Pada
akhir episode sebelumnya (Episode 5), Kapten Yoo mengajukan sebuah pertanyaan
kepada Dr. Kang terkait dengan ciuman mereka.
“About
that kiss, should I apologize or confess my love?”
Ditanya
seperti itu, Dr. Kang tidak langsung menjawab, melainkan memberikan beberapa
pernyataan sambil mengingat beberapa moment kebersamaannya bersama dengan
Kapten Yoo.
“You
are very charming. You’re charming but dangerous. And because you’re dangerous,
I don’t like it. Everytime, I catch your eye, I am charmed. I think I have to
stand you up this time. I hope there was more time. So, I could simplify my
complicated mind. Get rid of fear and take the time to think if I could become
a girlfriend of this dangerous, yet charming man. But, you keep on leaving like
this. I can’t get angry at you for leaving nor can I ask you not to leave. I
feel like a fool for having been complicated all by myself. At the moment, I
just simply don’t like you.”
Setelah
memberikan pernyataan panjang tersebut yang terdengar seperti alasan, Dr. Kang
kemudian menjawab pertanyaan Kapten Yoo. Dia memintanya untuk meminta maaf.
“Apologize.
I’ll take your apology.”
“I am
sorry. I hope all is well with you. Salute!” kata Kapten Yoo sebelum
pergi meninggalkan Dr. Kang.
Selanjutnya,
keduanya terlihat berada di tempat tidur masing-masing. Sebelum tidur, Dr. Kang
menyalakan lilin dan duduk termenung. Sementara, Kapten Yoo, sedang memandangi name tagnya sebelum akhirnya dia pulang ke
Korea dan meninggalkan Urk.
Esoknya,
melihat para tentara sedang jogging, Dr. Kang melamun hingga dia disapa oleh
Kim Ki Boem. Dia pun menanyakan keberadaan Kapten Yoo. Yang ditanya pun
memberitahukan kalau Kapten Yoo sudah pergi sejak semalam dan kemungkinannya
sudah berangkat ke Korea saat itu. Begitu, Kim Ki Boem berlalu, Dr. Kang pun
berpikir kalau ternyata dia tidak diberikan kesempatan kedua.
Di
Korea, Kapten Yoo terlihat sudah bersama ayahnya dan berbincang sejenak sebelum
akhirnya mereka mengambil foto berdua sambil memegang foto ibunya. Meski Kapten
Yoo telah menghilangkan kesempatannya untuk bisa dipromosikan (naik jabatan),
ayahnya tetap mendukungnya dan mengatakan kalau ia telah melakukan yang
terbaik.
Di
tempat berbeda, terlihat Sersan Seo tengah melatih para prajurit. Di
tengah-tengah latihan tersebut, Kapten Yoo tiba-tiba muncul dan ikut
memperlihatkan kemampuannya. Hal itu membuat Sersan Seo meminta para prajurit
memperhatikan kemampuannya tersebut. Sersan Seo pun bertanya kenapa dia ada di
tempat tersebut.
“Aren’t
you off duty? What are doing here?” tanya Sersan Seo pada Kapten Yoo.
“I had
to come. I miss you so much. When are you finished? Lat’s have some drinks
after!”
Selanjutnya,
keduanya terlihat sudah berada di sebuah tempat minum. Mereka ngobrol sambil
minum.
“Did
the
discharge ceremony for your father go well?” tanya Sersan Seo.
“It
was so touching that I almost cried when he got a flower bouquet”,
balas Kapten Yoo.
“It’s
good to see you again being healthy. Salute!”
Di
saat keduanya tengah menikmati minumannya, beberapa orang prajurit tiba-tiba
memasuki tempat tersebut. Sersan Seo pun memalingkan wajahnya agar tidak
terlihat oleh prajurit tersebut karena ternyata dia adalah pelatih yang mereka
takuti. Sayangnya, wajahnya tetap dikenali oleh prajurit tersebut. Keduanya pun
berniat kabur. Setelah menanggapi beberapa pertanyaan prajurit tersebut, Kapten
Yoo meminta Sersan Seo untuk berdiri dalam hitungan ketiga. Lucunya, Kapten Yoo
baru mengatakan “Satu”, Sersan Seo sudah angkat kaki dari tempat tersebut sampai
membuat Kapten Yoo kaget. Namun sial bagi keduanya, bukannya mereka keluar,
keduanya malah terjebak di tengah kerumunan prajurit yang lagi makan. Keduanya
pun melawan puluhan prajurit tersebut dan saling kejar-kejaran. Hahahaha!
