Pada
bagian akhir episode sebelumnya (Episode 9), Kapten Yoo meminta Dr. Kang untuk
melakukan tugasnya sebagai dokter, yaitu menyelamatkan nyawa seseorang.
Sementara, dia sendiri akan melakukan tugasnya sebagai tentara jika ada orang
yang seharusnya dibunuh.
Dengan
perasaan takut, Dr. Kang pun meminta untuk memindahkannya.
“Dia
sedang syok akibat pendarahan. Kita harus segera memindahkannya”, kata Dr.
Kang.
“Ini
adalah keputusanmu. Kau bisa menjatuhkan senjatamu dan membawanya masuk ke
dalam, atau membiarkan dia mati di sini. Aku sarankan untuk memilih yang
terakhir”, kata Kapten Yoo pada anak buah Kapten Argus yang mengarahkan senjata
padanya.
Dr.
Kang pun mengeluarkan peluru yang ada pada tubuh Kapten Argus tanpa
memberikannya anestesi sebelumnya. Begitu pelurunya berhasil dikeluarkan,
terdengar Wolf sedang menghubungi Big Boss melalui walkie-talkienya. Hal itu
pun diketahui oleh anak buah Kapten Argus. Kapten Argus pun memilih untuk
mundur karena berpikir tentara Korea bukanlah lawannya. Sebelum pergi, dia
mengajak gadis yang sebelumnya membujuk Kapten Yoo untuk tidak menyelamatkannya.
Namun, Dr. Kang langsung menghalanginya.
Kapten
Yoo ngobrol dengan Sersan Seo saat anak-anak dinaikkan ke mobil oleh para
tentara yang datang bersama dengan Sersan Seo.
“Jadi,
Kapten Argus berhenti menjadi tentara?”
“Ya.
Sekarang, dia menjadi pedagang senjata. Aku pernah bertemu dengannya di kota.
Jika pasukan khusus berhenti, hanya ada 2 pilihan, tentara bayaran atau
penjahat. Dan, dia adalah Pasukan Khusus yang berhenti untuk mengejar uang. Ya,
ini adalah proses hidup”, jelas Kapten Yoo.
Di
medicube, tim medis terlihat sedang memeriksa anak-anak yang berasal dari Desa
Berhantu tersebut. Dr. Kang sendiri, sedang memperhatikan hasil X-Ray seorang anak
lalu mengkonsultasikannya dengan Dr. Song karena dia pikir ada gejala penyakit
lain. Namun, Dr. Song memintanya untuk tidak usah khawatir karena mereka bisa
mengatasinya, lalu menyuruh Dr. Kang untuk membersihkan darah yang ada
ditangannya dan ganti baju.
Dr.
Kang membersihkan tangannya sambil memikirkan hal yang dia alami pada hari itu.
Dia memikirkan perkataan Kapten Yoo (selamatkan
dia! Lakukan tugasmu sebagai dokter. Jika kita harus membunuh seseorang, maka
aku akan melakukan tugasku) dan perkataan Kapten Argus (Kau sendiri sedang bersama dengan pria yang
berbahaya. Kesempatan untuk terluka lebih tinggi saat kau bersama dengan pria
bersenjata). Tiba-tiba Suster Choi datang melaporkan pada Dr. Kang kalau
gadis yang dia bawa akan pergi.
Dr.
Kang memberinya kue dan susu dan memintanya untuk makan sebelum dia bicara.
Namun, gadis tersebut malah menampik gelas yang berisi susu tersebut hingga
tumpah. Dia marah karena Dr. Kang menyelamatkan orang yang dia tembak, Kapten
Argus. Dr. Kang pun mengatakan kalau itu demi menyelamatkan hidupnya. Namun,
gadis tersebut tidak percaya kalau Dr. Kang bisa melindunginya, juga tidak
percaya pada tentara. Begitu dia hendak pergi, Dr. Kang langsung menahannya dan
menuangkan kembali segelas susu untuknya.
