu itu hanya untuk pergi berkencan. Tapi tunggu,
aku tidak pernah setuju untuk pergi kencan denganmu.”
“Aku
tidak meminta persetujuanmu. Ayo pergi minum teh.”
“Kau
harus bertanya.”
Tak
lama kemudian, keduanya telah duduk di tempat yang Kapten Yoo maksud. Dr. Kang
masih memikirkan kartunya yang telah digunakan sia-sia oleh Kapten Yoo. Dia pun
memberitahu Kapten Yoo bahwa yang tersisa itu adalah kartunya.
“Ini
milikku. Jangan berani-berani menyentuhnya. Harus kugunakan untuk apa kartu
ini? Haruskah aku membuka klinik di Arab? Aku seharusnya mengambil foto dengan
dia. Jika aku menggantung foto itu di RS, aku akan mendapatkan begitu banyak
uang kan?”
Mendengar
rentetan kata yang dilontarkan oleh Dr. Kang, Kapten Yoo malah bertanya hal lain.
“Kenapa
kau menjadi dokter?”
“Karena
aku pintar di sekolah. Terutama dalam Matematika.”
“Itu sangat meyakinkan.”
“Dokter
tampaknya harus dibayar dengan baik. Ini keyakinanku bahwa kehidupan mengejar
uang lebih baik daripada dikejar-kejar oleh orang. Ini keberanianku bahwa tidak
peduli dengan orang lain, aku dibayar atas pekerjaan yang kulakukan. Itu
rencanaku membuka klinik di Gangnam. Kau bisa memanggilku materialistis jika
kau mau.”
“Kenapa
kau terus-terus berpura-pura menjadi orang jahat?”
“Sudah
kuputuskan aku menjadi dokter untuk uang. Banyak yang terjadi sejak kau pergi.
Dan aku sudah banyak berubah sejak saat itu. Tapi kau tidak terlihat berbeda.”
“Aku
menjadi lebih tampan, tidakkah kau tahu?”
“Lelucon
masih saja sama” kata Dr. Kang sambil tersenyum.
“Senyummu
jadi lebih manis.” Puji Kapten Yoo.
Tiba-tiba ponsel Kapten Yoo berdering dan lagi
lagi ia harus pergi. Dia meminta Dr. Kang membawa mobil. Namun, Dr. Kang
langsung menanggapinya.
“Akhir
kencan kita selalu sama, di Korea dan di sini. Kemana kau pergi? Apa rahasia lagi?
Apa itu ditempat dimana aku tidak diizinkan?”
“Kau
tidak dilarang pergi ke sana tapi sepertinya membawamu akan menyulitkan.”
“Kenapa
selalu kau yang pergi duluan?”
“Karena
pekerjaanku yang membuatnya begitu dalam hubungan ini.”
“Bagaimana
jika aku masih ingin kencan denganmu?”
Akhirnya,
mereka pun pergi bersama dan terlihat lagi menghadiri acara pemakamam. Keduanya
tiba di kompi saat malam. Saat Kapten Yoo meminta Dr. Kang untuk istirahat, Dr.
Kang malah mengajukan pertanyaan.
“Apa
dia teman? Maksudku pria yang di pemakamam.”
“Kenapa
baru tanya? Kau pasti penasaran sepanjang waktu ini. Dia temanku.”
“Tapi
apa yang terjadi?”
“Ini
terjadi saat ia mencoba menjaga perdamaian.”
“Itu
berarti, kau bisa…”
“Ya.
Jadi jangan bicarakan itu. Lihat! Selalu begini. Selamat malam.” Kapten
Yoo pun berlalu setelah menghentikan pembahsan masalah tersebut.
Esok
harinya, saat para prajurit lagi jogging, Dr. Kang menghentikan Sersan Choi dan
mempertanyakan keberadaan Kapten Yoo. Sersan Choi pun menjelaskan kalau Kapten
Yoo dipanggil ke komite disiplin. Dr. Kang tidak tahu kalau Kapten Yoo bebas
hukuman setelah bebas dari tahanan.
Di
Komando Kompi Taebaek, dihukum dengan pemotongan gaji dan tidak berhak menjadi
kandidat untuk dipromosikan. Begitu dia keluar, tanpa ia lihat Letnan Yoon
menghalangi langkahnya dengan kaki yang membuatnya terjatuh. Mereka pun
membahas tentang kedatangan Letnan Yoon, hukuman Kapten Yoo, promosi jabatan
dan Sersan Seo. Lalu, keduanya melihat kedatangan Dr. Kang yang berlari masuk
ke Kompi Komandan. Kapten Yoo pun meninggalkan Letnan Yoon.
Dr.
Kang datang untuk memprotes hukuman disipin Kapten Yoo. Setelah mendengarkan
hukuman yang diberikan kepada Kapten Yoo, dia pun tidak bisa berkata apa-apa.
Saat itu juga, Kapten Yoo datang dan membawanya keluar. Keduanya pergi dan
singgah di pinggir jalan untuk membicarakan hal tersebut.
“Tunggu,
apa yang kau lakukan?” tanya Dr. Kang.
“Kenapa
kau melakukan hal ceroboh itu?”
“Ceroboh?
Aku menghancurkan hidup seseorang,..”
“Itu
bukan karenamu. Kau pikir aku menginginkannya, menyelamatkan seorang wanita?
