Musibah Kembali Menyapa
Hari jumat, 9 Maret 2012, saya
terbangun subuh2 dan langsung mengambil
air wudhu untuk menunaikan shalat subuh. Usai shalat subuh, saya
langsung mandi, pakaian, dan menyiapkan barang2 yang mau saya bawa ke sekolah. Akan
tetapi, saat saya siap mau berangkat, tiba2 adek saya meminta saya untuk
menunggunya. Kita berangkat sama-sama saja karena sebentar lagi, dia juga akan
berangkat ke kampus. Yaa….saya pun menunggunya karena masih menungkinkan juga
kalau saya berangkat sama-sama. Mandi dan pakaiannya juga sebentar. Tak lama
kemudian, kita berangkat bersama dan tak lupa pamit sama ayus yang masih di
rumah kerja tugas. Sekitar jam setengah 8 kami berangkat, akan tetapi ngak
sampai 500 m dari rumah, saat motor belok di depan rumah bertingkat tak jauh
dari rumah, tiba2 ban motor lengser sedikit dan saya pun tak mampu menahan
diri. Saya terjatuh dengan sendirinya dari motor, sementara motor tetap
jalan.melihat saya terjatuh dan saya tak mampu bangun karena saya pusing, adik
saya langsung menghentikan motor dan menolong saya.
Saat itu, saya sangat pusing dan tak mampu langsung bangun dari posisi jatuh. Saya hanya mampu mengatakan “ astagfirullah al adzim”. Setelah beberapa menit, baru lah saya duduk dibantu oleh adik saya. Dengan agak pusing, saya langsung meraih handphone dan mengaktifkannya karena ingin menghubungi Ibu Guru Pamongku di SMAGA. Akan tetapi, saya juga tak berdaya lagi dan tak menemukannya. Akhirnya, adik saya langsung mengambil alih HP saya dan menanyakan siapa nama beliau yang tersave. Tak lama dia mencari di daftar kontak, dia pun menemukannya dan langsung menghubunginya. Setelah itu, dia meminta saya untuk kembali ke rumah kalau sudah tidak pusing lagi. Dengan tergopoh-gopoh, saya berusaha untuk jalan kembali ke rumah. Tak lama kemudian, saya sampai di rumah dengan pakaian yang kotor karena pasir bercampur tanah dan basah. Melihat saya sampai dengan pakaian begitu, ayus keluar dari kamar dan menanyakan ada apa dengan kami. saya pun memintanya untuk membantu melepaskan blazer dan jilbab saya yang kotor dan basah juga. Sementara, adik saya mengatakan kalau saya terjatuh dari motor dan juga menghubungi orang tua saya, memberitahukan juga kejadian tersebut. Saya pun terbaring, merasakan kesakitan di kepala bagian kanan, telapak kanan dan kaki saya yang luka-luka ringan. Namun, saya merasa kalau bahu kanan saya, tepatnya pertengahan pundak sakit sekali padahal tak ada luka maupun bengkak. Tapi, saat saya menggerakkannya, saya tak mampu menahan sakitnya. Yaaa…..lengan kanan saya tak mampu digerakkan, saya kesulitan untuk baring menghadap kanan dan menoleh ke kanan. Akhirnya, saya baring dengan telentang dengan meluruskan tangan kanan ke bawah karena tak mampu di gerakkan dan sangat skit kalau di rubah posisinya. Dan parahnya, saat saya baring, saya tak mampu lagi bangun. Saya kesakitan, dengan susah payah saya berusaha bangun, namun nihil. Saya tak mampu lagi bengun tidur sendiri. Adik saya pun membangunkan saya dan menyuruh saya minum segelas air putih untuk menghilangkan rasa kaget. Setelah itu, saya kembali baring dan menyuruhnya untuk ke kampus saja tanpa menunggu saya.
Saat itu, saya sangat pusing dan tak mampu langsung bangun dari posisi jatuh. Saya hanya mampu mengatakan “ astagfirullah al adzim”. Setelah beberapa menit, baru lah saya duduk dibantu oleh adik saya. Dengan agak pusing, saya langsung meraih handphone dan mengaktifkannya karena ingin menghubungi Ibu Guru Pamongku di SMAGA. Akan tetapi, saya juga tak berdaya lagi dan tak menemukannya. Akhirnya, adik saya langsung mengambil alih HP saya dan menanyakan siapa nama beliau yang tersave. Tak lama dia mencari di daftar kontak, dia pun menemukannya dan langsung menghubunginya. Setelah itu, dia meminta saya untuk kembali ke rumah kalau sudah tidak pusing lagi. Dengan tergopoh-gopoh, saya berusaha untuk jalan kembali ke rumah. Tak lama kemudian, saya sampai di rumah dengan pakaian yang kotor karena pasir bercampur tanah dan basah. Melihat saya sampai dengan pakaian begitu, ayus keluar dari kamar dan menanyakan ada apa dengan kami. saya pun memintanya untuk membantu melepaskan blazer dan jilbab saya yang kotor dan basah juga. Sementara, adik saya mengatakan kalau saya terjatuh dari motor dan juga menghubungi orang tua saya, memberitahukan juga kejadian tersebut. Saya pun terbaring, merasakan kesakitan di kepala bagian kanan, telapak kanan dan kaki saya yang luka-luka ringan. Namun, saya merasa kalau bahu kanan saya, tepatnya pertengahan pundak sakit sekali padahal tak ada luka maupun bengkak. Tapi, saat saya menggerakkannya, saya tak mampu menahan sakitnya. Yaaa…..lengan kanan saya tak mampu digerakkan, saya kesulitan untuk baring menghadap kanan dan menoleh ke kanan. Akhirnya, saya baring dengan telentang dengan meluruskan tangan kanan ke bawah karena tak mampu di gerakkan dan sangat skit kalau di rubah posisinya. Dan parahnya, saat saya baring, saya tak mampu lagi bangun. Saya kesakitan, dengan susah payah saya berusaha bangun, namun nihil. Saya tak mampu lagi bengun tidur sendiri. Adik saya pun membangunkan saya dan menyuruh saya minum segelas air putih untuk menghilangkan rasa kaget. Setelah itu, saya kembali baring dan menyuruhnya untuk ke kampus saja tanpa menunggu saya.
Begitu adik saya pergi, ayus juga
kembali masuk ke kamar untuk melanjutkan mengerjakan tugasnya. Saya berusaha
mengubungi teman2 dekat saya. Saya menghubungi yani untuk menanyakan ada tidak
tukang urut yang dia tahu mampu menangani masalah saya tersebut. Dia pun
menjawab telpon saya dengan salam dan bertanya ada apa. Saya pun
menceritakannya kalau saya terjatuh dari motor dan kesakitan pada bahu, dan
saya butuh tukang urut segera. Dia pun mengatakan iya dan akan segera
menemuinya. Pembicaraan pun saya akhiri. Tak lama kemudian, dia kembali
menghubungi saya dengan menggunakan nomornhya Yana. Dia mengatakan kalau beliau
ragu bisa menolong saya. Jadi, dia memutuskan untuk segera menjenguk saya di
BTP bersama Ari. Saya bilang kalau merepotkan Ari, ngak usah tapi dia tetap
bersikeras dan mengatakan tidak apa-apa. Saya pun mengiyakannya dan mengucapkan
terima kasih sbelumnya. Telpon pun saya tutup dengan ucapan salam.