Di
Korea, RS. Haesung, terlihat tim medis yang baru tiba dari Urk sedang cerita
dengan Dr. Pyo dan dokter dan suster lainnya yang ada di RS tersebut, dengan
sangat semangat. Tiba-tiba, istri Dr. Lee datang dan menyela pembicaraan
mereka. Dia mempertanyakan alasan kenapa Dr. Lee tidak pulang bersamanya padahal
namanya ada dalam daftar. Dia bertanya apakah Dr. Lee selingkuh atau tidak
karena dia tidak pernah ditelpon olehnya. Dokter tersebut pun mengatakan tidak,
ketidakdatangannya hanya karena pasien.
Di
medicube, Suster Choi bersama denga Suster Ha dan Dr. Song sedang membahas Manajer
Jin. Suster Choi mengatakan, kalau Dr. Lee bertingkah aneh beberapa hari
terakhir. Suster Ha pun mengugkapkan kalau Dr. Lee memberikan kursinya pada
Manajer Jin, namun Manajer Jin sendiri hilang dan tidak bisa ditemukan, jadi
kursinya tetap kosong. Dr. Song menanggapi kalau kursi tersebut diisi oleh
jiwanya, lalu beranjak pergi.
Sementara,
Dr. Yoon tengah mempersiapkan obat-obatan yang akan dia bawa untuk melihat
anak-anak yang terkena penyakit campak di Desa Berhantu. Dr. Kang
mengkhawatirkannya dan menawarkan diri untuk ikut membantunya. Namun, Dr. Yoon
memintanya untuk tidak usah khawatir karena ia akan melakukan kunjungan bersama
dengan Sersan Seo.
Esoknya,
Dr. Yoon terlihat dalam perjalanan bersama dengan Sersan Seo. Keduanya terlihat
asyik ngobrol dan bahagia bisa menjalankan tugas bersama-sama, apalagi Dr.
Yoon. Saat itu, Sersan Seo pun bertanya tentang pendapat Dr. Yoon kalau
seandainya dia berhenti jadi tentara. Dia mengatakan kalau pekerjaan tersebut
berbahaya dan akan membuatnya selalu terpisah. Namun, Dr. Yoon malah mengatakan
kalau dia baik-baik saja dengan pekerjaan tersebut dan senang bisa bekerja
bersama-sama. Menurutnya juga, Sersan Seo akan tetap gagah, dengan atau tanpa
seragam. Begitu tiba di lokasi, Desa Berhantu, keduanya pun bingung karena desa
tersebut kosong.
Di
Kompi Corps Taebaek, Kapten Yoo tengah menghadap dan mendapatkan penjelasan
dari Komandan. Hal itu terkait dengan siapa dan apa pekerjaan Kapten Argus, dan
orang-orang yang terlibat dengan bisnisnya itu sebagai pedagang senjata.
Komandan pun meminta Kapten Yoo untuk menghindari konflik dengan tidak ikut
campur dengan urusan mereka.
Tiba
di Markas Mowuru, Sersan Seo melaporkan pada Kapten Yoo bahwa dia tidak menemukan
anak-anak di desa berhantu dan menurut pihak kepolisian, anak-anak tersebut
telah dipindahkan ke Panti Asuhan CTA. Meski demikian, Sersan Seo tetap menyimpulkan
dan berpikir bahwa terdapat keanehan dari berita tersebut. Namun karena Kapten
Yoo sepertinya tidak memperhatikan laporannya tersebut, membuat Sersan Seo mengajukan
pertanyaan padanya mengenai apa yang sedang terjadi. Hinga akhirnya, Kapten Yoo
menyampaikan apa yang baru saja Komandan perintahkan padanya, yaitu untuk tidak
ikut campur dalam urusan Kapten Argus.
