Pada
episode sebelumnya (episode 1), Kapten Yoo berlari dan menaiki helicopter setelah sepakat
untuk bertemu dan nonton dengan Dr. Kang di akhir pekan. Dr. Kang terlihat
sedih ditinggal begitu saja oleh Kapten Yoo dan terus memandang dan mengikuti
kemana arah helikopter yang telah take
off tersebut. Dari dalam helikopter juga terlihat Kapten Yoo sedang melihat
ke arah Dr. Kang sebelum akhirnya helikopter tersebut terbang jauh dan hilang
dari pandangan.
Dr.Kang
masih memandang ke langit hingga Dr. Song datang mendekatinya. Dr. Song pun
mengikuti arah pandang Dr. Kang dan bertanya apa yang sedang dilihatnya. Daripada
menjawab pertanyaan seniornya tersebut, dia malah bertanya balik apakah tentara
yang sedang bertugas harus dijemput dengan helikopter dan akan tertembak.
“Sunbae,
jika kau seorang tentara yang sedang melakukan tugas, apa kau akan dijemput
helicopter dan tertembak senjata?”
“Tak ada pria yang wamil tertembak senjata begitu.
Kita hanya sering tertembak oleh air hujan dan salju. Bahkan setelah itupun,
kita harus membersihkan sisanya lagi.”
“Iyakan? Lalu, tentara seperti apa dia hingga bisa
terbang begitu?”
“Pria yang terbang? Apa dia kabur atau terbang? Dia
pasti punya alasan tersendiri.”
Dr.
Kang pun tidak menanggapinya lagi dan hanya tersenyum. Selanjutnya, Kaptern Yoo
bersama dengan Tim Alpha lainnya telah tibah di perbatasan Afganistan, di Camp.
Perdamaian Pasukan PBB. Terlihat mereka langsung breefing dan latihan penyelamatan sebelum menjalankan misi
penyelamatannya yang sesunggunya. Mereka melakukan latihan dengan pasukan
khusus lainnya yang turut serta dalam operasi gabungan tersebut. Di tengah
latihan tersebut, Tim Alpha melakukan kesalahan dan gagal, yang membuat pasukan
khusus lainnya itu menghinanya. Tak terima timnya dihina, sebagai Kapten, Yoo
Shi Jin langsung bertarung melawannya. Menurut Sersan Seo Dae Young, yang
mereka lakukan itu bukan sekedar latihan dan pertarungan biasa melainkan
pertarungan yang sebenarnya untuk mengetahui sejauh mana pasukan khusus yang
terlibat dalam operasi gabungan bisa saling percaya. Pertarungan tersebut
berakhir setelah beberapa pasukan PBB datang menghentikan mereka.
Di
RS. Haesung, terlihat Dr. Kang lagi di toilet memikirkan hasil interviewnya
untuk menjadi professor di RS tersebut. Dia khawatir akan gagal lagi seperti
sebelumnya. Namun, Dr. Pyo menyemangatinya dengan mengatakan itu tidak mungkin
terjadi lagi. Tiba-tiba Kim Tan yang baru-baru juga selesai interview datang.
Dia memandang remeh Dr. Kang lalu keluar. Dr. Pyo pun berkata, “Dia
ikut interview untuk posisi professor? Ujian spesialis bedahnya saja sudah
gagal 3 kali.” Menurut Dr. Kang, mungkin dia didukung oleh orang dalam karena dia malah telah gagal
4 kali. Jauh lebih banyak daripada yang diketahui oleh Dr. Pyo.
Beranjak
dari toilet, Dr. Kang terlihat lagi di ruang operasi, menunggu kedatangan Prof.
