Akhir
dari pada episode sebelumnya (Episode 6) adalah pertemuan
antara Dr. Kang dengan Kapten Yoo. Pada pertemuan tersebut, setelah membantu
mengikatkan sepatu Dr. Kang, baik Kapten Yoo maupun Dr. Kang meminta untuk
saling berhati-hati agar tidak terluka dalam proses penyelamatan. Setelah itu,
mereka berpisah dan mengambil langkah yang berlawanan arah.
Kapten
langsung ke lokasi reruntuhan bangunan dan mencari korban yang masih terjebak
di dalamnya. Demi memudahkan mereka mendengar apa yang terjadi di dalam, mereka
menggunakan sebuah alat yang bisa memberikan signal dari dalam reruntuhan. Saat
itu, meski mereka tidak mendengar sesuatu dari alat yang mereka pasang, Kapten
Yoo tetap berpikir menggunakan nalar. Sebagian yang lain mempersiapkan
peralatan yang akan mereka gunakan untuk bisa masuk ke dalam reruntuhan bagunan
tersebut. Namun, saat mereka tengah sibuk mempersiapkan alat tersebut, sang
manajer yang masih memikirkan berliannya datang mengganggu dan meminta untuk memulai penyelamatan dari kantornya.
Dia mengatakan kalau ada berkas penting yang harus dia selamatkan dari
kantornya itu. Meski demikian, baik Sersan Seo maupun Kapten Yoo tidak
menghiraukan permintaan sang manajer tersebut. Karena menurut keduanya,
bangunan yang masih tersisa itu justru lebih besar kemungkinannya untuk runtuh
lagi.
Saat
perdebatan itu terjadi, tiba-tiba prajurit atau tentara yang sedang memantau
signal dari korban mendengarkan sesuatu akan tetapi sangat kecil. Kapten Yoo
pun langsung memeriksa alat tersebut dan memberikan instruksi lebih lanjut.
“Siapkan
endoskop dan perdalam pencarian sebisa mungkin” kata Kapten Yoo kepada
orang yang memantau signal tersebut.
“Ya,
mengerti” balas oleh orang yang ditanya.
Sementara
di dalam, korban yang terjebak terdengar sedang berbicara dengan kekuatan yang
tersisa.
“Kau
ini, kenapa pemuda bisa lemah seperti itu?” kata sang mandor kepada
pekerja yang tertusuk kayu. “Pukul lebih keras!”
“Sakit.
Cepat. Cepat. Aku tak bisa bernafas” kata pekerja tersebut yang
terlihat menjatuhkan batunya karena kesakitan.
“Ya,
keselamatan memang penting. Maaf. Aku bilang bangunan ini sangatlah kuat, tapi
siapa yang tahu bahwa gempa seperti ini akan terjadi? Tapi bertahanlah sebentar
lagi, mereka sedang berusaha” kata sang mandor.
“Kau
bisa mendengar sesuatu?” kata pekerja tiba-tiba.
“Tidak,
tunggu” kata sang manajer.
“Kau
dengar itu?” kata sang pekerja lagi.
Keduanya
pun serentak berteriak mengatakan “Siapa itu?” dan suaranya terdengar
oleh pekerja lain yang memberitahukan kalau tim penyelamat sudah datang.
Sementara, tim penyelamat yang ada di luar sibuk memikirkan cara agar mereka
bisa masuk ke dalam. Lagi-lagi, manajer
mengganggu mereka, yang memberikan alternative jalan lewat kantor. Sersan Seo
lagi lagi tidak setuju dengan usulannya itu, begitupun dengan Kapten Yoo. Meski
begitu, dia tetap memaksa perintahnya dilaksanakan. Hal itu membuat Kapten Yoo
menjadi emosi dan memerintahkan tim penyelamat untuk menyeratnya keluar dari
lokasi tersebut.
Setelah
berdiskusi dengan Sersan Seo, Kapten Yoo pun memutuskan menggunakan airbag untuk membuat jalan masuk ke
dalam reruntuhan. Dia pun memerintahkan anggota tim penyelamat untuk
melaksanakan instruksi yang ia berikan.
Sementara
tim penyelamat berusaha memasuki reruntuhan, tim medis sibuk menangani
pasien-pasien yang berhasil keluar dari reruntuhan. Saat itu, ada beberapa
pasien yang harus dibawa ke medicude
karena tidak memungkinkan untuk ditangani di lokasi tersebut. Namun, mereka
mendapati kendala, yaitu kekurangan kendaraan yang akan membawa pasien. Dr.
Kang pun bingung. Terlebih, jaringan telekomunikasi masih belum berfungsi.
Tiba-tiba,
Kim Ki Boem muncul membawa walkie-talkie
dan memberikannya kepada tim medis. Selain itu, dia juga melaporkan kalau ada
seorang dokter asing yang datang dan akan masuk ke medicube. Karena saluran walkie-talkie
tersebut sudah di setting, tiba-tiba ada panggilan masuk yang mencari Dr. Kang.
“Dr.
Kang, kau bisa mendengarku?”
“Daniel?
Terima kasih untuk walkie-talkienya”, kata Dr. Kang yang mengenali
suara Dr. Daniel. “Kami bisa saling berkomunikasi sekarang.”
“Kalau
begitu, izinkan akau menggunakan ruang operasimu. Pasien mengalami pendarahan
dan patah tulang tengkorak, tapi mereka mengatakan tanpa izinmu, aku tak bisa
melakukan operasi. Aku harus melakukan operasi ini, tapi aku tak memiliki
izinnya, over.” Jelas Dr. Daniel.
“Alasan
itu sudah cukup. Apa ada manajer di
sana?” tanya Dr. Kang. Terlihat Dr. Daniel memperdengarkan suara Dr.
Kang kepada tim medis yang ada di medicube. “Kau bisa mendengarku kan? A pa
kau akan mengobati pasien setelah melakukan perjannjian? Kau pikir kita sedang
di Semcheondong?” kata Dr. Kang dengan sedikit marah yang akhirnya
membuat tim medis yang mendengarnya mengizinkan Dr. Daniel menggunakan ruang
operasi di medicube.
Selanjutnya,
Dr. Kang meminta Dr. Daniel untuk melakukan yang terbaik dan menyembuhkannya.
Dr. Daniel pun mengiyakan dan memberitahukan Ye Hwa juga sudah berada di lokasi
kejadian dan siap untuk membantu. Percakapan antara Dr. Kang dan Dr. Daniel
tersebut, juga terdengar oleh Kapten Yoo.
Tak
lama kemudian, dengan airbag tersebut, Kapten Yoo dan Sersan Seo berhasil
memasuki reruntuhan dan meminta tim medis bersiap untuk penyelamatan lebih
lanjut. Satu persatu pekerja yang terjebak reruntuhan, keluar dari area
tersebut. Salah satu dari mereka kemudian melaporkan kalau Manajer Go (yang
sebelumnya saya sebut sebagai Mandor Pekerja) masih ada di dalam reruntuhan.
Dr. Kang yang mendengarnya pun, langsung berbalik ke reruntuhan tersebut. Saat
sedang menangani pasien tersebut, Kapten Yoo melintas di samping Dr. Kang akan
memasuki reruntuhan lagi setelah keluar mengambil tali. Dia terlihat khawati
melihatnya.
Di
tempat lain, Dr. Yoon juga menangani pasien bersama dengan Suster Min Ji.
Namun, tiba-tiba pasien tersebut tak sadarkan diri. Dr. Kang yang baru
bergabung dengan keduanya, langsung memukulnya hingga detak jantungnya kembali.
Melihat kondisinya, Dr. Yoon langsung berpikir kalau pasien tersebut harus
segera dioperasi dan meminta Dr. Kang mempersiapkan transportasi ke medicube.
Namun, karena semua ruang operasi di medicube sedang terpakai, Dr. Kang
memutuskan bahwa operasi harus dilakukan di lokasi itu juga. Dr. Yoon kaget
mendengarnya, namun akhirnya setuju juga karena tidak ada cara lain. Dr. Yoon
pun memerintahkan kepada Suster Min Ji untuk mengambil peralatan yang akan ia
gunakan untuk operasi.
Sementara,
Dr. Lee, ia menangani pasien perempuan yang terus menolak untuk diberikan
anestesi karena sedang hamil. Dr. Lee pun stress dibuatnya. Mau tidak mau, Dr.
Lee melakukan cara lain sesuai dengan keinginan pasien tersebut untuk
mengobatinya. Meski cara tersebut sangat menyakitkan bagi pasien.
Saat,
para prajurit militer dan tim medis tengah sibuk melakukan misi penyelamatan,
dua orang reporter datang di lokasi kejadian. Pertama, dia bertanya ke Kim Ki
Boem yang lagi sibuk menuliskan jumlah korban tentang apa yang sedang terjadi.
Namun, karena dia tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, dia pun
mengarahkannya ke Suster Ha Jae Ah yang kebetulan lewat. Sayangnya, karena
sibuk, Suster Ha Jae Ah mengatakan kalau ia lagi sibuk. Tiba-tiba, Dr. Song
datang ke tempat tersebut. Kim Ki Boem mengarahkan reporter tersebut ke Dr.
Song. Namun karena tiba-tiba Dr. Song mendengarkan panggilan darurat, dia pun
langsung menaiki mobil reporter tersebut dan mengatakan bersedia di interview jika
mereka ikut dengannya ke medicube. Reporter tersebut tidak punya pilihan lain
selain mengantar Dr. Song. Melihat taktik Dr. Song tersebut, Kim Ki Boem pun
memujinya dan selanjutnya dibenarkan oleh Suster Ha Jea Ah.
Saat
itu juga, tiba-tiba, Kim Ki Boem mendengar tim medis membutuhkan golongan darah
AB. Dia pun membalasnya karena dia memiliki golongan darah sama dengan yang
dibutuhkan. Selanjutnya, dia terlihat sudah ada diantara Dr. Yoon, Dr. Kang,
dan Suster Min Ji. Mereka tengah mengoperasi pasien yang sebelumnya. Setelah
golongan darah Kim Ki Boem diperiksa oleh Ye Hwa dan benar AB, Ye Hwa pun
mulain mengalirkan darahnya ke pasien yang sedang dioperasi.
Saat
tengah melakukan operasi tersebut, Kapten Yoo datang dan meminta Dr. Kang untuk
ikut dengannya masuk ke dalam reruntuhan karena pasien yang di dalam reruntuhan
tersebut lebih mendesak untuk ditangani. Selanjutnya, Dr. Kang sudah terlihat
di dalam reruntuhan dan melihat manajer Go. Dia pun langsung memeriksanya dan
bertanya kepada Kapten Yoo tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
membebaskan manajer Go dari batu yang menimpanya itu. Kapten Yoo, yang ditanya
malah meminta Dr. Kang untuk memeriksa pasien lain lagi. Setelah memberikan pertolongan pertama pada
pasien lain yang Kapten Yoo maksud, Dr. Kang meminta pasien tersebut untuk
tidak bergerak. Selanjutnya meminta Kapten Yoo untuk memotong kayu yang
tertusuk di badan pasien tersebut. Namun, Kapten Yoo malah memintanya untuk
bicara berdua terlebih dahulu.
Kapten
Yoo menjelaskan pada Dr. Kang tentang bangunan yang menghubungkan kedua pasien
tersebut. Jika beton yang menindih tubuh manajer Go diangkat, maka tubuh pasien
yang astunya akan terbelah. Kalau besi yang tertusuk pada pasien kedua
dipotong, beton-beton itu akan runtuh dan menimpa tubuh manajer Go. Dr. Kang
pun akhirnya mengerti apa yang dimaksud Kapten Yoo dan bertanya.
“Untuk
menyelamatkan seorang pasien, kita harus mengorbankan pasien yang satunya, apa
itu maksudmu?” tanya Dr. Kang pada Kapten Yoo.
“Secara
ilmiah, kami tak punya cara lain”, kata Kapten Yoo yang selanjutnya
dibalas dengan ucapan yang hampir sama oleh Dr. Kang, “Secara medis, kami tak punya cara
lain.”
“Dalam
situasi seperti ini, kita harus mengikuti aturan. Menurut aturan doketr, kita
harus menyelamatkan pasien dengan kemungkinan selamat yang tinggi” kata
Kapten Yoo.
“Jadi,
kau memintaku memilih sekarang? Siapa yang harus diselamatkan dan siapa yang
harus dibunuh?”
“Ya.
Kau harus memutuskannya sekarang. Kami sudah menyiapkan posisi penyelamatannya.
Akan membutuhan waktu 10 menit.”
Di
saat Dr. Kang berlalu untuk memikirkan hal tersebut, Kapten Yoo kembali
diganggu olah manajer proyek, meminta untuk menyelamatkan dokumen-dokumen yang
ada di kantornya. Namun, Kapten Yoo tetap menolaknya. Sebelum manajer tersebut
beranjak keluar, tiba-tiba terjadi reruntuhan yang dengan sigap membuat Kapten
Yoo merelakan badannya ditempa reruntuhan demi melindungi manajer tersebut.
Kapten Yoo pun berlalu pergi meninggalkan sang manajer yang tidak terluka
berkatnya. Tanpa Kapten Yoo sadari, dia terluka dan menjatuhkan darah ditangan
manajer. Manajer tersebut pun berbalik melihat Kapten Yoo.
Sementara
Dr. Kang tengah mendatangi dan berbicara kepada manajer Go. Manajer Go sendiri
tahu kalau sulit untuk menyelamatkannya bersama dengan pasien yang lainnya. Dia
pun mengutarakan kalau dia sudah ikhlas dengan segala keputusan yang akan tim
medis ambil. Selain manajer Go, Dr. Kang juga mendatangi pasien yang satunya
dan menyemangatinya untuk bertahan.
Di
luar, Dr. Yoon masih terlihat melakukan operasi yang kemudian kaget setelah
mendengarkan SErsan Seo dalam bahaya. Kim Ki Boem, yang juga mendengar hal itu
langsung beranjak dari tempat baringnya dan ingin melepaskan transfer darah.
Dr. Yoon pun memarahinya dan menjelaskan kalau dia akan membunuh pasien jika
beranjak pergi. Dia pun kembali baring. Keduanya, Dr. Yoon maupun Kim Ki Boem
kembali lega saat Sersan Seo melapor kalau dia tidak terluka parah.
Kembali
ke dalam reruntuhan, Kapten Yoo kembali menemui Dr. Kang dan menanyakan
keputusannya. Sebelum memberikan keputusan, Dr. Kang menjelaskan tentang
kondisi pasien dan bertanya balik ke Kapten Yoo tentang siapa yang akan dia
selamatkan jika menemui situasi yang seperti itu. Hal itu karena Dr. Kang
berpikir bahwa Kapten Yoo sudah berpengalaman dalam situasi yang demikian dan
mungkin dia bisa memberikan keputusan yang terbaik. Namun, Kapten Yoo malah
memberitahunya bahwa dalam penyelamatan seperti itu tidak ada tindakan yang
terbaik, melainkan mereka hanya perlu menyelesaikan masalah yang ada di hadapannya.
Dr. Kang pun mengeluh sambil menangis dan khawatir kalau tindakannya itu benar
atau tidak. Kapten Yoo pun mengatakan kalau itu tindakan yang benar, malakukan
hal yang bisa dilakukan. Daripada hanya tinggal diam dan membiarkan mereka
mati, lebih baik memilih salat satunya untuk diselamatkan. Dengan desakan dari
Kapten Yoo tersebut, Dr. Kang pun memberitahukan urutan penyelamatannya sambil
menitikkan air mata.
Beberapa
saat kemudian, terlihat pasien yang tertusuk besi tengah dibawa masuk ke medicube. Dr. Song langsung memeriksanya
sembari mendengarkan rentetan penjelasan Dr. Kang tentang kondisi pasien
tersebut. Keduanya pun langsung mengoperasinya bersama. Sementara, di tempat
lain, terlihat mayat manajer Go sudah ada diantara mayat yang lainnya. Kapten
Yoo terlihat memeriksa lalu mengormatinya. Saat itu juga, pasien yang dioperasi
oleh Dr. Yoon, telah selesai. Dia kemudian memuji kerja keras Kim Ki Boem.
Tak
lama kemudian, Komandan Park tiba di lokasi dan memuji kerja keras prajurit.
Dia pun memerintahkan seluruh prajurit yang telah bekerja keras dan
menggantikannya dengan pasukan yang datang bersamanya. Selanjutnya, terlihat
beberapa mobil dalam perjalanan mengantarkan seluruh pasukan yang telah
bekerja.
Di
Korea, terllihat Komandan Militer memberitahukan situasi dan kondisi di Urk
kepada ayah Kapten Yoo. Dia meminta maaf karena tidak bisa menghentikan Kapten
Yoo untuk pergi ke sana. Namun, ayah Kapten Yoo malah menanggapi berbeda kalau
itu sudah menjadi tugas tentara. Hal yang sama juga diilakukan oleh Kepala RS.
Haesung kepada seluruh tim medis di RS. Dia memberitahukan kalau rekan medis
mereka yang sedang bertugas di Urk dalam kondisi aman. Jadi, mereka tidak perlu
mengkhawatirkannya lagi. Pacar Dr. Lee pun lega mendengarnya. Namun, ibu daripada
Dr. Lee sendiri malah mengomeli kepala RS karena telah mengirim Dr. Lee ke sana
dan tidak bisa malakukan apa-apa untuk mengembalikannya ke Korea segera.
Malam
harinya, di Urk, Dr. Song terlihat duduk bersama Dr. Lee. Keduanya memikirkan
pasien yang telah mereka tangani. Sementara, di medicube, terlihat manajer
proyek kembali melakukan kekacauan. Dia meminta diobati, tapi Suster Ha Jae Ah
malah melaporkan kedatangannya pada Dr. Song yang menyarankan untuk mengirimnya
ke RS. Jiwa. Dia pun diabaikan oleh tim medis. Hahaha!
Di
markas prajurit, terlihat Kapten Yoo dan Sersan Seo kebingungan soal makanan.
Namun, hal itu tidak bertahan lama, karena tiba-tiba datang pemilik bar yang
tahu kondisinya, membawakan makanan untuk mereka. Keduanya pun tersenyum dan
Kapten Yoo tiba-tiba berkata kalau itu semua akan dibayar oleh Sersan Seo
karena gajinya sendiri sudah dipotong. Sersan Seo pun kaget dan tidak bisa
mengatakan apa-apa. Selanjutnya, Kapten Yoo meminta para prajurit untuk makan.
Saat mereka tengah menikmati makanan, Kapten Yoo memberikan arahan kalau mereka
tidak perlu khawatir karena orang tua mereka sudah dikabari terkait dengan
situasinya. Yang mereka perlu lakukan setelah makan, adalah istirahat (tidur)
karena mereka akan kembali melakukan penyelamatan esoknya.
Selanjutnya,
Sersan Seo terlihat sedang cuci muka sebelum akhirnya Dr. Yoon datang
menghampirinya. Dia langsung mangambil handuk yang ada di leher Sersan Seo dan
membantu mengerinkan mukanya. Sersan Seo hanya melihatnya sampai Dr. Yoon
memulai pembicaraan.