Kapten
Yoo terlihat duduk sendirian sebelum Dr. Kang melihatnya dan memberikannya
segelas minuman yang manis (gula). Kapten Yoo menawarkan padanya untuk berbagi
minuman tersebut tapi Dr. Kang menolak karena katanya takut gemuk. Dr. Kang pun
bertanya tentang keadaan anak-anak di Desa Berhantu itu karena dia belum
melihat Dr. Yoon. Kapten Yoo mengatakan kalau pasukannya sudah mengurusnya, dan
pemerintah Urk akan menyediakan fasilitas medis untuk mereka. Dr. Kang senang
mendengarnya dan memberitahu Kapten Yoo kalau anak-anak yang di medicube juga
sudah baikan. Akhirnya, Kapten Yoo berpikir kalau kesibukan Dr. Kang dalam
mengurus anak-anak tersebut membuatnya tidak punya waktu untuk merapikan
rambutnya. Dr. Kang hanya tersenyum, sebelum Kapten Yoo memintanya untuk memegang
gelas.
“Pegang
ini!”
“Tiap
kali kau memintaku memegang sesuatu, kau pastu mau melakukan yang aneh-aneh”,
pikir Dr. Kang sambil memegang gelas yang diberikan Kapten Yoo. Dan, begitu
Kapten Yoo mau memegang rambutnya, dia langsung berkata, “Oh, tidak bisa. Aku
tak keramas hari ini.”
“Kenapa?
Apa kau kekurangan air? Kau biasanya jarang keramas, untuk apa sok suka keramas
sekarang?”, tanya Kapten Yoo.
“Kau
salah orang.”
“Kau
pikir sejak kapan kita bertemu, Dr. Kang?”, kata Kapten Yoo lalu memegang
rambut Dr. Kang.
“Aku
bisa melakukannya sendiri”, kata Dr. Kang.
“Pacaran
memang seperti itu. Pasanganmulah yang akan melakukan hal seperti ini”, balas
Kapten Yoo sambil mengikat rambut Dr. Kang.
“Aku
juga akan melakukan hal yang sama nanti. Aku pasti akan melakukan apa yang bisa
kau lakukan.”
“Kau
sudah janji, loh”, kata Kapten Yoo. Dr. Kang pun mengangguk dan tersenyum saat
Kapten Yoo menyeka poninya.
Tiba-tiba
ada panggilan untuk Ms. B terkait dengan paket yang telah sampai. Dr. Kang pun
langsung berdiri dan begitu ia melangkah, lengannya ditahan oleh Kapten Yoo.
“Apa
kau meninggalkanku hanya karena paketnya datang?”, tanya Kapten Yoo. “Paket
atau aku?”
“Tentu
saja, kau”, jawab Dr. Kang lalu melepaskan tangannya dan berlari pergi.
Dr.
Kang menerima paket dari Suster Ha, yang mengatakan kalau itu paket dari Dr.
Pyo. Dr. Kang pun mengatakan kalau Dr. Pyo memang yang terbaik. Melihat ada
paket untuk Sersan Seo, Dr. Kang pun mengambilnya dan mengatakan kalau dia yang
akan mengantarkannya. Begitu Dr. Kang keluar, Dr. Song datang dan menerima
paket untuknya dari Suster Ha, yang bertanya siapa yang mengirimkannya paket.
Dr. Song membuka paket tersebut dan mengatakan kalau dia yang mengirimnya.
Begitu melihat isinya, dia pun memberikannya pada Suster Ha karena katanya
paket itu untuknya. Lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Meski sempat
protes karena bingung dan juga ukurannya tidak tepat, Suster Ha juga terlihat
senang menerima hadiah tersebut.
Dr.
Kang memperhatikan paket untuk Sersan Seo, dimana di atasnya tertulis, “Yang
semangat, Oppa. Aku merindukanmu, Oppa” lalu memberitahu Sersan Seo melalui
walkie-talkie.
“Sersan
Seo, ada paket dari Shin Jae Young. Kau dimana? Over”, kata Dr. Kang
“Kau
ada dimana sekarang?”, balas Sersan Seo dengan ekspresi kaget bersama dengan
Kapten Yoo. Belum juga mendengarkan balasan Dr. Kang tentang posisinya ada
dimana, Kapten Yoo sudah melempar kertas yang dia baca dan berlari, yang
kemudian diikuti oleh Sersan Seo.
“Aku
sedang ada di kantin. Apa aku menunggumu di sini? Over”, kata Dr. Kang.
Di
medicube, Dr. