Di
akhir episode sebelumnya (Episode 8), Dr.. Kang berada dalam ruangan yang sama
dengan Dr. Daniel yang sudah berhasil memperbaiki sound system. Setelah
mengetesnya, Dr. Kang pun memberikan playlist lagu dengan menyambungkan HPnya
langsung pada sound system tersebut.
Seluruh
pasien dan tim medis yang ada di medicube menikmati lagu yang sedang dimainkan
tersebut. Terlihat mereka semua bahagia mendengarnya. Dr. Kang pun tersenyum
melihat kebahagiaan mereka. Tak hanya orang yang di medicube, tapi juga para
prajurit yang ada di asrama mereka, menikmati lagu tersebut.
Dr.
Kang berjalan keluar dari medicube saat mendengar playlist selanjutnya. Dia
langsung lari ke tempat Dr. Daniel begitu menyadari kalau yang terputar
tersebut adalah rekaman pribadinya saat mobilnya terjebak di ujung tebing.
Orang-orang yang ada di medicube dan di asrama tentara/prajurit pun bingung
dengan apa yang mereka sedang dengarkan. Dr. Kang sendiri berlari dengan
kencang memasuki ruangan tersebut. Sementara, di ruangan itu sendiri, terlihat
Kapten Yoo tengah tersenyum mendengarkan rekaman Dr. Kang tersebut karena
namanya ada di dalamnya. Dr. Kang juga mengungkapkan perasaannya dalam rekaman
tersebut. Begitu mendengar ada yang datang, diapun langsung berbalik ke pintu.
Dan tersenyum bahagia melihat Dr. Kang berlari dengan sigap mengambil HP
tersebut. Terlihat dia melihat Kapten Yoo sebelum lari keluar dari ruangan itu.
Dr. Daniel hanya melihat aksi cepat Dr. Kang tersebut, lalu berkata, “Musik
benar-benar mengubah banyak hal”, yang selanjutnya di tanggapi oleh Kapten Yoo
dengan berkata, “Kurasa aku di tengah perubahan itu.” Lalu, melompat keluar
lewat jendela, yang membuat Dr. Daniel menganga melihatnya.
Dr.
Kang terlihat sangat malu. Sambil berlari menuruni tangga, dan berkata, “Astaga!
Memalukan sekali.” Dan begitu dia tiba di pintu, Kapten Yoo tiba-tiba muncul di
pintu tersebut, yang membuatnya lebih kaget lagi.
“Astaga.
Kau mengajutkan aku. Kenapa kau di sini? Bagaimana bisa kau di sini?” kata Dr.
Kang.
“Tidak
apa-apa”, balas Kapten Yoo.
“Apa
kau menggunakan kemampuan pelatihan Pasukan Khususmu untuk masalah seperti ini?
Untuk alasan yang sangat pribadi?”
“Seseorang
mengumumkan perasaannya secara publik.”
“Ada
dokter yang perlu melakukan siaran. Kau sendiri yang bilang. Ini benar-benar
konyol. Kenapa kau mendengarkan rekaman orang lain?”
“Aku
tidak bermaksud, tapi itu terputar sendiri.”
“Lalu
kenapa kau mendengarkannya?”
“Kau
sangat imut. Tapi kenapa kau kabur? Ketika kau berada di dekat kematian, kau
ingin mengakui perasaanmu. Tapi sekarang kau masih hidup, apa kau berubah
pikiran?”, tanya Kapten Yoo sambil berjalan ke arah Dr. Kang yang membuat Dr.
Kang harus berjalan mundur.
“Mengakui
perasaanku? Aku tidak mengakui perasaanku”, elak Dr. Kang.
“Suara
itu jelas-jelas milikmu”, kata Kapten Yoo.
“Itu
bukan aku.”
“Ini
jelas ponselmu.”
“Ini
bukan ponselku. Astaga, apa yang kukatakan? Diam saja kau, Kang Mo Yeon”, kata
Dr. Kang yang sadar kalau segala elakannya tidak berguna.
“Ini
suatu kehormatan bagiku”, kata Kapten Yoo sambil tersenyum.
“Baiklah”,
kata Dr. Kang kemudian melangkah untuk pergi.
“Ini
tidak baik”, kata Kapten Yoo yang menghalangi langkah Dr. Kang dengan memegang
lengannya.
“Lihat!”
kata Dr. Kang yang mencoba mengalihkan perhatian Kapten Yoo.
“Aku
tidak akan tertipu”, kata Kapten Yoo yang tahu akan niat Dr. Kang tersebut. “Jangan mencampakkan aku. Apa kau tahu berapa kali kau mencampakkan aku? Aku
harus mendengar darimu jika itu adalah pengakuan dari perasaanmu atau tidak.
Jadi, jangan kabur”, pinta Kapten Yoo.
“Baiklah.
Akan kuberitahu. Jadi, lepaskan aku! Aku benar-benar akan mengatakannya ”, kata
Dr. Kang.
“Benarkah?”
kata Kapten Yoo lalu melepaskan genggamannya.
Namun,
begitu lengannya terlepas dari genggaman Kapten Yoo, Dr. Kang memandanginya
sejenak dan berbalik lari meninggalkannya. Kapten Yoo pun tidak bisa mengatakan
apa-apa, melainkan hanya tersenyum melihat tingkah Dr. Kang yang telah
menipunya tersebut. Hehehe!
Dr.
Song sedang berjalan bersama dengan Suster Ha Jae Ah, membahas situasi yang
telah yang telah terjadi di tempat tersebut. Masih terkait dengan rekaman Dr.
Kang tersebut. Mereka tidak menyangka ditengah kesibukan mereka selama di Urk,
keduanya bisa menjalin hubungan bahkan sampai berciuman. Dr. Song berpikir
untuk melakukan hal yang sama dengan Suster Ha Jae Ah.
Tiga
anggota Tim Alpha, Snoopy, Piccolo dan Harry Potter juga membahas hubungan
antara Dr. Kang dan Kapten Yoo. Sersan Choi atau Snoopy terlihat tidak menyukai
Dr. Kang. Dia berpikir kenapa dokter cantik seperti Dr. Kang harus menyukai
seorang tentara. Padahal, faktanya, menurut, Piccolo, istri Sersan Choi juga
cantik seperti Dr. Kang.