“Kau
datang ke sini. Apakah karena atas keinginan sendiri ataukah perintah ayahku”,
tanya Dr. Yoon.
“Tanggung
jawabku adalah bekerja di tempat yang paling berbahaya”, jawab Sersan
Seo.
“Aku
tak tahu kenapa kau bisa memutuskan untuk datang. Tapi, yang perlu kau tahu,
aku tak suka sikapmu ini.”
“Telpon
dia! Dia pasti sangat khawatir”, pinta Sersan Seo.
“Bagaimana
denganmu? Bagaimana jika aku terluka?” tanya Dr. Yoon.
“Maaf
karena aku selalu menghindarimu”, kata Sersan Seo.
“Lalu,
kenapa kau tak menggenggam tanganku?”, tanya Dr. Yoon lagi.
Bukannya
menjawab pertanyaan Dr. Yoon, Sersan Seo malah langsung memeluknya, yang
selanjutnya membuat Dr. Yoon menangis dalam pelukannya.
Di
saat Suster Ha Jae Ah tengah mensterilkan peralatan medis, Dr. Song datang
menghampirinya. Keduanya membicarakan tentang situasi yang mereka alami itu.
Akhir dari pembicaraanya itu, Dr. Song meminta Suster Ha Jae Ah untuk menghapus
file dalam folder rahasia di notebooknya,
jika nantinya terjadi sesuatu dengannya. Suster Ha Jae Ah pun penasaran dan
berpikir kalau itu folder yang berisi
blue video dan meminta Dr. Song untuk
segera menghapusnya. Namun, Dr. Song berkata tidak jika dia belum meninggal.
Hahahah!
Selanjutnya,
Dr. Kang bersama tim medis lainnya terlihat sedang memeriksa satu persatu
pasien yang selamat dari reruntuhan. Dia juga menemui pasien yang meminjamkan
sepatu kepadanya dan berterima kasih. Setelah itu, dia ke tempat korban yang
meninggal. Dia menyalakan lilin kemudian berlalu pergi sambil membayangkan
situasi proyek sebelum gempa tersebut terjadi. Dia teringat dengan senyum ceria
manajer Go dan menagis. Kapten Yoo pun melihatnya sebelum dia didatangi dengan
seorang prajurit. Prajurit tersebut kemudian bertanya apakah bahunya baik-baik
saja kerana terlihat terluka. Dia pun menunjukkannya. Setelah melihatnya, dia
meminta Kapten Yoo untuk diobati. Namun, tiba-tiba Dr. Kang menghampiri
keduanya dan meminta Kapten Yoo untuk ikut dengannya.
Dr
Kang menjahit lukanya sambil bertanya bagaimana dia bisa terluka seperti itu.
Saa itu juga, Dr. Kang memberitahunya kalau dia baik-baik saja, meski tidak
terdengar Kapten Yoo bertanya kepadanya. Selanjutnya, Kapten Yoo pun berkata
kalau dia senang bisa bersama Dr. Kang dalam berjuang melakukan penyelamatan.
Keduanya pun saling berterima kasih dengan momen tersebut. Dia pun meminta Dr.
Kang untuk melupakan kata-katanya yang sebelumnya mungkin membuatnya sedih
karena dia tidak ingin Dr. Kang terluka. Akhirnya, Dr. Kang memintanya melawak
untuk menghiburnya. Setelah Dr. Kang selesai menjahit lukanya, dia pun berkata,
“Aku
sangat merindukanmu. Apapun yang aku lakukan, aku selalu saja memikirkanmu. Aku
memaksa diriku, aku berusaha keras. Aku minum dan mencoba semuanya. Tapi,
percuma karena aku masih merindukanmu.” Dr. Kang pun hanya terpaku
mendengarkan semua perkataannya itu.
To be continued in the next episode (Episode 8)...!!!
Komentar
Posting Komentar