Setelah itu, saya menghubungi Yus untuk
memberitahukan kondisi saya. Karena pada hari itu, Yus tidak pulang dan
bermalam di kozandnya Fibho. Setelah menunggu beberapa detik, dia pun menjawab
telpon saya. Saya langsung mengatakan kalau saya kecelakaan. Namun, entah
mengapa di saat bertanya-tanya tentang kronologisnya dan luka-luka saya, saya
tak mampu menjawabnya dengan baik. Saya menangis dan tak mampu menjelaskannya
dengan suara yang baik. akhirnya, dia bilang, “Tunggu maka, pulang ka sekarang,
jangan maka mandi. Langsungka meluncur ke sana”. Saya pun menutupnya dengan
mengatakan “yaa….hati-hati”. Dalam hati saya, cukup mereka berdua saja yang
tahu. saya tidak menghubungi teman-teman saya yang lain. Tak lama kemudian,
mama saya menelpon untuk menanyakan bagaimana konndisinya, parah tidaknya, atau
sekalian pulang saja. Saya hanya bisa menjawabnya disertai tangis yang tak
tertahankan dengan mengatakan “Sakiiiitt,,,,maaaa….tidak bisa saya gerakkan
lengan saya karena sakit. Bagaimana caraku pulang, jauh, pasti kesakitan tong
jaqiy di jalan.” Setelah mereka tutup telpon. Beberapa menit kemudian, kiki
datang dan melihat saya baring dengan pakaian kotor. Dia langsung bilang, “
kenapa ki,,,??? Kecelakaaa ki…??? Dimana??? Kapan??? Bagaimana ma ki??? Dengan
seadanya saya menjawab.
Tak lama kemudian, Yus datang. Dia
langsung melihat saya dan menanyakan dimana-mana saja yang sakit. Dia bilang
sebaiknya kita ke ruumah sakit saja, Yani menunggu di sana. Saya pun
mengiyakannya dan saat itu juga dia menghubungi taxi. Kami menunggu sampai
waktu shalat jumat masuk, tak satu pun taxi muncul. Dia pun menyuruh Ayus untuk
keluar mencari Taxi, namun karena hujan, kami pun menunggu hujan reda. Setelah
agak reda, Ayus keluar dan ternyata tidak ada taxi yang dia temukan. Karena dia
haid dan mungkin bocor, jadi dia pulang secepatnya dan tidak berjasil menemukan
Taxi. Akhirnya, Yus menghubungi kia, menceritakan apa yang terjadi dan meminta
bantuannya untuk mencari Taxi dan menjemput kami di BTP AF. Tapi, memang tidak
ada, adanya di bagian depan BTP dan tidak bersedia menjemput sampai di BTP
bagian belakang. Jalan satu2nya, kia menahan Taxi di depan SMP 30 dan meminta
saya untuk berusaha dibonceng saja sampai SMP 30. Yaa…saya bertiga Kiki dan Yus
keluar naik motor. Dengan menahan sakit, saya pun bersedia dibonceng keluar.
Pakaian saya, jangan di tanya, kacau sekali. Hanya pakai training biru SMANSA
WTP, kemeja putih dan tanpa jilbab. Rambut diikat ikal dan tidak rapi lagi.
Kentara kalau lagi sakit. Hmmmm!!!!!!!!