Saat
rapat tim medis, Dr. Kang berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi dan
tetap professional dengan tanggung jawabnya sebagai ketua tim. Namun, usahanya
itu gagal, karena seluruh anggota timnya tidak ada yang fokus. Mereka semua
malah membahas hubungan Dr. Kang dengan Kapten Yoo. Meskipun, dia berusaha
untuk membuat timnya fokus, ujung-ujungnya dia sendiri juga tidak bisa fokus
karena pengaruh anggota timnya tersebut. Hahahah!
Dr.
Lee menangani dan memeriksa pasien yang pernah ditinggalkannya di dalam
reruntuhan. Namun, pasien tersebut tidak menyukai Dr. Lee karena tangan Dr. Lee
gemetaran setiap kali menanganinya dan juga membuatnya terus teringat saat dia
ditinggalkan olehnya. Dia pun meminta dokter yang lain. Sayangnya,
permintaanya tersebut ditolak oleh Dr. Song dengan alasan tidak ada dokter lain
selain Dr. Lee yang free duty. Dr. Song pun tetap meminta Dr. Lee untuk
memeriksa dan bertanggung jawab atas pasien tersebut.
Dr.
Kang keluar dari medicube dan kaget saat ada beberapa prajurit/tentara yang
melintas. Dia pun pura-pura merilekskan badannya lalu memeriksa keadaan dengan
bersembunyi dan setelah dia yakin sudah tidak ada lagi tentara yang melintas,
dia pun melangkah. Sayangnya, begitu dia melangkah, tiba-tiba ada beberapa
orang tentara yang lewat yang membuatnya langsung berbalik dan kaget lagi saat
melihat Dr. Yoon sudah ada di depannya. Dr. Yoon pun bertanya apa yang sedang
lakukan.
“Apa
yang kau lakukan?”
“Aku
tidak melakukan apa-apa.”
“Kau
melakukan sesuatu. Kau tampak seolah-olah mencoba bersembunyi dari rasa malu.”
“Kau
bisa pergi.”
“Kau
begitu berani. Bagaimana bisa kau berpikir mengencani Big Boss Team Alpha?”,
kata Dr. Yoon.
“Letnan
Yoon, izinkan aku mengajukan pertanyaan”, kata Dr. Kang.
“Silahkan!
Jangan kecilkan suaramu. Ini adalah zona militer dan aku yang bertanggung
jawab”, balas Dr. Yoon.
“Apa
itu tidak mengganggumu, bahwa pacarmu adalah seorang tentara? Apa kau tidak
takut bahwa dia akan mati atau terluka? Sejauh yang aku tahu, pekerjaan Sersan
Seo sama dengan berbahayanya dengan pekerjaan Kapten Yoo”, tanya Dr. Kang.
“Lebih
akuratnya, dia menembus ke dalam wilayah musuh untuk mengintai perang gerilya,
mengumpulkan informasi, menyelamatkan sandera, menghancurkan fasilitas utama
dan menginduksi musuh untuk menyerah dengan mempertaruhkan nyawanya. Tapi aku
tidak khawatir tentang pekerjaannya. Aku hanya takut berada jauh darinya. Jadi,
tidak ada yang perlu dikhawatirkan begiku karena kita bersama-sama sekarang.
Sederhananya, aku tidak perlu takut. Itu yang kurasakan.” Jelas Dr. Yoon lalu
kemudian beranjak pergi. Dr. Kang hanya memandangi langit memikirkan perkataan
Dr. Yoon tersebut.
Saat
itu, Kapten Yoo sedang duduk menyendiri, memandangi sebuah batu yang dia bawa
bersama Dr. Kang dari pantai perahu karam. Dia memainkan batu tersebut sambil
berpikir, dan kaget saat Dr. Yoon tiba-tiba menangkap batu tersebut.
“Apa
sedang kau lakukan di sini”, tanya Dr. Yoon.
“Aku
merenungkan sesuatu”, balas Kapten Yoo sebelum dia berkata, “Ngomog-ngomong,
bisa aku mengajukan sebuah pertanyaan? Apa itu tidak mengganggu bahwa pacarmu
seorang tentara?”
“Kenapa
kalian menanyakan itu? Kau harus bicara dengannya. Mo Yeon baru saja bertanya
padaku dengan pertanyaan yang sama.” Kata Dr. Yoon yang membuat Kapten Yoo
bertanya tentang jawaban yang ia berikan pada Dr. Kang.
“Apa
yang kau katakan padanya?”
“Cari
tahu sendiri. Ini bukan perang informasi. Kalian harus bicara empat mata.”
“Yang
benar saja.”
“Aku
lebih memilih perang fisik”, kata Dr. Yoon sebelum mempertanyakan tentang batu
yang dia tangkap sebelumnya. “Untuk apa ini? Kau ingin melempar ini ke siapa?”
“Aku
berpikir tentang itu. Berikan padaku!”, pinta Kapten Yoo.
“Ambil
saja dariku”, kata Dr. Yoon yang tidak berniat memberikannya begitu saja.
“Jangan
lakukan apa pun yang akan kau sesali”, kata Kapten Yoo.
“Kau
tidak bisa mengambilnya dariku?” tanya Dr. Yoon sambil melangkah mundur yang
membuatnya tersandung di tubuh Sersan Seo, yang baru datang.
Dr.
Yoon pun kaget melihat Sersan Seo dan berniat pergi. Sayangnya, Sersan Seo
langsung memegang kedua pundaknya, yang membuatnya berhenti seketika.
“Sudah
kubilang kau akan menyesal”, kata Kapten Yoo melihat keduanya.
“Kalian
berdua tampak sangat ramah”, komentar Sersan Seo.
“Apa
kau bilang? Apa aku tidak boleh bersahabat dengan pria lain?”, tanya Dr. Yoon.
“Apa
kau masih marah denganku”, tanya balik dari Sersan Seo.
“Kenapa
tidak? Aku tidak memintanya tiga kali sehari setelah makan. Kenapa kau terus
menolaknya? Berguling sana selama sisa hidupmu!” jelas Dr. Yoon dengan jengkel
yang membuat Kapten Yoo berkomentar.
“Aahh.
Kau memintanya untuk itu? Yang biasanya antara seorang pria dan seorang wanita?
Itu?” tanya Kapten Yoo pada Dr. Yoon.
“Bukan
itu. Aku hanya memintanya untuk memegang tanganku dan memberiku pelukan. Itu
saja yang aku inginkan. Tapi dia seperti ini sepanjang waktu. Dia tidak pernah
memegang tanganku. Dia hanya memegang lengan atau bahuku. Dia sangat bodoh.”
Keluh Dr. Yoon panjang lebar lalu memberikan batu kepada Kapten Yoo dan
memintanya melempar Sersan Seo. “Itulah dia. Lemparkan ini padanya!”, kata Dr.
Yoon sambil melihat ke arah Sersan Seo lalu berlalu pergi.
“Dasar
bodoh!”, kata Kapten Yoo pada Sersan Seo.
“Hentikan!
Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika kau terus melakukan hal itu.”
“Apa
yang akan kau lakukan? Apa kau akan memegang bahuku, juga? Kau begitu
konsisten.” Kata Kapten Yoo sebelum berbalik pergi. “Bodoh sekali. Ya ampun!”
Sersan
Seo tidak menanggapinya lagi dan berbalik melihat kepergian Dr. Yoo yang
terlihat jengkel.
Esoknya,
seperti biasa, Dr. Kang bersama Suster Min Ji dan Ha Jae Ah, memandangi tentara
yang sedang jogging. Dia menganggap mereka itu adalah merpati Urk. Suster Ha
Jae Ah pun mengingatkan Dr. Kang akan jadwalnya untuk pergi meeting.
“Bukankah
kau seharusnya pergi meeting? Apa kau tidak terlambat?”
“Mungkin
aku harus terlambat”, jawab Dr. Kang tanpa melihat Suster Ha Jae Ah.
Namun,
tiba-tiba, Suster Min Ji berkata, “Kapten Yoo, halo!” Mendengar kedatangan
Kapten Yoo tersebut, Dr. Kang langsung berlari pergi tanpa melihat apa benar
Kapten Yoo datang atau tidak. Suster Min Ji pun berpikir yang tidak-tidak dan
berkata, “Dia begitu mudah ditipu. Mungkin mereka sudah melakukan lebih dari
sekedar ciuman.”
Dr.
Kang terus berlari dan berhenti di depan sebuah jendela. Dia merasa lega karena
tidak bertemu dengan Kapten Yoo. Tapi, tanpa dia tahu, ternyata Kapten Yoo
sedang ada di jendela tersebut. Dia pun langsung kaget begitu dia berbalik.
“Astaga!
Kau mengejutkanku. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kenapa kau di sini?”,
tanya Dr. Kang.
“Aku
sudah di sini sepanjang waktu”, jawab Kapten Yoo yang membuat Dr. Kang tersadar
kalau dia sudah dikerjain oleh Suster Min Ji. “Apa orang-orang menggodamu?”
“Ini
semua karena kau. Aku sibuk. Aku harus pergi ke pertemuan sekarang. Selamat
tinggal.” Kata Dr. Kang dan berbalik melangkah.
“Aku
harus pergi ke pertemuan yang sama”, kata Kapten Yoo yang menahan langkahnya
dengan memegang lengannya. “Kupikir aku bertemu dengan seseorang yang bisa aku
berikan tumpangan.”
“Aku
akan pergi sendiri”, kata Dr. Kang menolak tawaran tumpangan dari Kapten Yoo.
“Apa
kau akan membahayakan dirimu lagi?”
“Akan
kuberitahu kalau itu terjadi”, kata Dr. Kang yang ingin kembali melangkah.
“Kenapa
kau menghindariku?” kata Kapten Yoo yang menahannya dengan tidak melepaskan
genggamannya. “Kau menghindariku ketika aku menyatakan perasaanku. Dan sekarang
kau menghindariku juga.”
“Bukan
begitu”, kata Dr. Kang.
“Kau
mengatakan kalau hatimu berdebar sepanjang waktu.”
“Itu
bukan aku”, elak Dr. Kang.
“Aku
tidak memintamu untuk memberitahuku tentang perasaanmu yang sebenarnya. Jangan
merasa malu hanya karena aku tahu kalau kau menyukaiku. Karena, itu tidak
mengubah perasaanku padamu”, pinta Kapten Yoo sebelum memuji Dr. Kang dengan
berkata, “Ngomong-ngomong, kau terlihat cantik hari ini.”
“Hentikan!”
kata Dr. Kang.
Melihat
Sersan Seo datang dan melihatnya, Kapten Yoo pun berkata, “Sampai jumpa di
pintu masuk” lalu berbalik dan menutup jendela bagian dalam. Dr. Kang hanya
tersenyum kemudian menutup jendela bagian luar. Dr. Yoon yang datang
menghampirinya bingung dengan apa yang Dr. Kang lakukan. Dia pun membuka
jendela yang sebelumnya ditutup oleh Dr. Kang dan secara bersamaan Sersan Seo
juga membuka jendela yang sebelumnya ditutup oleh Kapten Yoo. Keduanya pun
saling berpandangan dan karena masih marah, Dr. Yoon langsung menutup kembali jendela
tanpa mengatakan apa-apa.
Di
asrama tentara, terlihat para prajurit sedang beristirahat. Kim Ki Boem sedang
belajar sambil diurut oleh Ye Hwa. Namun, Ye Hwa menghentikan belajarnya dengan
menutup buku yang sedang ia baca tersebut. Dia pun mempertanyakan background
education Ye Hwa hingga bisa ahli dalam akupuntur padahal dia seorang perawat.
Selain itu. dia juga bertanya tentang asal usulnya karena mendengar aksennya
agak berbeda dengan orang korea pada umumnya.
Kapten
Yoo sedang dalam perjalanan bersama dengan Dr. Kang. Keduanya saling ngobrol
hingga akhirnya mobil mereka dihentikan oleh sebuah ledakan. Dr. Kang pun bertanya
apa yang sedang terjadi pada Kapten Yoo.
“Apa
itu tadi?”
“Akan
kuperiksa”, kata Kapten Yoo sambil melihat ke arah belakang mobil mereka. “Kau
duduk di sini saja!”, pinta Kapten Yoo sebelum berdiri dan mengecek lokasi
dengan melemparkan sebuah batu.
“Apa
itu?”