Untungnya,
lari keduanya lebih cepat dan segera melompat pagar saat mendapati tempat yang
baik untuk bersembunyi. Prajurit tersebut pun akhirnya kehilangan jejak
keduanya. Begitu prajurit tersebut melewatinya, Kapten Yoo pun menanggapi cara
menghitung Sersan Seo.
“You
count numbers in a weird way” kata Kapten Yoo sambil ngos-ngosan. “Is it
3 after 1?”
“I am
not good at mathematics. You should have counted if you were at good at it”
balas Sersan Seo.
“I am
tired. Oh no. It seems the rigid instructor is getting old, too. Maybe this is
the perfect time to pick a fight with you. When I was a Military Academy cadet,
you were very harsh on me as a drill instructor. Do you remember?”
“I
remember that, do you want to fight now?” balas Sersan Seo yang
menanggapi ajakan berkelahi Kapten Yoo. Namun, tiba-tiba Kapten Yoo berkata
kalau dia tidak ingat karena yang dia ingat adalah kenangan yang menyenangkan.
“I
don’t remember. All I have is happy memory. I just got sober all of sudden.”
Selanjutnya,
Sersan Seo menanyakan tentang wine yang dia berikan kepadanya sebelum dia
pulang ke korea. Juga, membahas tentang hubungan asmara mereka yang tidak
berjalan dengan baik.
“Did
you drink the wine I left for you?”
“I
just tasted it.”
“Did
you drink it alone?”
“I
drink it with Dr. Kang.”
“Did
it go well?”
“It
didn’t go well. It feels like I get dumped by a girl whenever I am on vacation.
I still miss her, but I think it will be fine pretty soon.”
“Little
strokes fell great oaks.”
“You
can’t say that. You don’t make even one little stroke. It’s not convincing.”
“It’s
not that I didn’t make a stroke. The problem is that I made a stroke on myself.”
“I
think we are stupid.”
“It
creates a synergy effect when we are together.”
Usai
mengatakan hal itu, Sersan Seo pun pamit pergi. Tepatnya, dia akan pulang ke
rumahnya karena rumahnya sudah dekat dari tempat dimana mereka bersembunyi itu.
Mendengar hal tersebut, Kapten Yoo pun berpikir kalau Sersan Seo lari ke daerah
tersebut dengan maksud tertentu, yaitu karena rumahnya berada di daerah
tersebut. Jahatnya lagi, dia tidak mengajak Kapten Yoo ke rumahnya.
Di
tengah perjalanan ke rumahnya tersebut, tiba-tiba HP Sersan Seo berdering dan
itu adalah panggilan dari Dr. Yoon. Dia langsung berhenti tapi tidak langsung
mengangkat telpon tersebut. Saking lamanya baru dia angkat, Dr. Yoon yang
menelpon kaget saat menyadari kalau telponnya sudah diangkat. Namun, saat Dr.
Yoon mengajukan beberapa pertanyaan, Sersan Seo tidak menjawab apa-apa
melainkan hanya mendengarkan.
“He..Hello.
Hello!” kata Dr. Yoon dalam telpon. “Seo Dae Young, did you just
answer my call? You answered the phone! Why did you answer my call? Is
everything okay? Tell me everything! I know you are there.”
Sersan
Seo, tak kunjung menjawab pertanyaan Dr. Yoon. Akhirnya, Dr. Yoon pun berbicara
sendiri, bagaikan melaporkan situasi, kondisi dan perasaannya pada Sersan Seo.
“It’s
okay. Just listen to me then! Just don’t hang up the phone. Okay? I am doing
fine here. I am wearing my combat uniform, so I didn’t get a mosquito’s bite.
And, I am in good health here. I miss Seo Dae Young a lot. Do you meet Shi Jin?
He made fun of me a lot when he was here. He kidded about me coming here just
to see you. He said that I’m pretty but I look prettier when I put away my
pride. I don’t care about my pride. I know how much Seo Dae Young loves me.”
Mendengar
apa yang dikatakan Dr. Yoon, Sersan Seo tiba-tiba teringat akan moment
kebersamaan mereka dan langsung mengangguk saat Dr. Yoon kemudian bertanya, “Are
you listening to me?”
“Let
me hear at least your breathing if you are listening to me!” tanya Dr.
Yoon yang tidak mendapatkan tanggapan apa-apa dari Sersan Seo.
Di
tempat lain, di Urk, Dr. Kang sibuk chatting dengan sahabatnya, Dr. Pyo.
“You’re
coming back to Korea soon, aren’t you?” tanya Dr. Pyo. “I’ve
got good wine for you.”
“I
don’t drink with a woman. Prepare a man for me instead. A good man.”
“What
about the man you met on the other side of the world? He is not your type as
you see him again?”
Terlihat
Dr. Kang melamun sebelum menuliskan pesan untuk menjawab pertanyaan Dr. Pyo
tersebut.
“That’s
not it. He was the best. I shouldn’t have received an apology. I should have
held him. And I should have confessed my love. I’m the one who missed all the
opportunities. How could he has liked me?”
Saat
Dr. Kang menulis pesannya tersebut, terlihat Kapten Yoo di Korea, lagi menunggu
bus dan akhirnya menaiki bus dimana ada foto Dr. Kang tertempel tanpa ia sadari.
Dan ternyata, pesan yang ditulis Dr. Kang tersebut tidak jadi ia kirim ke Dr.
Pyo. Dia menghapusnya.
Esoknya,
Kapten Yoo terlihat lagi main bilyard. Tiba-tiba, Sersan Seo datang dan
keduanya pun bingung kenapa baju mereka bisa kembaran. Karena rese’, Kapten Yoo
pun langsung mengambil foto Sersan Seo yang lagi memperhatikan bajunya sendiri
dan langsung dikirimkan ke Dr. Yoon di Urk. Tampang Sersan yang difoto candid
membuat Dr. Yoon yang saat itu lagi mengobati pasien, tidak konsen karena lebih
fokus ke HPnya.
Di
tempat berbeda, Dr. Kang bersama tim medis lagi mengurusi anak-anak sebelum
akhirnya dia mengingat moment kebersamaanya dengan Kapten Yoo karena melihat
sebuah gambar.
Malam
harinya, terlihat Kapten Yoo lagi kesepian dan menghubungi Sersan Seo.
Sayangnya, Sersan Seo yang lagi sibuk tidak bisa mengobati rasa bosannya itu
dan langsung menutup telpon dari Kapten Yoo. Mau tidak mau, dia kembali
teringat momen kebersamaannya dengan Dr. Kang saat di pantai perahu karam
sambil memandangi batu yang mereka ambil saat itu.
Sama
halnya dengan Kapten Yoo, Dr. Kang pun mengingat kenangan tersebut. Bedanya,
Dr. Kang berdiri dan memandangi langsung pantai tersebut di keesokan harinya. Saat dia tengah melamun di tempat tersebut,
Dr. Daniel datang menggunakan mobil yang sudah dirusak oleh Dr. Kang. Dia tidak
percaya dengan apa yang ia lihat dan selanjutnya memuji keahlian Dr. Daniel
dalam memperbaiki mobil.
“It
can’t be”, kata Dr. Kang.
“Yes.
It’s the same car.”
“You’re
too good to be a doctor.”
“Maybe
that’s why I make money at the store” balas Dr. Daniel yang membuat Dr.
Kang tersenyum. “I heard that you are leading today.”
“Yes.
Thank you for everything” kata Dr. Kang sebelum ia mengeluarkan amplop
dari tasnya untuk membayar Dr. Daniel. Namun, Dr. Daniel menolak dan
selanjutnya dia menawarkan pada Dr. Kang untuk mendonasikan uangnya untuk hal
berbeda jika dia memang ingin membayarnya. Dr. Kang pun setuju.
“If
that’s the case, could you donate $ 10 a month long-term?”
“Very
well. I’ll pay you back in instalments.”
“Thank
You. Call me if you get bored and really want to work.”
“I
think I had enough of volunteering for the rest of my life. I must go back to
where I belong. Will you be staying here?”
“I
think so because this year is my sabbatical. You never know, today’s plans
might change tomorrow. Take care!”
“Look
after yourself”, balas Dr. Kang sambil bersalaman dengan Dr. Daniel. “Give
Ye Hwa my regards!”
Saat
itu, ternyata Ye Hwa lagi di padang rerumputan detemani kupu-kupu dan kicauan
burung. What a beautiful view of Urk!
Sepulang
dari tempat tersebut, Dr. Kang lagi mengecek persedian obat di medicube yang kemudian diganggu oleh Dr.
Yoon.
“What
are you doing? Everyone is waiting” tanya Dr. Yoon.
“I’ll
be done in five minutes”, balas Dr. Kang.
“You
should have started earlier.”
Dr.
Kang tidak menanggapi perkataan Dr. Yoon tersebut dan melanjutkan apa yang
sedang ia kerjakan. Lalu, Dr. Yoon mengajukan pertanyaan lain.
“We’ll
never meet again, so can I ask you something?”
“No”
balas Dr. Kang sambil terus mengecek persediaan obat.
“Do
you like Shi Jin?”
Dr.
Kang kaget dengan pertanyaan Dr. Yoon tersebut dan hanya memandanginya tanpa
mengatakan apa-apa. Dr. Yoon menanggapi kalau ekspresi Dr. Kang tersebut telah menjawab
segalanya.
“That
face says everything. Thanks.”
“For
what? I didn’t answer” tanya Dr. Kang.
“You
did, with whole your body.”
Di
tengah perdebatan tersebut, tiba-tiba HP Dr. Yoon berdering dan ternyata itu
adalah Kapten Yoo.
“What
timing! It’s him” kata Dr. Yoon yang membuat Dr. Kang menganga. “I’m
glad you called. Dr. Kang, Ms. Kang or Mo Yeon. I don’t exactly know what to
call her yet, but does she like you?” tanya Dr. Yoon pada Kapten Yoo di
telpon.
Mendegar
hal tersebut, Dr. Kang langsung meneriaki Dr. Yoon.
“Myeong
Ju!”
Kapten
Yoo pun mendengar apa yang sedang terjadi diantara keduanya. Lalu, menanyakan
hal berbeda.
“Shouldn’t
you answer the phone with a salute?”
“What
are you calling as? A friend or senior officer?”
“A
neighborhood friend. I’m having coffee with Dae Young. I’m having a latte, he’s
having an espresso. I doubt he even knows what he’s drinking.”
“He
knows. I taught him.”
Kapten
Yoo hanya tersenyum mendengarkan tanggapan Dr. Yoon, lalu menanyakan apa yang
sedang mereka bicarakan.
“What
were you talking about?”
“I
just wanted to fluster you a bit. I’m in the middle of a battle of nerves with
Mo Yeon.”
“What?”
kata Dr. Kang.
“You
shouldn’t bully civilians.”
“So,
you just changed the topic. Do you want to know how she reacted?”
“Are
you crazy? Hang up!” pinta Dr. Kang sambil berbisik.
“What
did she do? Is she angry?” tanya Kapten Yoo.
“She
is. But still looks pretty”, kata Dr. Yoon.
Kapten
Yoo hanya tersenyum mendengarkan apa yang dikatakan Dr. Yoon sebelum akhirnya
dia menutup telpon. Dr. Yoon pun menceritakan apa tanggapan Kapten Yoo.
“I
expected him to ask me to put you on. He was flustered” kata Dr. Yoon.
“Of
course he was” balas Dr. Kang sebelum menambahkan dengan jengkel, “I’m
not exactly that forgettable.”
“Is
this why he likes you?”
Belum
juga dijawab Dr. Kang, tim medis lainnya memanggilnya untuk keluar berfoto.
“Go
and join them. That’s what you are here for” kata Dr. Yoon yang
mempersilahkannya keluar.
“That’s
why I’m here, but it’s not the only reason. I couldn’t finish because you
interrupted me. Check the inventory, and hand it over to the UN. And, look
after yourself until you get back!” kata Dr. Kang sebelum keluar.