Park untuk melakukan operasi bersama. Namun, yang muncul adalah Kim Tan sebagai
pengganti Prof. Park dan menjadikan Dr. Kang sebagai asistennya dalam operasi
tersebut. Dengan sikap angkuhnya, dia melakukan operasi sambil cerita. Akhirnya
tanpa sadar, dia melakukan kesalahan. Dr. Kang pun jengkel dan memarahinya. Di
Afganistan, terlihat Kapten Yoo bersama Tim Alpha dan pasukan khusus lain
sedang menjalankan misi penyelamatannya. Kedua scene tersebut muncul silih
berganti. Dr. Kang maupun Kapten Yoo berhasil melakukan tugasnya dengan baik. Kapten
Yoo berhasil menyelamatkan sandera. Sementara, Dr. Kang berhasil menyelamatkan
pasien meski harus menceramahi Kim Tan
yang melakukan kesalahan sehingga membuat dia keluar dari ruang operasi dengan
kemarahan yang tak terbendung.
Kemarahannya
mereda setelah ngobrol dengan salah satu dokter yang juga ikut dalam operasi
tersebut. Dia adalah pacar Dokter residen Lee Chi Hoon dan ternyata keduanya
sudah saling tukar cincin. Dr. Kang pun bahagia mendengarnya. Tiba-tiba Lee Chi
Hoon muncul, menyapa pacarnya dan selanjutnya ngeles ingin bicara berdua dengan
Dr. Kang. Untungnya, pacarnya itu dengan mudahnya mengerti dan
mempersilahkannya bicara berdua. Begitu pacarnya tersebut berlalu, Dr. Kang
langsung bertanya padanya.
“Kenapa
lagi?”
“Cincinku
hilang”, kata Lee Chi Hoon yang langsung membongkar tempat pakaian yang
telah dipakai saat melakukan operasi.
“Kau
memang tak berguna, Lee Chi Hoon”, timpal Dr. Kang.
“Apa
cincinnya jatuh ke dalam tubuh pasien saat sedang operasi?”
“Apa?
Apa kau gila?”
Untungnya,
cincin tersebut segera ia temukan di tempat pakaian tersebut. Sebagaimana yang
ia ingat, cincin tersebut ada dalam saku baju operasi. Dr. Kang pun hampir saja
memukulnya sebelum akhirnya dia berlari kabur dengan tersenyum senang. Hahaha!
Usai
operasi, Dr. Kang ke ruangan Dr. Pyo dan menggosipkan pasangan tersebut sambil
ngemil bersama. Dia tidak habis pikir kesibukan di rumah sakit tidak
menghalangi pacar Lee Chi Hoon untuk bisa hamil. Dr. Pyo pun mengatakan bahwa
rumah sakit itu luas. Selanjutnya, dia mempertanyakan keberadaan dan kabar dari
pria yang Dr. Kang temui, Kapten Yoo.
“Bagaimana
dengan pria itu? Apa dia sudah menghubungimu?”
“Belum”,
kata Dr. Kang sambil berbalik ke arah komputer. “Sepertinya dia pria yang tak bisa
sering telponan.”
“Sebenarnya
apa pekerjaannya? Tentara, Luka Tembak. Helikopter. Apa dia seorang mata-mata?”
“Mungkin
saja”, balas Dr. Kang yang mendekat dan memandangi layar monitor
komputer di depannya.
“Kau
sedang lihat apa?”
“Foto
pria itu. Hanya ini yang aku punya.”
“Sepertinya
kau sudah gila.”
Dr.
Kang hanya tersenyum mendengar Dr. Pyo yang menganggapnya gila karena terus
memperhatikan foto X-Ray Kapten Yoo. Menurutku sih, ungkapan Dr. Pyo ada
benarnya juga, hehe. Saya sendiri baru tahu kalau ternyata foto X-Ray itu
merupakan hal yang romantis bagi seorang dokter kala ditinggal tugas tanpa
kabar. :(
Dr.
Kang berjalan meningglkan RS tepat saat berita penyelamatan sandera oleh PBB di
Afganistan ditayangkan di TV. Dia meminta Dr. Lee Chi Hoon untuk tidak
mengganggunya karena ia akan pergi nge-date.
Saat sedang merilekskan diri di depan pintu keluar RS, ternyata Kapten Yoo
sudah berdiri di depannya tanpa ia sadari. Dia pun langsung menutup mukanya
saat melihat Kapten Yoo sedang menatapnya dengan tersenyum. Dia malu karena
belum mandi dan bertanya kenapa Kapten Yoo sudah datang sementara janjian
mereka masih dua jam lagi.
“Bagaimana
kabarmu?”
“Kenapa
kau cepat sekali datangnya? Janjinya kan 2 jam lagi. Apa jamku yang salah?”
“Aku
yang memang datang lebih awal. Rasanya aku senang sekali, ada yang menungguku
hari ini.”
“Tapi,
kau boleh datang 2 jam lagi.”
“Tapi,
kenapa kau tak mau menlihatku?”
“Karena
aku malu. Aku tidak pakai make-up. Aku mau pulang, terus mandi dan ganti baju.”
“Kau
sudah cantik sekarang.”
“Benarkah?
Apa dia serius?”, pikir Dr. Kang. “Apa karena inner beauty.ku ini? Jadi, aku
tak perlu mandi?”
Kapten
Yoo tersenyum dan berkata, “Masuklah. Aku akan mengantarmu pulang.” Dr.
Kang pun memandang sebelah mata dan berkata, “Kau pasti tak mau aku tak mandi, kan?”
Lalu berlalu menuju mobil Kapten Yoo. Ekpresinya itu membuat Kapten Yoo
tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Tiba
di rumahnya, Dr. Kang mempersilahkan Kapten Yoo masuk. Dia mengatakan kalau ia
akan keramas saja. Dan karena ia lapar, ia meminta Kapten Yoo untuk memesan
Bimbap. Meskipun Kapten Yoo ingin mentraktirnya di sebuah tempat makan, dia
tidak masalah karena baginya sudah cukup ia makan dengan seorang pria ganteng.
Mendengar ungkapan Dr. Kang, Kapten Yoo hanya bisa berkata, “Dia
memang aneh. Dan juga sangat cantik.”
Saat,
Dr. Kang lagi keramas, Kapten Yoo memesan makanan lalu melihat foto Dr. Kang
yang tertempel di lemari es. Tanpa sengaja ia juga juga melihat pemberitahuan
pemberhentian aliran air yang tertempel di situ. Ternyata, Dr. Kang tidak
mengingatnya dan bingung saat tiba-tiba saja air berhenti mengalir. Sementara,
dia baru saja mengambil shampoo dan belum membilasnya. Namun, dengan tenang dia
keluar dari kamar mandi, berpura-pura merasa segar karena telah keramas. Kapten
Yoo terus menatapnya dan mengatakan, “Kau..belum membilas rambutmu kan?”
Lalu memperlihatkan surat pemberitahuan pemberhentian aliran air tersebut
kepada Dr. Kang.
Dr.
Kang tidak menjawab dan berlari menuju lemari es, mengambil 2 botol air dingin.
Lalu berlari ke kamar mandi. Kapten Yoo pun meneriakinya.
“Air
itu kan dingin sekali. Kau tidak mau menghangatkannya dulu?”
“Tidak perlu!”
Ucapannya
itu membuat Kapten Yoo lagi lagi tersenyum dengan tingkah anehnya itu. Beberapa
saat kemuadian, keduanya lagi menikmati pesanan makanan mereka yang telah datang.
Kapten Yoo pun melihatnya dan memebritahukannya bahwa ia ingin bertanya tentang
suatu hal. Dr. Kang melarangnya bertanya hingga Kapten Yoo bertanya kepadanya
apakah dia tahu apa yang akan Kapten Yoo tanyakan. Ternyata, Dr. Kang
melarangnya bertanya karena melihat expresinya, dia merasa akan diejek oleh
Kapten Yoo. Padahal tidak demikian, Kapten Yoo ingin bertanya apa Dr. Kang
sering memikirkannya atau tidak.
“Melihat
ekspresimu, terlihat kau akan menegejekku lagi.”
“Ekspresi
apanya? Ini yang dinamakan ekspresi berkharisma.”
“Kau
ingin bertanya apa?”
“Apa
kau selalu memikirkanku?”
“Tentu
saja. Kau sendiri?”
“Aku
juga selalu memikirkanmu. Aku kan pria sejati.”
Setelah
makan, mereka ke bioskop dan menanti film yang akan ditontonya sambil minum
kopi. Keduanya juga ngobrol tentang hal yang paling menyenangkan di bioskop dan
membahas umur keduanya. Sebelum akhirnya Kapten Yoo menerima panggilan telpon
dari komandannya. Mendengar apa yang diucapkan Kapten Yoo, Dr. Kang bertanya
dengan tenang apakah telah terjadi sesuatu lagi. Kapten Yoo pun mengatakan
kalau dia akan pergi. Dan meminta maaf kepada Dr. Kang. Dr. Kang bertanya, “Apa
aku ditinggalkan lagi?” Kapten Yoo pun merasa menyesal dan memintanya
untuk menonton lain kali saja.
“Aku
sungguh menyesal. Kita bisa nonton lain kali saja. Kita bisa pulang sekanrang.”
“Tidak,
tidak apa-apa. Aku bisa menonton sendiri. Kau bisa pergi.”
“Jangan
begitu! Ayo!”
“Tidak
apa-apa. Kau bisa pergi” kata Dr. Kang yang terlihat kecewa dan melihat
ke arah layar.
“Aku
akan menelponmu nanti” kata Kapten Yoo sebelum berlalu pergi
meninggalkan studio bioskop.
Sesaat
kemudian, Dr. Kang juga mendapatkan telpon dari Dr. Lee yang meminta maaf
karena mengganggunya. Akhirnya, dia juga meninggalkan bioskop dan berlari
menuju RS. Ternyata, itu bukan panggilan operasi darurat melainkan panggilan
untuk menerima kegagalan. Dr. Kang tidak terpilih menjadi professor meskipun
dia telah mengabdikan hidupnya di ruang operasi. Dia harus kembali gagal dikalahkan
oleh rekannya sendiri bukan karena kemampuan melainkan karena kekayaan dan
status.
Dr.
Kang langsung menuju ruang salah satu professor yang telah ia kerjakan
makalahnya, yang memberinya harapan bahwa ia akan lulus interview. Dan nyatanya tidak demikian. Dr. Kang kecewa dan kesal
dengan alasan-alasan tidak adil yang menggagalkannya. Tiba-tiba Dr. Kim Tan
yang telah terpilih menjadi Professor karena koneksi tersebut memasuki ruangan
tersebut. Professor kepala langsung mengalihkan pembicaraan dan beranjak pergi
mengajak Prof. Kim. Yang diajak malah mengganggu Dr. Kang dengan mengoceh
tentang ini dan itu yang semakin membuat Dr. Kang semakin emosi. Akhirnya
keduanya pun berkelahi.
Setelah
perkelahian itu, terlihat Dr. Kang lagi mempersiapkan diri untuk broadcast menggantikan Prof. Kim sambil
menangis. Di sisi lain, juga terlihat Kapten Yoo bersama Tim Alpha telah
kembali ke markas dan akan segera istirahat. Tiba-tiba, komandan datang dan
memberitahukan bahwa dua minggu lagi, mereka akan dikirim liburan ke Urk selama
8 bulan. Komandan meminta mereka semua untuk bersiap dan mengucapkan salam
perpisahan dengan orang terdekat mereka masing-masing, entah itu pacar ataupun
keluarga. Kedua anggota Tim Alpha, Harry Potter dan Piccolo terlihat senang
dengan berita tersebut. Berbeda dengan Kapten Yoo dan Sersan Seo, yang terlihat
kurang senang.
Selanjutnya,
Kapten Yoo datang di RS. Haesung dan bertanya kepada Kepala Suster Ha Jae Ah
tentang keberadaan Dr. Kang karena telponnya tidak diangkat. Suster Ha Jae Ah
menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan, “Dr. Kang, ada di sana”
sambil mengalihkan pandangan ke salah satu layar monitor TV. “Sendang
siaran langsung.” Kapten Yoo pun mengalihkan pandangannya ke arah
monitor tersebut.