“Jika
aku benar, itu ranjau anti-personil.”
“Apa?
Ranjau darat?” tanya Dr. Kang sebelum Kapten Yoo melemparkan sebuah benda lagi
dan meledak. “Apa itu benar-benar ranjau? Apa kita menginjaknya?” tanya Dr.
Kang dengan cemas.
“Iya.
Sepertinya gempa memindahkan lokasi mereka”, jelas Kapten Yoo. “Jangan pergi
kemanapun sendirian! Kita berada di tengah-tengah ladang ranjau.”
“Apa
yang harus kita lakukan?” tanya Dr. Kang sebelum keduanya memeriksa alat
komunikasi masing-masing. “Ponselku juga tidak aktif.”
“Begitu
juga dengan walkie-tallkie ku”, kata Kapten Yoo sebelum meminta tas pada Dr.
Kang dan mengambil sesuatu di kursi belakang mobil mereka.
“Apa
yang akan kau lakukan? Bukankah kita seharusnya menunggu bantuan?” tanya Dr.
Kang.
“Ambi
ini!” kata Kapten Yoo sambil memberikan Dr. Kang tas yang telah ia isi dengan
beberapa bendera. Selanjutnya, dia mengambil dua buah alat dan meminta Dr. Kang
untuk berdiri dengan menariknya menggunakan tanganya. “Kita harus keluar dari
sini.”
“Bukankah
kita dikelilingi oleh ladang ranjau?”, tanya Dr. Kang.
“Ambil
langkah persis seperti yang kulakukan! Aku tidak akan membiarkanmu mati, jadi
jangan khawatir.”
Keduanya
pun melangkah perlahan. Kapten Yoo mengambil langkah setelah mengecek tempat
kemana ia akan menginjakkan kaki. Jika aman, dia akan melangkah diikuti oleh
Dr. Kang. Namun, jika ia menemukan ranjau dan tidak aman, dia menancapkan
sebuah bendera di atasnya. Kapten Yoo meminta Dr. Kang untuk tidak tegang dan
melangkah dengan santai sambil menikmati pemandangan. Saat keduanya keluar dari
area tersebut, Dr. Kang terlihat lelah dan lega.
“Kau
melakukannya dengan baik. Sangat baik”, kata Kapten Yoo menyemangati Dr. Kang.
“Sudah
berapa kali ini terjadi? Kenapa aku selalu dalam bahaya? Aku menghancurkan dua
mobil”, keluh Dr. Kang.
“Kau
melakukannya. Aku ingin hubungan kita menjadi melodrama, tapi berubah menjadi
blockbuster”, kata Kapten Yoo. “Kau menghancurkan dua mobil, jadi sekarang aku
akan merusak lipstikmu. Kau bawa lipstick?”, tanya Kapten Yoo kemudian.
Kapten
Yoo menuliskan tanda peringatan pada sebuah papan menggunakan lipstick Dr.
Kang, lalu menancapkannya. Setelah itu, dia mengajak Dr. Kang pergi, akan
tetapi Dr. Kang malah memintanya menunggu sebentar dan menambahkan gambar
symbol yang berarti “bahaya” pada papan tersebut karena menurutnya, tidak semua
orang bisa mengerti Bahasa Inggris. Usai menggunakan lipstiknya untuk
menggambar, dia juga mengoleskan lipstick pada bibirnya sebelum melangkah pergi,
yang membuat Kapten Yoo bingung melihatnya.
Keduanya
pun berjalan kaki. Sambil jalan, Dr. Kang bertanya apakah mereka akan berjalan
kaki hingga ke markas. Kapten Yoo pun membenarkannya dan sesuai dengan
perkiraannya, kemungkinannya mereka baru akan sampai di markas di malam hari.
Akan tetapi, jika jalannya lambat, mungkin hingga pagi baru sampai. Dia pun
meminta Dr. Kang berjalan sambil bergandengan tangan agar perjalanan mereka
tidak terasa dan membosankan.
“Kalau
berjalan terlalu membosankan, kita bisa berjalan dengan bergandengan tangan.”
“Tidak.
Terima kasih.”
“Kau
menyebut namaku dalam rekaman pesan terakhirmu.”
“Itu
bukan aku.”
“Aku
menyelamatkan hidupmu lagi. Apa kau bisanya berubah begitu drastis sebelum dan
setelah setelah melalui kondisi sulit?”, tanya Kapten Yoo sebelum mengeluh
lebih lanjut, “Dia berbeda di pagi hari dan di sore hari.”
“Aku?
Memangnya seperti apa aku di pagi dan sore hari?”, tanya Dr. Kang.
“Di
pagi hari, kau cantik, di sore hari, kau sangat cantik”, puji Kapten Yoo.
“Astaga!
Katakan padaku yang sebenarnya, kau mengencani banyak wanita kan?”
“Kenapa
wanita selalu begitu? Mereka marah kalau aku bilang iya, tapi tidak percaya
kalau aku bilang tidak.”
“Siapa
yang marah dan tidak percaya padamu?”, tanya balik Dr. Kang.
Namun,
Kapten Yoo tidak lagi menanggapinya dan mengalihkan pembicaraan dengan
mengatakan kalau sedang ada truk. Dia pun melanjutkan langkahnya yang kemudian
diikuti oleh Dr. Kang. Dr. Kang berusaha menghentikan truk tersebut sambil
melambaikan tangan di tengah jalan. Melihat aksi Dr. Kang tersebut, Kapten Yoo
pun menghentikannya dan menariknya ke pinggir jalan karena melihat truk
tersebut tidak berniat berhenti dan memberikan mereka tumpangan. Tak lama
setelahnya Dr. Kang melihat lagi ada mobil yang datang ke arah mereka. Kapten
Yoo pun berkata kalau dia bisa mengambil alih mobil tersebut dengan senjatanya.
Namun, Dr. Kang tidak setuju dan kembali menghentikan mobil dengan lambaian
tangan. Sayangnya, usahanya gagal. Mobil tersebut melewatinya. Dia pun langsung
berubah pikiran dan meminta Kapten Yoo mengambil alih mobil tersebut dengan
senjatanya. Saat mereka berbalik, terlihat mobil tersebut sudah berhenti dan
memberikan lambaian tangan, pertanda bersedia memberikan tumpangan.