Saat sampai di perempatan di sekitar
SMP 30, Taxi sudah menunggu dan saya pun langsung masuk bersama Yus. Diikuti
oleh Kia di belakang, Taxi melaju dengan perlahan karena saya kesakitan kalau
balap2 dan melalui jalan yang berlubang. Begitu, angka di argo menunjukkan
9000an, kami sampai dan turun tepat di depan pintu masuk ruang UGD Rumah Sakit
Dr. Wahidin Sudirohusodo. Akan tetapi karena kelamaan menunggu kami, Yana-Yani
pergi makan terlebih dahulu karena mereka lapar. Saat saya, duduk di tiang,
saya melihat Kia datang dari arah kiri setelah memarkirkan motornya di tempat parkir, yang lumayan jauh
dari pintu UGD. Kami menunggu Yana-Yani bersama, namun karena kelamaan,
akhirnya saya langsung masuk tanpa daftar. Saat saya masuk, ditanya sebentar
kenapa, dan di suruh tunggu sebentar. Yus dan Kia disuruh untuk daftarkan saya
terlebih dahulu. Saya pun menunggu di dalam. Tak lama kemudian, ranjang yang
akan saya tempati datang dan saya langsung di dorong ke salah satu ruang
tindakan, di sekitar pasien2 yang lagi di tindaki. Tak lam kemudian, teman-teman
saya Kia, Yana-Yani, dan Yus masuk melihat saya. Dokter pun datang memeriksa
saya. Menanyakan kronologis kejadian, waktu dan tempat serta kesakitan dibagian
mana. Hasil diagnose awal, kemungkinan patah tulang Klatikula. Dia pun
mengambilkan saya mitella dan obat penahan nyeri karena menunggu pergantian
shift baru ditindaki. Sambil menunggu proses administrasi juga karena saya
tidak akan ditindaki kalau administrasinya belum selesai. Dia memasangkan
mitella dan juga memberitahukan jalan keluar yang biasa mereka tempuh untuk
pasien yang mengalami luka seperti saya. Hanya ada dua pilihan, “Konservatif
atau Operasi”. Saya kaget seketika, tapi dia menenangkan saya dengan
mengatakan, “tapi tungguu kami foto dulu untuk mengetahui kepastiannya”. Dokter
tersebut meninggalkan kami. beberapa saat kemudian, karena kami terlalu banyak
di dalam, dia meninta sebagian dari kami keluar. Teman saya juga meminta untuk
membtalkan daftar secara umum dan menggantinya dengan menggunakan askes. Akan
tetapi saya lupa membawa identitas saya semua, jadi Yus menghubungi Ayus untuk
membwakan kami sekalian karena dia juga mau keluar menuju kampus. Dengan susah
payah dia mencari karena saya menyimpannya di tempat yang berbeda semua. Kami
pun menunngu lama baru ditindaki karena proses administrasi yang lama. Sekitar
jam 2 lewat, barulah saya ditindaki. Saya di dorong teman2 ke ruang foto
konvesional dan di minta buka BraceHolder. Dengan segala taktik yang kami
gunakan, saya membukanya dibantu teman tanpa sarung, hanya dengan selendang.
Setelah selesai, saya diminta keluar dan menunggu dokter di depan pintu.
Setelah selesai, saya kembali di dorong ke tempat semula dan tak lama kemudian,
hasil foro Ronsennya datang. Walhasil…..Fraktur klatikula (Patah Tulang Bahu
Kanan) dengan dua patahan. Dokter pun
meninggalkan kami. satu-satunya hal yang membuat saya tidak nyaman di rumah
sakit, pertanyaan dari para Co.As. setiap ada Co.As yang lewat pasti mereka
singgah wawancara saya menanyakan berbagai hal. Sampai ada yang foto segala.
“Huhhhffftttt….saya ini pasien atau artis sih???”, gumamku dalam hati. Mereka
menjadikan saya sebagai narasumbernya, bahkan ada yang menjadikan saya dan luka
yang saya derita sebagai sample ujian.nya. sampai2 hasil ronsen saya dibawa dan
tidak dikembalikan.
Setelah beberapa menit istirahat,
dokter pun meminta persetejuan kami tentang bagaimana langkah selanjutnya yang
mau saya tempuh untuk menyembuhkannya. Seperti yang dokter sebelummnya
ungkapkan bahwa di bidang ortopedi hanya ada dua pilihan, konservatif atau operasi.
Dokter menginginkan saya menjalani operasi dan meminta persetujuan terlebih
dahulu dari pihak keluarga. Mendengar hal tersebut, dalam hati kecil saya
terbersit rasa tidak setuju dengan keputusan tersebut. Akan tetapi, bagi saya,
semuanya terserah orang tua, kalau mereka setuju saya operasi, saya akan
menjalaninya. Dengan segera saya menghubungi mama saya dan menceritakan saran
dokter tersebut. Ternyata, mama saya tidak setuju, dia menyuruh saya pulang dan
balik ke Bone untuk berobat secara alternative (tradisional). Sebelum saya
menghubungi mama saya, berdasrkan informasi dari Yus, Rudi, adik saya, juga
mengatakan demikian. Dia memberitahukan Yus bahwa jikalau dokter meminta untuk
di operasi, tidak usah. Yahhh….tak
satupun keluarga saya setuju dengan jalan operasi. Well, saya pun meminta Kia
dan Yus untuk menghadap ke Dokter yang menangani saya untuk memberitahukan
keputusanku tidak menjalani operasi. Setelah lama meminta pada dokter,
permohonan kami pun dikabulkan. Dengan menandatangani surat pertanggungjawaban
atas pasien dan menyelesaikan administrasi serta tak lupa meminta obat, kami
pun bisa pulang. Menjelang magrib pun kami meninggalkan Rumah Sakit Wahidin.
Saya bersama Yus pulang dengan taxi seperti saat kami ke situ. Sementara Kia
pulang dengan motornya karena dia ke RS juga dengan motor.
Tiba di rumah, saya duduk sandar di
dinding karena jika saya langsung baring, saya akan kesulitan bangun. Tanpa
bantuan orang lain, saya tidak bisa bangun. Tak lama kemudian, Kiki datang dari
kampus disusul Ayus tak lama setelahnya. Saat saya istirahat, Yus membersihkan
Kamar Mandi dan langsung mandi karena sejak pagi dia belum mandi dikarenakan
sibuk mengurus saya untuk ke Rumah Sakit. Setelah mandi, dia langsung shalat
magrib. Tak lama setelah dia shalat magrib, terdengar suara ketukan pintu dari
depan. Seperti biasanya, saya tahu kalau yang datang itu adalah teman sekaligus
sekampung saya, Sandi. Kenapa??? Ya…karena kalau dia yang datang, langsung
mngetuk pintu tanpa mengucap salam. Yus pun menyuruhnya lewat samping, dan
ternyata dugaan saya tidak meleset. Sandi datang bersama temannya, Adhar, yang juga teman saya tentunya. Dengan
pertanyaan “Ada apa denganmu?”,dia memasuki rumah. Dia menanyakan tentang
kronologisnya bagaimana semua itu bisa terjadi. Saya pun menceritakannya dengan
singkat dan mengatakan kalau semua itu sudah menjadi takdirNya. Sementara kami
cerita2, Yus pun meminta saya untuk makan dan minum obat. Dia menyuapi saya
meski sebelumnya saya meminta untuk makan sendiri dengan tangan kiri. Dia tetap
memaksa. Tak ketinggalan Sandi membuat saya tertawa dengan niatnya untuk
meminumkan saya dengan segelas air karena Yus memintanya untuk mengambilkan
segelas air minum untuk saya. Hmm!!!
Setelah makan, saya langsung minum obat. Sambil nonton, kami cerita2 berbagai
hal sambil menghibur saya.
Diluar dugaan saya, tiba2 terdengar
suara motor dan singgah di depan Rumah. Yaaa….Riska dan Fibo, teman sekelas
saya yang tinggal di sekitar kampus datang bersama dengan dua orang laki-laki
yang sudah tidak asing bagi saya. Fibo datang bersama K Chimeng, pacarnya dan
Riska datang bersama Jaya, teman posko sekaligus kordesnya saat KKN di Wajo.
Sama dengan Sandi, begitu datang mereka langsung menanyakan kondisi terkini
saya dan bagaimana semuanya bisa terjadi. Dengan penuh iba mereka mendengar
jawaban saya dan memberikan empati untuk saya sabar atas semua takdirNya. Tak
lama kemudian, mama saya datang yang dijemput Sandi di gerbang karena supir
mobil tidak mengantarnya sampai di rumah. Di susul oleh Rudi tak lama setelahnya.
