Langsung ke konten utama

Siapa Kami Bagi Mereka

SABAR
Itulah kata yang terlintas di benakKu saat mendengar penuturan dari mamaKu. Seakan hatiku tak kuasa lagi menahan perih seperti ini

Aku, sebagai pewaris dari kedua orang tuaKu telah menanamkan dalam benakKu atas perlakuan orang" di sekitarKu. Aku tahu, mereka memandang kami sebelah mata. Kami hanya dijadikan sebagai pelarian dan pembuangan. Di saat mereka butuh, larinya kepada kami. Namun, di saat mereka telah sukses, kami pun dibakar. Seakan pertolongan dan kebaikan kami tidak ada artinya bagi mereka. Terlupan begitu saja!



Beberapa tahun yang lalu, di saat aku masih menduduki bangku Sekolah Dasar, salah satu keluarga mendatangi kami. Maksudnya, dia ingin mewujudkan cita"nya dan butuh bantuan materil dari kami. Sebagai keluarga tidak mungkin kami tega melihatnya down karena gagal menggapai cita"nya. Akhirnya, kami mengiyakan. Syukur walhamdulillah, dia berhasil.

Bagai ditikam pisau dari belakang, kami tidak pernah menduga kalau mereka akan melakukan itu semua kepada kami. Sepertinya pertolongan kami tidak ada artinya bagi mereka. Seperti yang orang sering katakan, "bagai kacang yang lupa kulitnya". Beberapa waktu setelahnya kami diacuhkan begitu saja. Mereka memperlakukan kami melebihi dari orang yang tidak pernah dikenalnya. Mereka membuat orangtua.ku bercucuran air mata. Akupun sangat perih saat aku tahu masalah tersebut. Ingin rasanya aku membencinya seketika, namun tidak. Orang tuaKu hanya memintaKu untuk bersabar atas apa yang mereka lakukan pada kami.

Saat ini, kembali salah satu keluarga mendatangi kami dengan tujuan yang sama. Awalnya, kami tentunya tak keberatan andai dia benar2 serius dan datang baik" kepada kami. Namun, lagi" orang tua.ku seakan hanya dianggap sebagai pelarian dan jalan keluar dari semua masalah mereka. Mereka mengawalinya di tengah jalan dan berlari ke kami dikala mereka terbentur. Orang tuaku dijual dengan berbagai alasan. Akhirnya, kami memutuskan untuk tidak lagi diperlakukan secara semena-mena.

Aku tahu, orang tuaKu sakit dengan semua perlakuan tersebut. Bagaimana tidak, mereka kami anggap sebagai orang dekat kami, keluarga kami. Tapi apaa??? Kami tidak berarti sama sekali bagi mereka.

Tidak hanya kedua orang tuaKu, aku sendiri sering dicerita yang tidak" oleh mereka. KeluargaKu yang paling dekat (namun silaturrahmi diantara kami telah terputus beberapa tahun yang lalu karena suatu masalah) menganggapKu sebagai anak yang dibebaskan begitu saja di kota besar. Ya Allah, sangat sakit rasanya aku dianggap seperti itu. Seakan aku ini anak yang ngak bener di mata mereka. Aku tak habis pikir. Atas dasar apa sampai pemikiran seperti itu ada di kepalanya. Namun, aku bisa setegar orang tuaku. Aku akan mengingat semua perlakuan buruk itu. Namun, aku tidak akan membalasnya dengan hal yang sama. Bagiku, Tuhan Maha Tahu dan Maha Kuasa atas Segalanya!!!

Atas semua perlakuan tersebut, mamaku berPesan:
* Berusaha dan berdoalah. Wujudkan impianmu, agar kami tidak dipandang rendah oleh orang sekitar.
* Niatkan dalam hati untuk tidak akan meminta pada orang" tersebut. Tuhan Maha Melihat dan Tidak Pernah Tidur. Tetap yakini kalimat "Man jadda Wajada"
* Jaga nama baik keluarga. Pertahankan harkat dan martabat kami. Biarlah mereka menganggap kami rendah dan miskin. Selama kita ngak hina di mata Allah, tetaplah bersabar. Yakin saja akan kuasaNya. Tak selamanya orang itu di bawah. Ada kalanya yang di bawah sekarang ini, berkedudukan tinggi (di atas) nantinya. ***tulisan_dalam_kesedihan***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story of August: My 25th Birthday

Officially, turns 25 yo HAPPY BIRTHDAY On August 18, 2015 at 00.30 am Wakin' up by Candle-Ligth Oreo Cheese Cake which brought by  +Yuzi Nyha   +Saree Patmasari   +Ayusti Dirga and Kiki Fatmala Sari. What a really surprise fo' me!!! Behind the scene:

Fun WeekEnd-Date in Phinisi Point Makassar

Hi,,, Lemmi share my fun weekend-date story! *** By finishin’ my duty as lecturer delegate to attend an International Conference in Swiss-BelHotel, I headed out to Phinisi Point with three girls. I’d invited them to be my window-shoppin’ companion a night before. Due to traffic jam, we took almost half-hour to get there in which only ‘bout 3 km. Plus, it’s truly sunny day. Can you imagine! Fortunately, inside atmosphere of Phinisi Point as a lifestyle mall successfully change the mood. Feel cool immediately. Then, we strolled around the entire available zone. Up and down through escalator. Window-shopped in some tenants. Took photos while we got gorgeous spot to be an amateur model, heh! And after watched dance performance, I felt tired and looked for an area to respite.

Tiga Langkah Terbaik Dalam Mengatasi Kebencian

Tentang kebencian itu... Selalu menyakitkan saat kita membenci. Apalagi jika itu ternyata membenci orang yang seharusnya disayangi. Itu mungkin kebencian yang luar biasa. Membenci karena rasa sakit yang terlalu dalam dan karena perbuatan yang memang tidak bisa kita terima. Lantas bagaimana mengatasinya? Setelah terlalu lama racun kebencian itu mengendap di seluruh tubuh kita, bagaimana membersihkannya?