Di
luar medicube, terlihat tim medis
lagi berfoto sebelum mendapatkan arahan dari Sersan Choi. Selanjutnya, terlihat
mereka sedang dalam perjalana ke bandara dengan helikopter. Tim medis pun
terpesona dengan indahnya pemandangan yang ia lihat.
Sementara
di kantor manajer dari pada proyek tower Haesung, sang manajer terlihat sedang
mengamankan sebungkus berlian ke dalam brangkasnya. Askinya tersebut, terlihat
oleh seorang pekerja yang sedang istirahat di ruangan tersebut. Agar tidak
diketahui oleh sang manajer, pekerja tersebut pura-pura tidur dan menutup
tubuhnya dengan selimut. Begitu manajer tersebut berlalu, barang-barang yang
ada di ruangan tersebut bergoyang. Sementara, di luar para pekerja tengah sibuk
bekerja. Di saat pekerja yang sebelumnya pura-pura tidur hendak bekerja, dia
bertemu dengan sang mandor tepat di depan cermin. Sang mandor langsung memukul
kepalanya karena dia bekerja dengan tidak menggunakan helm keselamatan. Begitu
sang mandor memberikan helm yang dipakainya ke pekerja tersebut, tiba-tiba helm
yang tergantung di dekatnya berjatuhan. Keduanya pun bengong melihat guncangan
tersebut.
Di
markas Mowuru, terlihat Kim Ki Boem sedang mencari piring di ruang dapur. Saat
itu juga, lemari tempat dimana ia akan mengambil piring berguncang dan semua
isinya berjatuhan. Dia pun ikut terjatuh. Para tentara yang lain pun berlarian
dan berterik bahwa itu adalah gempabumi. Mereka pun berlarian menyelamatkan
diri. Hal itu juga terjadi di medicube.
Dr. Yoon yang sedang ada di medicube
kaget saat barang-barang berjatuhan. Lalu kemudian, dia berlari dan membantu
pasien menyelamatkan diri. Keadaan sudah kacau. Baik masyarakat luar maupun
pekerja di proyek berlarian menyelamatkan diri. Kondisi Urk yang kacau itu,
terlihat oleh tim medis dan tentara yang mengantarnya ke Bandara. Mereka pun shock dan khawatir melihat gempa
tersebut dari udara.
Di
korea, Kapten Yoo sedang dalam perjalanan dan berhenti saat dia melihat berita
yang mengabarkan bahwa sedang terjadi gempa bumi di Urk. Tak lama kemudian, dia
menerima laporan dari channel
militer. Dia pun langsung mengatakan kalau dia adalah Kapten Tim Alpha dan
meminta laporan detail tentang situasi Kompi Mowuru. Lalu kemudian, dia memutar
balik.
Di
RS Haesung sendiri, pacar Dr. Lee, Dr. Pyo dan tim medis lainnya yang bekerja
di RS tersebut, juga tengah melihat berita tentang gempa bumi di Urk. Pacar Dr.
Lee shok dan mengkhawatirkan Dr. Lee saat melihat berita tersebut. DR.Pyo pun
menenangkannya dengan mengatakan kalau mereka semua akan baik-baik saja.
Sementara Kepala RS tengah sibuk berkomunikasi dengan pihak militer.
Komandan
militer pun menerima laporan yang mengatakan kalau tim penyelemat sudah siap
berangkat. Dia pun menginstruksikan agar memasukkan nama Sersan Seo untuk
diberangkatkan karena dia tidak melihat namanya dalam daftar. Namun ternyata,
menurut sekertaris tersebut, Sersan Seo sudah siap berangkat juga sebagai
relawan.
Di
bandara Urk sendiri, Dr. Kang tengah berdebat dengan Sersan Choi karena mereka
tidak ingin naik ke pesawat. Dr. Kang beserta Dr. Song bersikeras ingin kembali
ke Kompi Mowuru karena mengkhawatirkan temannya yang masih ada di sana. Di saat
yang bersamaan, di Blue House, tengah terjadi pertemuan darurat yang membahas
tentang peristiwa tersebut. Pertemuan itu dihadiri oleh pihak Blue House,
Militer dan RS Haesung. Terlihat pihak RS Haesung sangat mengkhawatirkan tim
medis mereka. Menanggapi kekhawatirannya itu, Komandan militer pun
memberitahunya bahwa Tim Pasukan sudah diterbangkan ke lokasi dan akan segera
sampai dalam 30 menit.