Mama saya pun meminta Rudi untuk keluar sebentar membeli makanan untuk teman2
saya karena di rumah lagi tidak ada makanan. Mama saya juga tidak membawa
makanan karena dia berangkat dengan perasaan yang tidak karuan. Dia tidak
sempat lagi mengingat untuk membawakan kami makanan ataupun kebutuhan hidup
kami di Makassar. Begitu datang, cerita dan mendengar kami bergurau tentang
berbagai hal sebentar, dia ke kamar untuk istirhat karena dia sakit kepala.
Mama memang tidak tahan naik mobil jauh. Karena cowoknya sibuk nonton bola
sambil cerita, tak terasa waktu menunnjukkan pukul 10 malam. Riska dan Fibo pun
pamit karena sakit perutnya kambuh dan terdengar juga akan turun hujan. Tak
lupa juga mereka pamit sama mama saya yang lagi baring di kamar. Dengan menitipkan
doa untuk kesembuhan saya dan salam, mereka keluar dari rumah. Beberapa menit
kemudian, Sandi dan Adhar juga pamit pulang. Meski searah, mereka tidak pulang
bersamaan karena kata Sandi, dia punya mantel kalau memang hujan turun.
Heheheh…!!!!
Sepulang mereka semua, barulah mama
saya bangun dan kembali baring di depan Televisi. Kiki dan Ayus pun keluar
karena saat teman2 saya datang, mereka berdua sibuk OL di kamar dan mungkin
juga karena agak malu dengan teman-teman saya yang datang. Berhubung salah satu
dari mereka, dia juga tidak kenal. Sambil makan sisa makanan yang tidak
dihabiskan teman2 saya, kami duduk cerita sambil nonton. Tak lama setelahnya,
saya pun istirahat dan baring karena sejak datang dari Rumah sakit belum
baring. Saya tertidur di situ bersama mama saya. Rudi di ruang tamu, yus dan
ayus di kamar, sementara kiki keluar dan tidak pulang sampai saya terbangun di
jam 4 subuh. Yaaa….saya dibangunkan mama saya kalau kami jadi pulang subuhnya
karena masih ada kursi untuk kami. Saya
pun dibangunkan mama saya, mengambil barang pakaian PPL n Laptop, dan mencari
celana untuk saya pakai pulang. Saya tidak mampu lagi pakai jilbab. Mobil sudah
menunggu di depan rumah, saya pun pulang dengan membangunkan Yus terlebih
dahulu. Subuh2 meninggalkan Makassar, sekitar jam 8 pagi kami tiba di kota
Bone. Sepanjang jalan saya menahan sakit, terlebih jika melewati jalan
berlobang. Kami pun diantar langsung ke salah satu rumah, di sekitar rumah
supir mobil, yang bisa mengobati patah tulang. Tiba di situ kami menunggu
karena yang bersangkutan sedang keluar ke kebunnya dan baru di jemput. Begitu
datang, saya langsung di obati. Tanpa peduli dengan tangisan saya, dia terus
mengurut tulang saya. Saking sakitnya, saya pulang tanpa baju. Dengan sarung,
saya sampai di rumah sepupu saya di apala. Sampai di situ, saya ngak langsung
pulang karena sepupu yang akan diminta untuk mengantar saya masuk ke rumah
sedang keluar juga. Saya pun segera makan dan minum obat. setelah sepupu saya
datang, kami pun diantar masuk ke rumah. Sekitar jam 11, kami sampai di rumah
dengan selamat. Tentunya, saya sangat kesakitan saat di perjalanan masuk ke
rumah karena jalan yang kamin lalui dari Apala sampai di rumah, berbatu dan
berlubang. Jadi, lambat bagaimana pun mobil, tetap akan goyang. Hmmm…LLL!!!
Benteng, Tuesday, March 20, 2012_9:37
a.m.