Keduanya
kemudian terlihat sudah ada di mobil tersebut, sedang ngobrol. Kapten Yoo pun
berkomentar kalau Dr. Kang bisa berubah dalam waktu sekejap. Setelah itu, dia
menanyakan jawaban yang Dr. Yoon berikan padanya terkait dengan hubungan
keduanya.
“Kurasa
semua petani, baik hati”, kata Dr. Kang.
“Kau
juga berubah sebelum dan sesudah dapat tumpangan.”
“Terima
kasih karena telah menyelamatkan aku lagi.”
“Aku
merasa jauh lebih aman dengan kau mengawasiku.”
“Aku
senang.”
“Dengan
orang lain? Jika itu yang terjadi, jangan senang! Aku mendengar kau bertanya
pada Myeong Ju tentang apakah pekerjaan pacarnya mengganggunya.”
“Apa
dia memberitahumu tentang hal itu?”
“Dia
mengatakan untuk meminta jawabannya padamu. Apa yang dia katakan?”
“Letnan
Yoon mengatakan, berpisah dari pacarnya membuatnya lebih khawatir. “
“Bagaimana
dengan kita? Akankah kita segera berpisah? Apa namamu ada dalam daftar
orang-orang yang kembali ke Korea?”, tanya Kapten Yoo.
“Tidak.”
“Tidak?”
“Ya.
Aku tinggal”, kata Dr. Kang.
“Kenapa?
Itu pasti bukan karena aku”, kata Kapten Yoo.
“Benar. Aku tinggal karena kau. Aku ingin
menghabiskan waktu lebih banyak denganmu. Kupikir aku baru saja menyatakan
perasaanku. Haruskah aku meminta maaf?”
“Lalu
aku harus bagaimana?”, kata Kapten Yoo sebelum akhirnya keduanya saling
berciuman.
Mereka
tiba di markas di malam hari. Kapten Yoo pamit untuk absensi, sementara
Dr. Kang pamit untuk memeriksa pasien. Kedatangannya terlihat oleh Dr. Song dan
Suster Ha Jae Ah.
Manajer
Jin terlihat ingin kabur membawa sebuah tas, namun tiba-tiba Kapten Argus
datang bersama anggotanya. Mereka pun menahannya dan memeriksa tas yang
dibawanya. Tas itu berisi brangkas tapi kuncinya rusak, sehingga mereka harus
membongkarnya sendiri. Kapten Argus pun terus mengancamnya lalu pergi
meninggalkannya. Namun, setelah tiba di rumahnya, anggotanya mengatakan kalau
tidak ada berlian dalam brangkas tersebut dan berpikir kalau mereka telah
ditipu oleh manajer Jin.
Di
medicube, terlihat manajer Jin mengeluh kesakitan dengan lehernya. Namun,
Suster Ha Jae Ah tidak percaya dengan apa yang dia katakan karena kemarin dia
baik-baik saja. Dr. Yoon pun memeriksa hasil X-Ray nya dan terlihat tidak
apa-apa. Namun, Manajer Jin meminta ingin mendapatkan MRI di RS yang ada di
Seoul. Suster Ha Jae Ah pun memberitahunya kalau semua kursi sudah penuh. Dia
pun marah-marah karena tidak diberikan kursi untuk pulang ke Korea. Melihatnya
memarahi Dr. Yoon, Sersan Seo langsung menariknya keluar dari medicube. Sersan
Seo pun menyiksanya dan memintanya untuk pergi. Namun, tiba-tiba Dr. Lee datang
dan menawarkan kursinya untuknya.
Esoknnya,
orang-orang yang ingin kembali ke Korea terllihat menaiki mobil. Di mobil
tersebut, Manajer Jin sudah duduk di sebuah kursi dengan gelisah karena
sebelumnya dia telah menelan berlian yang dia simpan di brangkas. Dr. Lee
benar-benar tidak muncul. Setelah dicari oleh Dr. Kang dan Dr. Song,
keberadaannya tidak terlihat. Akhirnya, beberapa tim medis beserta pasien
tersebut berangkat tanpa Dr. Lee.
Ternyata,
Dr. Lee sedang duduk menyendiri di sebelah tumpukan kardus yang ada di
medicube. Dr. Song pun melihatnya dan duduk bersama dengannya. Dia bertanya
kenapa dia batal pulang dan memilih tinggal di tempat yang ekstrim tersebut.
Dr. Lee pun mengatakan kalau dia memilih pulang, maka dia tidak layak untuk
disebut sebagai dokter. Dr. Song mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Dr.
Lee dan menawarkan bantuan. Namun, Dr. Lee menolak tawaran tersebut dan akan
mencoba untuk mengatasi masalahnya sendiri, sejauh yang dia bisa.
Di
bandara, Manajer Jin terlihat khawatir. Dan benar, anggota Kapten Argus sedang
mengawasinya di bandara. Begitu ia menyadari hal tersebut, dia langsung
bersembunyi dan tidak ikut check in. Anggota Kapten Argus pun melapor kalau
Manajer Jin tidak kelihatan di bandara pada Kapten Argus.
Di
malam hari, Kapten Yoo sedang membidik menggunakan senjata. Bukannya untuk
melepaskan tembakan, malah sedang memperhatikan Dr. Kang yang sedang cuci muka
dari jauh. Tindakannya itu terlihat oleh Sersan Seo dan langsung bertanya. Dia
pun menjawab secara tidak sadar.
“Apa
kau menargetkan untuk menembak kepalanya?”, tanya Sersan Seo.
“Ini
adalah tembakan cinta. Targetku terlalu cantik.”
“Semua
jelas pada pemeriksaan pistol tentara”, kata Sersan Seo yang sudah berdiri di
belakangnya sambil tersenyum.
“Pistolku
juga baik-baik saja”, kata Kapten Yoo lalu kembali membidik.
“Pistol
tampaknya baik-baik saja tapi penembaknya tidak.”
“Itu
tidak benar. Aku tidak akan menjawab pertanyaan lagi.”
Saat
itu, tiba-tiba Sersan Seo menerima laporan kalau Harimau Kuning akan datang
berkunjung besok siangnya. Kapten Yoo pun langsung berbalik begitu mendengar laporan
tersebut. Di tempat lain, Dr. Yoon bertanya siapa itu “Harimau Kuning” karena
dia tidak tahu. Sersan Choi pun memberitahunya kalau Harimau Kuning itu adalah
Komandan. Dr. Yoon pun kaget begitu menyadari kalau itu ayahnya, yang akan
datang.
Para
prajurit pun terlihat membersihkan untuk menyambut kedatangan Komandan atas
perintah Kapten Yoo. Namun, saat mereka tengah bekerja, Sersan Choi tiba-tiba
melapor pada Kapten Yoo kalau Komandan membatalkan kunjungan ke Kompi Mowuru
karena akan ada pertemuan dengan kepala PBB. Sebaliknya, dia dipanggil
menghadap bersama dengan Dr. Kang, Sersan Seo dan Dr. Yoon.
Mereka
berempat bersama dengan anggota Markas Corps Taebaek sedang berbaris menunggu
kedatangan Komandan. Dr. Yoon melihat khawatir ke arah Sersan Seo. Yang dilihat
pun memintanya untuk tidak usah khawatir. Sementara, Dr. Kang sendiri bertanya
kepada Kapten Yoo yang berdiri tepat di sebelah kanannya tentang bagaimana dia
harus memanggil ayah Dr. Yoon nantinya. Menurut Kapten Yoo, mungkin dengan “Pak
Tentara”.
Begitu
rombongan Komandan turun dari pesawat, mereka semua langsung hormat. Dr. Kang
hormat sebagaimana biasanya. Namun, karena dia berdiri di depan Kapten Yoo, dia
merasa aneh. Dan, benar saja, Kapten Yoo terlihat tersenyum melihat
kecanggungan Dr. Kang. Setelah melakukan penghormatan tersebut, Komandan pun
langsung menyalami beberapa orang yang berdiri di bagian depan. Setelah itu,
mereka terlihat sudah ada di koridor Markas. Sebelum briefing, Komandan
meminjam salah satu ruangan untuk berbicara dengan keempat orang yang dia
panggil dari Markas Mowuru.
Selanjutnya,
mereka sudah terlihat ada dalam sebuah ruangan. Komandan langsung
mempersilahkan mereka duduk. Dr. Kang yang mendengar instruksi tersebut,
langsung mengatakan, “Iya, Pak” dan berbalik menuju ke kursi tamu. Namun, tiga
orang yang lainnya, tidak bergerak dari tempatnya, melainkan langsung istirahat
di tempat. Dr. Kang pun kembali ke tempatnya berdiri sebelumnya dan ikut
mengambil posisi istirahat sebelum Komandan menyapanya.
“Dr.
Kang, kau seharusnya menjadi seorang tentara”, kata Komandan.
“Ya?”
kata Dr. Kang kaget.
“Aku
mendengar prestasimu tentang operasi pasien VIP. Dengan semangat seperti itu,
kau akan menjadi seorang tentara yang baik. Itu sangat disayangkan”, jelas
Komandan.
“Anda
sangat melebih-lebihkan, tapi saya kesulitan bangun pagi.”
“Kurasa
itu sebabnya kau begitu cantik”, puji Komandan yang langsung membuat Dr. Kang
tersenyum memegang pipinya dan melirik Kapten Yoo, yang juga menyunggingkan
sedikit senyum. “Bagaimanapun juga, hasilnya bermanfaat bagi negara kita. Aku
mengucapkan terima kasih yang terdalam. Aku berharap bisa bertemu denganmu
lagi. Itu saja yang ingin kukatakan”, kata Komandan.
Dr.
Kang pamit keluar dan sebelum melangkah keluar, dia mencolek Kapten Yoo sebagai
pemberitahuan kalau dia keluar duluan. Begitu Dr. Kang keluar, Komandan
langsung beralih kepada ketiga orang lainnya (Kapten Yoo, Dr. Yoon dan Sersan
Seo) yang masih berdiri di depannya. Dia menanyakan kabarnya sebelum bertanya
mengenai hal yang lebih bersifat pribadi, terkait dengan hubungan anaknya, Dr.
Yoon dengan keduanya.
“Aku
mendengar pekerjaanmu pada operasi penyelamatan. Kau terluka?” tanya Komandan
pada ketiganya.
“Tidak,
Pak”, jawab mereka ketiganya dengan serentak.
“Baik.
Kalau begitu, mengabaikan pangkat, aku akan bertanya sebagai ayah Myeong Ju. Dimulai
dengan Si Jin”, kata Komandan selanjutnya.
“Kapten
Yoo Si Jin, Pak”, kata Kapten Yoo yang siap untuk hal itu.
“Si
Jin, apa kau sekutu atau musuhku? Perjelaslah dengan identifikasi antara teman
atau musuh! Apa kau benar-benar tidak tertarik pada anakku?” tanya Komandan
yang membuat Dr. Yoon langsung protes dengan mengatakan, “Ayah” sebelum Kapten
Yoo menjawab.
“Letnan
Yoon adalah rekan dekat. Tapi, selama tujuh tahun saya mengenalnya, saya tidak
pernah punya perasaan apapun terhadap dirinya.” Jelas Kapten Yoo.
“Sayang
sekali. Baiklah, kau bisa pergi sekarang”, kata Komandan yang sudah mengerti.
Begitu
Kapten Yoo keluar, Dr. Kang langsung bertanya padanya.
“Kenapa
kau keluar begitu cepat? Kupikir kau punya sesuatu yang serius untuk
dikatakan.”
“Kita
sudah melakukannya. Aku ditendang keuar tepat setelah itu”, jawab Kapten Yoo.
“Dari
tentara?”, tanya Dr. Kang dengan kagetnya.
“Tidak.
Atas perintah Komandan, aku telah diberhentikan dari potensi menantu.”
“Kemudian?”
“Ya,
cinta segitiga telah berakhir. Aku seorang pria dengan masa lalu. Kau tidak
keberatan?”, tanya Kapten Yoo sambil melangkah lebih dekat pada Dr. Kang yang hanya
tersenyum mendengarnya.
“Lalu,
apa yang akan terjadi dengan Letnan Yoon dan Sersan Mayor Seo?” tanya Dr. Kang
penasaran.
“Aku
tidak tahu. Tugas-tugas sulit selalu untuk Sersan Mayor Seo.”