Sebagaimana
yang dikatakan Komandan Militer, Tim Pasukan Khusus terlihat sudah dalam perjalanan
menuju Urk. Sersan Seo pun sempat berbincang dengan Kapten Yoo.
“Did
you give up on your vacation?” tanya Sersan Seo.
“I did
what I had to do” balas Kapten Yoo. “But, you can still admire me.”
Sersan
Seo pun tidak menanggapi lagi dan hanya tersenyum. Mereka saling berpandangan
dan menikmati perjanan darurat mereka itu.
Di
Urk, Dr. Kang bersama ti medis lainnya yang sebelumnya berangkat ke bandara,
sudah tiba kembali di Kompi Mowuru. Mereka langsung masuk ke medicube dan mencari tim medis lainnya,
yang sebelumnya menunggu pemberangkatan kedua ke bandara. Melihat Kepala Suster
Ha Hae Ah dan Suster Min Ji dalam keadaan baik-baik saja dan tengah sibuk
mengurus pasien, mereka pun lega.
“It’s
a relief to see you are fine” kata Dr. Song pada Ha Jae Ah.
“Are
you all alright? Did anyone get hurt?’ tanya Dr. Kang.
“There’s
quite a shake, but everyone is fine”, balas Ha Jae Ah.
“The
phone got disconnected and we couldn’t get to anyone. I was scared to death”
kata Suster Min Ji yang terlihat seperti ingin menangis.
“It’s
all right. Don’t cry!” kata Dr. Kang. “Thank goodness, everyone is fine.
Don’t go anywhere. Wait here! I’ll try to contact Seoul. ”
“Let’s
go!” kata Dr. Song sambil mengajak Ha Jae Ah mengobati pasien.
“How
is he?” tanya Dr. Kang pada Dr. Lee.
“He
dislocated his shoulder. But the army surgeon put it back” jelas Dr.
Lee sambil melihat Dr. Yoon.
“It’s
nothing. I’m fine” kata Kim Ki Boem.
Melihat
Dr. Kang sibuk menanyakan kondisi tim medis dan para tentara, Dr. Yoon pun
bertanya kenapa dia kembali.
“The
people near the barrack weren’t severely injured. But, why did you come back?
Is it worse at the airport?” tanya Dr. Yoon pada Dr. Kang.
“Really?
Have flight been cancelled?” tanya tim medis lain.
“No.
It’s not like that. There wasn’t much damage at the airport. We couldn’t just
leave without knowing you were all right. So, we turned the helicopter around”
jelas Dr. Song.
“It’s relief. I thought I would never go back
home again” kata Suster Min Ji.
Saat
mereka sudah merasa lega, tiba-tiba terdengar panggilan untuk medicube, Army Surgeon. Panggilan
tersebut diterima oleh Dr. Yoon yang selanjutnya menanyakan apa yang sedang
terjadi. Terdengar orang yang menghubungi Dr. Yoon tersebut melaporkan kalau
bangunan di proyek Haesung runtuh. Para tim medis dan pasien yang ada di medicube pun shok mendengarkan berita
tersebut.
Tak
lama kemudian, mereka sudah tiba di lokasi kejadian dan speechless melihat situasi yang ada di depan mereka. Sesuai dengan
instruksi Dr. Kang, para tim medis pun, bertindak segera untuk melakukan
penyelamatan. Mereka menggunakan seragam tim penyelamat dan membawa ransel yang
berisis peralatan medis mereka masing-masing. Sebelum memulai tindakan
penyelamatan, Dr. Kang yang memakai sepatu hal tinggi, mematahkan sol heelsnya tersebut untuk bisa berjalan
dengan bebas.
Di
situasi genting tersebut, sang manajer terlihat mendatangi Sersan Choi,
membujuknya untuk masuk ke kantornya. Tentunya hal itu dikarenakan oleh
kekhawatirannya terhadap berliannya yang ia simpan di brangkasnya sebelumnya.
Namun, Sersan Choi tidak memperdulikannya. Dia malah menanyakan tentang jumlah
pekerja yang tengah bekerja saat sebelum gempa terjadi.