Hari-Hariku Selama Di Bone
Minggu pertama di Bone, saya jalani
dengan penuh penderitaan. Bangun dibangunin, makan di suapin, minum pun sampai
pakai pipet. Saking sakitnya lagi, seminggu baru bisa mandi. Itupun setengah
mati dengan satu tangan dan sangat pelan, tapi karena saya tidak tahan dan
merasa gatal. Di saat sakit seperti itu, jangan ditanya kebersihhannya karena
jawabannya pasti “tidak”. Mama saya begitu sibuk sampai jarang istirahat.
Kenapa??? Dia sibuk dengan persiapan supervisinya, mengurusi saya, dan juga
mengerjakan segala pekerjaan di rumah. Saya pun, mau ngak mau harus ditinggalin
di rumah bersama kakek saya yang dan tak bisa ngapa-ngapain kalau mama saya
belum pulang. Kakek saya tuli dan tidak kuat lagi, jadi tidak bisa mengurusi
saya juga. Bapak saya juga begitu, dia sibuk di sekolah dan di sawah. Akan
tetapi, demi kesembuhanku, dia harus pulang balik paccing-benteng 4x2 hari
untuk menjemput dan mengantar tukang urut yang menanganiku. Sejak saya di
rumah, silih berganti keluarga datang menjenguk saya setelah mendengar saya
patah dan datang dari Makassar. Mereka semua tidak datang dengan tangan kosong,
tapi membawa sesuatu yang mereka bisa dan pulang dengan menitpkan doa
kesembuhan dan ungkapan “Baik2 yah!”.
Alhamdulillah, ternyata masih banyak
keluarga yang mengingat dan peduli pada kami. Selain keluarga, orang tua Yus
(teman, sehabat, sekaligus saudara saya) juga datang jauh2 dan merasakan
jeleknya jalanan masuk ke rumah. Itu untuk pertama kalinya beliau datang, jadi
mereka sampai harus bertanya berkali-kali baru bisa sampai di rumah. Hanya demi
menjenguk saya, mereka rela melakukan semua itu. Ya allah,,,,mereka memang
begitu baik pada saya sekeluarga. Hati mereka sungguh mulia telah menganggap
kami juga sebagai keluarganya. Sampai kapan pun jasa mereka, budi baik mereka,
dan semuanya tak kan pernah bisa
terlupakan dan ku balas. Saya sungguh sudah sangat berhutang budi pada Yus dan
keluarganya. Selain itu, lewat jejaring social, pesan singkat (SMS) dan telpon,
simpati, rasa turut berduka cita dan doa dari teman-teman serta orang yang
pernah ku kenal juga datang silih berganti. Tak lupa jua ku ucapkan rasa terima kasih buat mereka
semua. Kalian semua teman baikKu…..Thanks a lot…!!!
Minggu kedua, sudah ada sedikit
perubahan tapi masih sering terasa begitu sakit ketika digerakkan. Saya sudah
bisa bangun dengan cara yang tidak biasanya, makan sudah tidak disuapin tapi
pakai tangan kiri, dan bisa nulis serta ngetik sedikit2. Akan tetapi, akan
terasa kaku, sakit dan bergetar jika berlangsung dalam beberapa menit. Di
minggu kedua ini, saya merasa kangen pengen balik ke Makassar. saya rindu ke kampus, rindu ngajar
di SMA 3, rindu siswa2ku dan teman-temanku. Saya teringat dengan semua hal tentang
kuliah saya yang terbengkalai dan tidak tahu sampai kapan saya menderita.
Namun, saya tidak bisa ngapa2in. saya pun merasa putus asa dengan semuanya.