Kau ingat luka tembak aku di hari pertama kita bertemu? Salah satu atasanku
berkata, ini di hari pertamaku sebagai Kapten Satuan Khusus. Prajurit selalu
hidup dengan kain kain kafannya. Saat kau mati di daratan tak bernama demi
negaramu, tempat kematianmu menjadi kuburanmu dan seragammu menjadi kain
kafanmu. Itu yang harus kau ingat saat
kau memakai seragammu. Jika kau sudah memakainya dengan mengingat itu,
banggalah tiap saat. Tidak ada alasan untuk malu. Dan aku menyerahkan hidupku
untuknya. Luka tembak dari peperangan itu. Tidak peduli besar atau kecil, semua
keputusanku. Termasuk kebanggan satuanku, kehormatan dan kewajibban mereka. Hal
yang sama terjadi padaku. Aku membua keputusan berdasarkan seua hal itu dan aku
tidak menyesali keputusanku. Namun, itu tidak dapat menutupi kenyataan kalau
aku melanggar hokum militer. Semua hal tentang militer diselesaikan secara
militer. Dan, itu berarti kau tidak bolleh ikut mencampurinya, Dr. Kang.”
“Maafkan
aku kalau kekhawatiranku mempersulitmu” kata Dr. Kang lalu berlalu
pergi meninggalkan Kapten Yoo sambil menangis.
Kapten
Yoo, yang ditinggal, mendapatkan telpon dari Sersan Seo. Setelah menanyakan
keberadaannya, Sersan Seo menanyakan apakah Kapten Yoo sudah bertemu dengan
Letnan Yoon atau belum. Kapten Yoo pun protes karena Sersan Seo tidak peduli
dengan situasinya yang baru saja mendapatkan hukuman. Dan, malah mengatakan
kalau itu pantas untuknya. Itu adalah gaji besar untuk demi seorang wanita. Kapten
Yoo tidak terima dengan tanggapan-tanggapan Sersan Seo. Akhirnya dia menutupn
telpon karena kesal dengannya.
Malam
harinya, dia tiba di lokasi kompi dan langsung masuk ke ruang makan. Dia
menemukan hadiah yang ditinggalkan oleh Sersan Seo untuknya. Menurut Sersan
Seo, wine adalah hal yang ia butuhkan setelah mendapatkan hukuman tersebut.
Tiba-tiba Dr. Kang masuk ruangan itu juga. Melihat ada Kapten Yoo, dia pun
berbalik ingin pergi. Namun, pertanyaan Kapten Yoo menghentikan langkahnya.
“Ada
apa?”
“Aku mau
ambil air.”
“Tapi,
kenapa kau mau pergi? Kau mau bicara sesuatu?”
“Sepertinya
kau ingin sendiri.”
“Tidak.
Aku ingin bersamamu. Kurasa itu terlihat jelas. Jangan pergi! Kemarilah!”
Dr.Kang
pun tidak jadi keluar dan tinggal di ruang makan tersebut.
“Apa
kau mau minum anggur atau air?” tanya Kapten Yoo.
Dr.
Kang pun menerima anggur tersebut dan langsung meminumnya, tidak peduli dengan
Kapten Yoo yang lagi mengambilkannya gelas. Setelah itu, dia menawarkan anggur
tersebut kepada Kapten Yoo. Namun, ditolak.
“Prajurit
yang dibebastugaskan tidak boleh minum” kata Kapten Yoo.
“Bukannya
kau mengeluarkannya untuk diminum?”
“Aku
mau melakukan itu, tapi semuanya sirna karena ada yang melihat.”
“Maaf
sudah bertindak ceroboh.”
“Aku
yang seharusnya minta maaf. Anggap saja aku minta maaf.”
“Tapi,
kau tidak minta maaf” kata Dr. Kang dengan tatapan marah. “Jangan
takut! Apa aku terlalu ceroboh lagi? Bagaimana kau kemari?”
“Aku
lari. Hanya aku yang bisa kemari secepat itu.”
“Tapi,
aku melihatmu turun dari mobil.”
“Kau melihatnya?
Terus, kenapa kau bertanya?”
“Aku
mau mendengar candaanmu” kata Dr. Kang yang membuat Kapten Yoo
tersenyum. “Kau cocok dengan seragam itu. Aku tidak merasa pantas untukku
mengatakannya kepada seseorang yang baru menerima hukumannya.”
“Bagaimana
kau tahu soal seragam ini?”
“Kenapa
tidak tahu? Khayalan para wanita adalah seragam.”
“Itu
sebabnya aku jadi prajurit.”
Melihat
Dr. Kang kembali meminum anggur tersebut, Kapten Yoo bertanya apakah itu enak
atau tidak. Dr. Kang pun mengatakan kalau itu tidak buruk. Lalu menwari Kapten
Yoo apakah ingin minum atau tidak. Yang kemudian dijawab oleh Kapten Yoo kalau
ia ingin menonton film dan minum bersama.
“Itu
bisa jadi kencan yang sempurna” kata Dr. Kang.
“Apa
kau menonton film itu?” tanya Kapten Yoo pada Dr. Kang.
“Tidak.”
“Kenapa
kau tidak nonton?”
“Karena
film itu, aku akan menontonnya bersama seseorang. Aku sudah putuskan, aku harus
menghindari menonton film saat aku berkencan dengan seorang pria. Aku terus
membaca banyak artikel tentang film itu dan artikel itu mengingatkan aku
padamu. Karena film itu sama seperti Yoo Shi Jin bagiku” jelas Dr. Kang
sebelum dia kembali meminum anggur yang ada di tangannya.
Melihat
ekspresin Kapten Yoo yang melihatnya minum, dia pun berkata padanya, “Kau
pasti ingin sekali minum ini.”
“Aku
harus cari alasan untuk meminumnya” balas Kapten Yoo yang kemudian
langsung menciumnya.
To be continued in the next episode (Episode 5)...!!!
keren kak
BalasHapus