Di
dalam gedung yang runtuh itu, terlihat sang mandor terjebak di dalamnya dan
berteriak minta diselamatkan. Suaranya terdengar oleh seorang pekera yang juga
terjebak. Pekerja tersebut berada di atasnya. Dia tertusuk kayu dan merasa sangat
kesakitan, sementara sang mandor tertimpuk batu. Keduanya tidak bisa bergerak.
Sang mandor pun terus berterik minta
pertolongan.
Dalam
proses penyelamatan tersebut, tim medis mengalami kejadian yang menyedihkan.
Pasien yang ditangani suster Min Ji tiba-tiba kejang-kejang dan jatuh dari
tempat tidurnya. Suster Ha Jae Ah pun meneriaki Dr. Lee. Melihat hal itu, Dr.
Lee kaget dan langsung menangani pasien tersebut. Hal itu juga diketahui oleh
Dr. Yoon dan meminta Dr. Kang untuk pergi melihatnya. Begitu tiba di depan
pasien yang dimaksud, Dr. Kang menanyakan kondisinya. Suster Ha Jae Ah
menggelengkan kepala kepada Dr. Kang yang secara tidak langsung memberitahukan
Dr. Kang bahwa pasien tersebut sudah tidak tertolong. Namun, Dr. Lee masih
tetap berusaha untuk membuatnya tersadar. Dr. Kang pun lalu memeriksa denyut
nadinya dan mengganti pita di tangan pasien tersebut dengan pita hitam yang
berarti bahwa pasien tersebut sudah meninggal. Dr. Kang pun menjelaskan kondisi
pasien kepada Dr. Lee dan meminta maaf karena pasien tersebut sudah meninggal.
Namun, lagi lagi, Dr. Lee tidak mampu menerima kenyataan dan terus menekan
dadanya sambil menangis. Saat Dr. Kang memberitahukan waktu kematiannya, Dr.
Lee menghentikannya dan mengatakan kalau dia masih bisa menyelamatkannya. Dalam
situasi ini, terlihat Dr. Lee sangat tidak rela dan tidak terima kalau pasien
sudah tidak bisa diselamatkan. Akhirnya, Dr. Song pun menamparnya. Lalu
kemudian menasehatinya.
“Snap
out of it. Would you? Not now. Stop acting like a child, if you’re a doctor,
act like one” kata Dr. Song.
“What
kind of doctor am I? I can’t even put the band on properly. What kind of a
doctor is that?” tanya Dr. Lee.
“You
are a doctor. A person who is needed on this site. You’re that doctor. So,
announce your patient’s time of death and go to where you are needed. Go to the
patients that you can save. Can’t you hear them crying for help?” jelas
Dr. Song pada Dr. Lee.
Dr.
Lee pun terus menangis sambil memegangi pasien tersebut. Rekan tim medis
lainnya pun larut dalam kesedihan tersebut. Hingga akhirnya, dengan suara
tangisan dan cucuran air mata, Dr. Lee mengumumkan waktu kematian pasien. Selanjutnya,
Dr. Lee mennutup mata paseien tersebut yang kemudian dievakuasi oleh prajurit
tentara.
Di
RS Haesung, Korea, Dr. Pyo berusaha menghubungi Dr. Kang sambil memantau
perkembangan berita secara online.
Dia mengirimkan pesan suara dan chat.
Namun, tak kunjung mendapatkan balasan.
“Hey,
Mo Yeon, Is everything all right? Please, give me a call, okay? I bought some
wine, so come back and drink it.”
Kembali
ke Urk, Dr. Kang, Dr. Yoon, dan segenap tim medis dan para tentara, tengah
sibuk melakukan penyelamatan. Tak pandang waktu, siang atau malam, saat mereka
lagi makan atau istirahat, jika ada panggilan darurat, mereka langsung berlari
dan meninggalkan aktivitasnya demi menyelamatkan pasien. Saat itu Dr. Kang pun
bergumam dalam hatinya.
“I
have been granted the permission to become a doctor. I faithfully bow to give
all my life to serve humanity. The half and life of my patient will be my
priority. I will faithfully carry out my duties towards my patients regardless
of their race, religion or nationality. I will not use my knowledge inhumanely
even when I am under threat. I hereby take this oath on my account and on
behalf of my honor.”