Saya merasa ingin kembali kepadaNya saja. Saya tidak sanggup lagi menjalani
semuanya. Ketika teman2 saya menanyakan perkembangan kabar sikon saya, ku tak
sanggup lagi menbalasnya. Saya bingung dan tidak tahu lagi menjelaskannya
dengan kata-kata. Tak jarang saya menangis karenanya dan di saat teringat akan
kuliah saya. Untuk mengobati kesedihanku, saya menghubunngi teman jauh saya
yang di Surabaya, Laynin Iftitaturrahman. Saya mnceritakan semuanya dan
berkeluh kesah kepadanya. Walhasil, dia berhasil membuat saya tersenyum dan
mengembalikan semangatku sedikit.
Terima kasih, cintaaaaaa……Titaaaa,,,I
missss youuuuuuuu….:-*….!
Di penghujung minggu kedua itu, ku juga
merasa bahagia karena dua orang teman dekatku sewaktu tinggal di asrama PMH
dulu datang jauh-jauh ke rumah. Walau harus melewati rintangan berupa jalan
yang berbatu, menyusuri sungai di pelosok kota Bone, Musfirah dan Nur ‘Afika
tetap datang untuk melihat kondisiKu. Itu juga untuk kali pertama mereka ke
rumah, jadi mereka sempat salah alamat tapi pada akhirnya sampai juga di rumah
dengan selamat. Mereka pun tak datang dengan tangan kosong, mmm….mkasih,
sayaaannggg..!! Kami pun cerita2 tentang mata kuliah dan berbagai hal lain
berhubung memang agak lama baru bertemu lagi. Sekitar dua jam meraka di rumah,
saat mama papaku tiba dari sekolah, mereka pun siap-siap untuk segera pulang.
Mereka agak buru-buru karena mereka punya rencana dan acara di tempat lain pada
hari itu juga. Lebih dari pada itu, di luar dugaan saya, K Arbi juga
menghubungiku dengan menggunakan nomor baru. Sebenarnya, dia menghubungi saya
hanya karena pengen mengetahui bagaimana kabar saya. Dia ngak tahu kalau saya
lagi sakit karena kecelakaan. Andai dia ngak menhubungiku, dia tak kan tahu.
Sebelumnya, saya pernah mau memberitahunya namun saya batalkan karena saya
pikir dia juga sudah lupa sama saya. Dia juga sedang sibuk dengan skripsinya
dan saya tak ingin mengusiknya dengan mengharapkan iba darinya. Dia kaget dan
tidak percaya dengan apa yang saya ceritakan. Dia pun menanggapinya dengan cuek
dan dengan candaan. Saya maklumi hal tersebut, lagian saya juga tahu kalau dia
memang begitu orangnya. Namun, mendengar saya kecewa dan patah semangat dengan
keadaan saya, dia pun menasehati dan memberiku semangat. Dia menguatkan saya
dengan sangat bijak. Yaaa….dia memang selalu bisa membuat saya tidak berkutik.
Terima kasih tiada tara untukMu, k BhiBi. Kk memang kk yang baik..!!
Memasuki minggu ketiga, ku merasa telah
ada perubahan yang berarti. Ku sudah bisa makan, ku sudah bisa shalat dengan
berdiri, dan sudah bisa digerakkan sedikit demi sedikit. Namun, ku merasa tak
kuat lagi seperti dahulu. Ku tak bisa lagi bekerja yang berat. Ku telah menjadi
pribadi yang rapuh. Ku merasa akan menjadi orang lemah selamanya dan mengkin
hidup akan kesulitan jika tanpa bantuan orang lain. Hal itu semua bisa terjadi
mungkin karena patahan kedua pertama tulang selangka tidak tersambunng lagi
seperti patahan yang satunya. Tapi, apa dayaku. Ku hanya bisa pasrah dengan
takdir ini. Ku harus menerima kenyataan pahit ini. Ku harus yakin kalau Tuhan
tidak akan membebani hambaNya dan akan selalu ada buat hambaNya. Dan tepat pada
tanggal 1 april 2012, saya memutuskan untuk segera ke Makassar saja….!!!
BTP, 1 April 2012
Komentar
Posting Komentar