Saat mataku berkhianat. Saat aku tak sengaja melihat sesuatu yang
sengaja kusembunyikan. Aku melihat sesuatu yang menjadi sumber dari
segala masalah. Ini hanya soal waktu, dimana kemudian tanganku pun berkhianat.
Aku benci dengan tangan yang refleks membuka buku itu. Aku benci dengan ketidakkuasaanku untuk
menghentikannya. Aku benci dengan jari-jariku yang malah
membuka lembaran demi lembaran dari buku itu. Apa sebenarnya yang aku harapkan?
Omong kosong!
Semua kesibukan dan pengalaman baru tidak pernah mampu mengusir kenangan. Jika itu sebuah benteng, maka benteng itu telah rapuh seketika. Jika itu sebuah tameng, maka tameng itu juga hancur seketika.
Mengapa aku harus menulis kenangan itu?
Mengapa aku harus membaca catatan harian itu?
Bukankah sebelumnnya aku sudah berjanji akan menutup semua pintu yang bisa
membuat teringat kembali?
Bukankah aku sudah bersumpah akan melupakan?
Apakah itu cinta
sejati?
Apakah besok
lusa aku akan berjodoh dengannya?
Apakah aku masih
memiliki kesempatan?
Komentar
Posting Komentar