Di
malam harinya itu, di saat mereka masih tengah sibuk dalam operasi
penyelamatan, Tim Pasukan Khusus yang terbang dari Korea, sduah tiba di lokasi
dengan menggunakan helikopter. Satu persatu dari mereka terjung dari helikopter
tersebut dan langsung berjalan menuju tempat dimana para tentara sudah berdiri
untuk menyambutnya. Dr. Kang yang tengah melayani pasien pun berbalik melihat
kedatangan pasukan tersebut. Dia pun melihat kedatangan Kapten Yoo. Walau
terhalang barisan tentara, dia tetap memandangi Kapten Yoo dengan tidak
berkedip, begitupun dengan Kapten Yoo. Hal itu terjadi hingga seseorang
tiba-tiba memegang lengan Dr. Kang dan memintanya pergi menyelamatkan pasien.
Begitu Dr. Kang berlalu, Kapten Yoo pun mengalihkan perhatiannya kepada tentara
yang sudah berbaris di depannya.
Selanjutnya,
Sersan Choi sebagai Komandan Sementara langsung memberikan instruksi
penghormatan.
“Attention.
To Captain! Salute!” kata Sersan Choi sebagai pemimpin.
“Salute!”
kata Kapten Yoo yang menerima penghormatan mereka. “Great job, everyone. Is anyone
hurt?” tanya Kapten Yoo.
“No,
Sir” jawab pasukan tentara dengan serentak.
“Good. I heard everything on my way here, so no
repport needed. We will begin our rescue on the power plant. Is there anyone
who needs to be excused?” tanya Kapten Yoo.
“No,
Sir” jawab pasukan tentara dengan serentak.
“Good.
There is only one thing you shoul look out for. Do not get hurt! If we get
hurt, we can not save the people who need to be rescued. Do you understand?”
tanya Kapten Yoo.
“Yes,
Sir” jawab seluruh pasukan.
“That’s
all. Return to your post!” pinta Kapten Yoo.
“To
our post” kata pasukan dengan serentak lalu kemudian meninggalkan
barisan.
Saat
Sersan Seo hendak mengambil peralatan dan melakukan penyelamatan, ia berbalik
dan tiba-tiba Dr. Yoon datang berlari menghampirinya. Keduanya pun saling
memandang satu sama lain, hingga akhirnya Sersan Seo berkata, “It’s
good to see that you are okay. I was very worried about you. Alright then.”
Kemudian, berlalu pergi. Namun, langkahnya dihentikan oleh Dr. Yoon yang
memanggil namanya. Yang dipanggi pul berbalik. Dr. Yoon pun berkata, “Do
not get hurt! This is an order. Keep that order with your life. Do you get it?”
Sersan Seo berdiri dengan tegap dan hormat kepada Dr. Yoon yang selanjutnya di
terima Dr. Yoon dengan hormat, juga.
Sementara,
Dr. Kang yang baru selesai menangani pasien sedang berjalan. Namun, dia
berhenti saat melihat tali sepatunya lepas. Sepatu itu sebelumnya diberikan
oleh seorang pasien yang sudah ia selamatkan karena melihatnya menggunakan heels. Saat dia berjongkok hendak
mengikat tali sepatunya itu, tiba-tiba seseorang meletakkan helm di depannya dan
mengambil alih tali sepatu tersebut. Dia pun melihatnya, Kapten Yoo yang sedang
mengikat tali sepatunya. Begitu selesai, Dr. Kang pun berdiri, begitupun dengan
Kapten Yoo. Keduanya sailing berpandangan sebelum akhirya Kapten Yoo berkata, “Thankfuly,
you aren’t hurt. I have been regretting
not saying goodbye to you before I left on that day. I can’t be with
you. So, please be careful.” Mendengar hal itu, Dr. Kang yang terlihat
sedih berkata, “You, too.” Kapten Yoo pun memperlihatkan ekspresi yang
menandakan “Okay” lalu berlalu. Keduanya berjalan berlwanan arah.
To be continued in
the next episode
(Episode 7)…!!!
Komentar
Posting Komentar