Karena
tidak bisa bertemu dengan Dr. Kang di RS, dia pun memutuskan untuk menunggu Dr.
Kang di depan rumahnya malam harinya. Melihat kedatangan Kapten Yoo, dia tidak
jadi masuk ke rumahnya melainkan ke Dal.komm
Coffee. Kapten Yoo meminta maaf karena telah meninggalkannya saat itu. Akan
tetapi, Dr. Kang tidak membutuhkan maaf, karena yang ia butuhkan adalah
penjelasan. Dia pun meminta penjelasan sebelum akhirnya mereka membahas tentang
profesi mereka masingg-masing yang tidak memungkinkan keduanya untuk menjalin
hubungan dengan lancar.
“Aku
sungguh menyesal meninggalkanmu seperti itu.”
“Yang
ingin kudengarkan adalah penjelasan, bukannya permintaan maaf. Kau pergi kemana
kemarin? Apa kau naik helicopter lagi?”
“Tidak.
Aku tidak pergi jauh. Aku dilarang untuk memberitahu orang lain.”
“Begitu
ya? Kau bukan mata-mata kan? Hariku sungguh berat hari ini. Tapi, sekarang dan
mungkin nanti aku hanya akan memikirkanmu. Kemana pria yang aku suka ini pergi?
Apa yang sedang ia lakukan? Tapu, bahkan setelah kita bertemu, kita tidak bisa
mengatakan apa-apa karena dilarang.”
“Maaf.”
“Apa
kau ini Pasukan Khusus?”
“Semacamnyalah.”
“Kau
bilang kau melakukan pekerjaan buruh. Tapi, kau juga memiliki luka tembak. Itu
artinya kau suda tertembak. Jadi, apa kau juga melakukan penembakan? Dan juga,
itu artinya kau bisa membunuh ataupun terbunuh. Itu adalah pekerjaanmu kan? Apa
kau hanya akan melawan orang jahat? Aku menghabiskan 12 jam sehari untuk
berjuang menyelamatkan orang Itulah yang aku lakukan. Aku berjuang untuk
kehidupan. Tapi, yang kau lakukan ini adalah melindungi orang lain melalui
kematian orang lain juga.” Rentetan pertanyaan dan pernyataan Dr. Kang
terhadap Kapten Yoo.
“Aku
adalah seorang tentara. Tentara harus mengikuti perintah. Terkadang apa yang
aku anggap baik itu tidak dianggap baik oleh orang lain. Meskipun begitu, aku
harus tetap menjalankan perintah. Selama ini, aku sudah kehilangan 3 kawan
selama menjalankan perintah. Alasan kami melakukan apa yang kami lakukan karena
itu adalah kewajiban. AKu dan juga keluargaku. Kau dan juga keluargamu. Dan
semua orang yang kita sayangi. Aku percaya bahwa aku berjuang untuk perdamaian
dan kebebasan tanah air kita.” Penjelasan panjang yang Kapten Yoo
ungkapkan kepada Dr. Kang.
“Aku
adalah seorang doker. Aku percaya bahwa kehidupan itu suci dan taka ada hal yang bisa menggoyahkannya.”
“Begitu
ya.”
Di
akhir pembicaraan itu, Dr. Kang meminta maaf dan berpikir untuk tidak
melanjutkan hubungan mereka. Yang ternyata bisa dimengerti oleh Kapten Yoo.
Meskipun saya pikir, keduanya tidak menghendaki keputusan tersebut, yang
terlihat dari ekspresi keduanya.
“Maaf.
Sepertinya hubungan ini tidak akan bisa berjalan lancar.”
“Aku
mengerti.”
“Aku
harus pergi.”
“Senang
bisa mengenalmu. Jaga dirimu baik-baik.”
Sepulang
dari tempat tersebut, Kapten Yoo lagi mandi dan terlihat sedih di hadapan
cermin. Lalu datang Sersan Seo. Mereka pun saling bertanya apakah mereka sudah
menemui pasangan mereka masing-masing atau belum. Tidak ada jawaban dari
keduanya, Sersan Seo menambahkan bahwa wanita di Urk itu juga cantik-cantik
bagai artis ataupun penyanyi. Kapten Yoo hanya tersenyum mendengarnya.
Delapan
bulan kemudian, mereka bersama Tim Alpha dan tentara biasa lainnya terlihat
sedang lari pagi di Urk. Di saat anggotanya sedang menyisir sebuah lokasi di
Urk, Kapten Yoo malah sedang duduk menutup mata di mobil seperti sedang
menikmati suasana Urk. Lalu Sersan Seo datang mendekat dan bertanya apakah ia
sedang tidur. Ternyata tidak, katanya dia sedang merasa bangga dengan profesinya
sebagai pasukan penjaga perdamaian. Keduanya pun menikmati minuman mereka
masing-masing sebelum mendengar laporan Piccolo yang telah mendeteksi sebuah
peledak. Mereka pun langsung mengatasi masalah tersebut tanpa melaporkannya
padahal itu adalah masalah yang seharusnya diselesaikan oleh tentara US. Karena
tindakan percaya diri mereka itu, Kapten Yoo dan Sersan Seo pun kena marah oleh
Letnan Pimpinan di Corps. Taebaek. Keduanya pun dihukum. Hahaha.
Di
Korea, terlihat Dr. Kang menikmati kesibukannya sebagai bintang di TV dan
dokter yang bertanggung jawab untuk pasien kelas VIP. Karena kepopulerannya itu, dia pun mentraktir
temannya sandwich yang dia beli di Subway
Café. Menurut Dr. Song, ternyata dunia memang memang terus berputar dan
tidak salah baginya telah menukar pisau bedah dengan mic. Bagi Dr. Kang
sendiri, hidupnya memang terus berubah dan itu bisa terjadi dalam sekejap. Saat
sedang asyik ngobrol dengan Dr. Song sambil menikmati sandwich, Prof. Kim
muncul dengan segala keangkuhannya seperti biasanya yang membuat Dr. Kang
meninggalkannya dan menuju ke rooftop
RS. Dr. Kang teringat akan segala kenangan kebersamaannya dengan Kapten Yoo.
Kembali
ke Urk, terlihat Kepten Yoo sedang melihat Kim Gi Boem bekerja sebelum akhirnya
ia turun tangan karena melihatnya tidak becus dalam bekerja. Akan tetapi, dia
sendiri langsung mematahkan sekop dan melukai dirinya sendiri karena tidak
berhati-hati menggunakannya. Lalu, muncul Sersan Seo yang mengajaknya pergi
minum wine di salah satu bar yang ada di Urk. Di saat ingin menikmati wine
mereka, muncul seorang perempuan yang menanyakan pesananya. Terlihat pemilik
bar tersebut menyodorkan senjata padanya dan langsung ia tes dengan mengarahkan
senjata tersebut kepada Kapten Yoo dan Sersan Seo. Refleks, kedua langsung mengambil
posisi tunduk menyerah sebelum Kapten Yoo merebut dan menodongkan balik senjata
tersebut kepadanya. Perempuan tersebut pun langsung angkat tangan. Lalu, Kapten
Yoo pun bertanya untuk alasan apa dia membeli senjata tersebut. Kata perempuan
tersebut, ia tidak membelinya untuk membunuh melainkan untuk melindungi diri.
Lalu beranjak pergi. Mereka pun membiarkannya dan bertanya kepada pemilik bar
tersebut tentang siapa perempuan tersebut. Sayangnya. Pemilik bar tersebut
tidak menjual informasi.
Di
kantin RS. Haesung terlihat Dr. Kang bersama dengan Dr. Song, Dr. Lee, Suster
Ha Jae Ah dan suster Min Ji sedang makan sambil membicarakan tentang pengiriman
relawan ke Urk. Tiba-tiba kepala RS datang menghampiri dan memanggil Dr. Kang.
Dia meminta Dr. Kang untuk mengosongkan waktunya dan menemuinya di malam hari.
Lalu, pergi. Di malam harinya, Dr. Kang pun ikut dengan kepala RS tersebut dan
ternyata ia dibawa ke rumahnya untuk makan malam bukannya di Sky Lounge seperti yang ia katakan
sebelumnya. Dr. Kang pun memukulnya lalu pergi meninggalkannya.
Esok
harinya, dia menceritakan hal tersebut kepada Dr. Pyo dan khawatir balasan apa
yang akan ia terima setelah memperlakukan kepala RS tempatnya bekerja seperti
itu. Sesaat kemudian, di ruang konferensi, diumumkan tentang siapa dokter atau
tim ahli medis yang akan dikirim untuk menjadi Ketua Tim relawan di Urk.
Ternyata, tugas tersebut diberikan kepada Dr. Kang. Baik dia maupun teman
kerjanya kaget dengan pengumuman tersebut dan menganggap bahwa hidup itu memang
penuh dengan kejutan. Mau tidak mau, tugas tersebut harus ia terima.
Berita
pengiriman tim relawan tersebut sampai di telinga Kapten Yoo dan listnya sudah ada di tangan Sersan Seo.
Keduanya tahu kalau Dr. Kang adalah ketua Tim Relawan tersebut dan Kapten Yoo
yakin kalau Dr. Kang tidak tahu kalau dia telah tinggal dan mereka akan bertemu
lagi di Urk. Sersan Seo pun berpikir kalau itu adalah sebuah takdir bagi mereka
dengan mengatakan, “Sepertinya kalian memang ditakdirkan untuk bertemu.” Kapten Yoo
pun menambahkan pernyataan Sersan Seo tersebut dengan mengatakan, “Ataukah
takdir yang kau maksud itu adalah salah alamat. “
Tak
lama kemudian, tim relawan tersebut telah tiba di Bandara International Urk dan
terlihat kepanasan. Tiba-tiba ponsel Dr. Song berdering dan karena saking
kepanasannya, dia tidak fokus dan terlambat menyadari kalau yang sedang ia ajak
bicara di telpon tersebut adalah Han Seok Won, kepala RS. Haesung. Dia menelpon
Dr. Song karena Dr. Kang tidak mengangkat telponnya. Dia pun selanjutnya berbicara
dengan Dr. Kang melalui HP Dr. Song. Dia masih memberikan kesempatan Dr. Kang
untuk berubah pikiran tapi tawaran tersebut tidak dihiraukan olehnya. Dia malah
merendahkannya dengan kata-kata yang tidak sopan dan mengatakan kalau ia akan
mengundurkan diri setelah selesai menjalani tugas sebagai relawan. Anggota
timnya yang mendengar Dr. Kang berbicara dalam telpon, kaget dengan respon
ataupun perkataan Dr. Kang. Setelah menutup telpon, dia pun memberitahukan
timnya kalau sebenarnya dia dikirm menjadi relawan dengan alasan yang
sewenang-wenang dari pihak kepala RS.
Saat
itu juga, pesawat helikopter yang akan menjemput mereka di bandara telah
datang. Dr. Kang berlari mengejar kerudungnya yang diterbangkan angin saat
tentara yang menjemput mereka turun dari pesawat. Kapten Yoo yang turunnya
belakangan, malah menjadi yang terdepan saat berjalan menuju ke tempat tim
medis menungu. Dr. Kang pun melihat Kapten Yoo dan mengingat pertemuan pertama
mereka di RS. Namun, tanpa menghiraukannya yang sedang berdiri memandang ke
arahnya, Kapten Yoo malah berlalu begitu saja di samping Dr. Kang. Kapten Yoo
pun bergumam di dalam hatinya, “Sepertinya takdir pertemuan itu telah salah
menghampiri kita.”
To be continued, in the next episode (Episode 3)...!
Komentar
Posting Komentar