Di
dalam ruangan sendiri, Komandan langsung memandang Sersan Seo dan mengajukan
pertanyaan terkait dengan hubungannya dengan Dr. Yoon.
“Bagaimana?
Sekarang kalian telah bersatu kembali. Apa kau masih menyukainya?”
“Iya,
Pak”, jawab Dr. Yoon.
“Bagaimana
denganmu Dae Young? Kau merasakan yang sama?”
“Tanyakan
padaku. Kenapa selalu melibatkan dia?” protes Dr. Yoon sebelum Sersan Seo
menjawab.
“Ya,
Pak”, jawab Sersan Seo dengan tetap memandang ke depan tanpa melihat Dr. Yoon.
“Kupikir
kita sudah sepakat. Kurasa kita akan kembali berperang untuk dia lagi. Jawab
aku, Dae Young”, pinta Komandan.
“Jawaban
saya adalah ....” jawab Sersan Seo yang membuat Dr. Yoon langsung memegang
lengannya.
“Aku
tidak peduli apa yang dia bilang. Aku tidak akan meninggalkan dia”, potong Dr.
Yoon, yang pandangan ayahnya terarah padanya. Sersan Seo pun langsung
melepaskan genggaman Dr. Yoon dari lengannya dan beralih menggenggam tangan Dr.
Yoon, lalu mengatakan, “Aku akan menggemggam tangan ini”, yang membuat Komandan
dan Dr. Yoon melihat genggaman tersebut.
“Apa
kau pikir kau mampu menggenggam tangan tersebut?” tanya Komandan.
“Jika
anda memerintahkan saya pindah tugas, saya akan selalu pergi. Namun, saya tidak
akan melepaskan tangan ini”, jawab Sersan Seo, yang membuat Komandan meminta
Dr. Yoon untuk keluar.
Meski
Dr. Yoon sempat protes dan tidak mau keluar, dia akhirnya keluar setelah Sersan
Seo memintanya untuk tidak perlu mengkhawatirkannya. Begitu Dr. Yoon keluar, Komandan
langsung menyampaikan beberapa pernyataan.
“Aku
hanya punya dua tujuan selama 30 tahun sebagai seorang tentara. Pertama,
menjadi komandan terhormat. Kedua, dihormati oleh anakku, yang juga seorang
tentara. Tapi, sepertinya aku gagal di keduanya. Perintahku kepadamu tidak
masuk akal dan putriku tidak menghormatiku. Bagaimanapun, sekarang aku tahu
bagaimana perasaanmu, saatnya aku berbagi perasaanku juga. Aku tidak akan
bertele-tele. Kau boleh mengencani Myeong Ju. Dan, tentu saja, aku juga memikirkan
adanya pernikahan.” Jelas Komandan.
“Apakah
anda sungguh-sungguh?”, tanya Sersan Seo.
“Aku
sungguh-sungguh. Namun, aku tidak ingin memiliki sersan mayor sebagai menantu.
Kau harus berhenti menjadi seorang tentara. Berhenti menjadi seorang tentara
dan bekerja untuk perusahaan yang dimiliki oleh Ibu Myeong Ju. Aku akan mencari
pekerjaan di perusahaan itu yang dapat berhubungan dengan pengalamanmu
sebelumnya. Pikirkan tentang hal ini sampai kau kembali ke Korea. Kau harus
kembali ke Korea dengan keputusan. Putuskan apa kau akan melepaskan tangannya
atau kau akan menjadi orang yang layak memegang tangan itu.” Jelas Komandan
lebih lanjut pada Sersan Seo.
Di
luar, Kapten Yoo terlihat sedang mengisi bensin mobilnya, sebelum ia berbalik
dan melihat Dr. Kang lagi memikirkan sesuatu. Dia pun bertanya padanya.
“Apa
yang sedang kau pikirkan?”, tanya Kapten Yoo.
“Aku
sedang berpikir tentang Letnan Yoon dan Kapten Yoo”, jawab Dr. Kang.
“Myeong
Ju dan aku?”
“Iya.
Aku tidak dapat memahami tidak peduli berapa banyak aku memikirkannya. Kenapa
kau tidak mengencani Myeong Ju? Dia masih muda, dia cerdas, dia dari keluarga
baik-baik dan dia memiliki tubuh seksi. Dia tidak memiliki kekurangan.” Pikir
Dr. Kang.
“Haruskah
aku mengencani siapapun yang cantik dan keluarga baik-baik?”, balas Kapten Yoo
sambil melihat selang bensin yang sedang ia pegang.
“Jadi,
kau pikir dia itu cantik. Aku tidak mengatakan apa-apa tentang betapa cantiknya
dia”, kata Dr. Kang.
“Kau
cemburu? Kemari dan pegang ini!”, pinta Kapten Yoo mendengar komentar Dr. Kang.
Dr.
Kang melangkah ke mobil dan memegang selang tersebut. Dia berpikir kalau Kapten
Yoo sedang mengalihkan pembicaraan. Menurutnya, kalau Dr. Yoon begitu cantik,
Kapten Yoo seharusnya mengencaninya. Kemudian berbalik pada Kapten Yoo ddan
bertanya lagi, “Apa yang begitu cantik darinya?” Saat itu juga, Kapten Yoo
langsung menciumnya. Dia pun kaget dan bertanya, “Apa yang sedang kau lakukan?”
yang langsung ditanggapi oleh Kapten Yoo dengan mengatakan, “Aku menutup
mulutmu dengan cara yang seksi. Kau bisa mencoba bicara lagi.” Dan begitu Dr.
Kang memintanya pergi, Kapten Yoo langsung menciumnya lagi. Karena merasa tidak
nyaman, Dr. Kang pun bertanya sampai kapan ia harus memegang selang tersebut.
Ternyata, tanpa dia tahu, bensinnya sudah penuh dari tadi dan Kapten Yoo hanya
memintanya untuk memegang saja. Kapten Yoo pun berbalik untuk pergi
membayarnya. Dr. Kang terlihat jengkel dibuatnya.
Bagitu
di depan pintu tempat dimana Kapten Yoo mau bayar, tiba-tiba keluar anak-anak
yang kejar oleh pemilik took karena anak tersebut telah mencuri obatnya. Kapten
Yoo berpikir kalau anak tersebut mencuri obat karena sepertinya dia sakit dan
sebaiknya dibawa ke medicube. Namun, setelah diperiksa oleh Dr. Kang, dia harus
dibawa ke kota karena dia menderita penyakit menular, campak.
Sementara,
Sersan Seo dan Dr. Yoon, terlihat sudah kembali ke Markas. Sersan Seo
memberitahu Dr. Yoon kalau dia sudah mendapatkan izin untuk pacaran dengan Dr.
Yoon.
“Serius?
Apa dia benar memberi kita izin?” tanya Dr. Yoon.
“Ya”,
jawab Sersan Seo sambil tersenyum. “Aku, Seo Dae Young, telah diperintahkan
untuk mengencani Yoon Myeong Ju. Sekian laporan saya. Hormat!”
“Kenapa
ini terjadi? Apa yang sedang terjadi? Apa yang akan kulakukan? Apa ayahku
menderita kanker? Apa dia menderita penyakit akut? Aku harus menelponnya. Aku
bisa tahu suaranya jika ia mengatakan yang sebenar-benarnya atau tidak. Aku
akan menelponnya.” Kata Dr. Yoon yang terlihat tidak percaya dengan apa yang
dia dengar dan pergi meninggalkan Sersan Seo. Sersan Seo hanya tersenyum melihat
tingkahnya itu.
Kapten
Yoo dan Dr. Kang telah tiba di kota dan sebelum turun dari mobil, dia melapor
ke markas untuk memeriksa GPS tempat dimana dia berada itu. Di Markas,
anggota Tim Alpha, sedang memeriksa koordinat lokasi Kapten Yoo, tapi terlihat
aneh karena di peta menunjukkan, tidak ada kota di daerah tersebut. Sersan Seo
pun meminta Sersan Choi untuk memanggil dokter perdamaian dunia.
Di
kota sendiri, Kapten Yoo dan Dr. Kang bertanya kepada anak-anak yang ada di
lokasi tersebut mengenai sejak kapan mereka sakit. Namun, anak-anak hanya
menggeleng saat ditanya. Merekapun berpikir kalau anak-anak tersebut tidak
mengerti. Tapi, tiba-tiba ada yang bicara dari arah belakang yang mengatakan
kalau mereka tidak akan mendapatkan makanan selama tiga hari jika berbicara
dengan orang asing. Keduanya pun berdiri dan bertanya kepada remaja tersebut.
“Apa
kau tidak masalah bicara dengan kami?”, tanya Dr. Kang.
“Tidak
masalah lagi bagiku.”
“Bisa
kau mengumpulkan semua anak-anak? Anak-anak di sini sedang terkena campak. Dan,
itu adalah penyakit serius yang disebabkan oleh virus. Jika mereka tidak
dirawat sekarang, sekitar 70% akan meninggal atau menjadi cacat.” Kata Dr.
Kang.
“Lebih
baik mati sekarang daripada tinggal di sini. Anak-anak di sini menjadi geng dan
gadis-gadis dijual ke germo ketika mereka sudah tumbuh menjadi dewasa. Hari ini
adalah giliranku.” Jelas anak tersebut yang membuat keduanya bingung. “Aku akan
bekerja sama, tapi dengan satu syarat. Keluarkan aku dari sini!”, kata anak
tersebut lebih lanjut.
Di
markas, Dr. Daniel sebagai dokter perdamaian PBB sedang memeriksa lokasi Kapten
Yoo dan Dr. Kang tersebut. Dia pun menjelaskan pada Sersan Seo kalau itu adalah
Desa Berhantu dimana anak-anak yatim korban perang hidup dikendalikan oleh geng
local. Mereka menculik anak-anak dan menjualnya untuk perdagangan seks, bukan
untuk menjaganya. Selanjutnya, Tim Alpha memberitahu Kapten Yoo melalui telpon.
Saat itu juga, pemilik Desa tersebut terlihat sudah datang. Kapten Yoo pun
menutup telponnya.
Anak-anak
langsung berlarian melihat kedatangan pemilik mereka tersebut. Dr. Kang pun
langsung berbalik dan menemui orang yang datang tersebut. Karena tidak
mengenalnya, Dr. Kang pun bertanya.
“Apa
kau wali mereka?”
“Oh,
ada tamu.”
“Aku
dokter dari Korea. Beberapa anak di sini memiliki campak. Dapatkah aku membawa
mereka ke rumah sakit?”
“Kau
terlalu cantik untuk melakukan sesuatu yang baik seperti ini”, kata pemilik
desa sebelum akhirnya Kapten Yoo datang dan melindungi Dr. Kang.
“Tetap
di belakangku”, kata Kapten Yoo.
“Senang
bertemu denganmu lagi, Kapten”, kata pemilik desa yang mengulurkan tangan untuk
salaman namun ditolak oleh Kapten Yoo. “Kebetulan kita bertemu di tempat
seperti ini.”
“Kau
kenal dia? Siapa dia?”, tanya Dr. Kang pada Kapten Yoo.
“Dia
adalah Private Ryan”, jawab Kapten Yoo.
“Kurasa
aku memiliki keuntungan saat ini, Big Boss”, kata pemilik desa yang terlihat
mengingat pernah melihat Dr. Kang, saat di pemakaman.
Belum
juga Kapten Yoo menanggapi, tiba-tiba dia tertembak oleh anak yang sebelumnya
bicara dengan Kapten Yoo dan Dr. Kang. Anak tersebut, meminta keduanya untuk
pergi. Saat dia yang tertembak meminta Dr. Kang untuk menolongnya, anak
tersebut malah meminta Kapten Yoo untuk membunuhnya. Dr. Kang pun ketakutan dan
berpikir untuk tidak membiarkannya hidup.
“Sepertinya
akau tidak akan membiarkannya hidup”, kata Dr. Kang ketakutan. “Aku akan
meninggalkan dia. Jika aku membiarkan dia hidup, dia bisa membunuh lebih banyak
orang.”
“Biarkan
dia hidup”, kata Kapten Yoo. “Lakukan pekerjaanmu sebagai dokter. Jika kita
harus membunuh seseorang, aku akan melakukan pekerjaanku”, tambah Kapten Yoo
yang membuat Dr. Kang speechless dan ketakutan.
To
be continued in the next episode (Episode 10)…!!!
Komentar
Posting Komentar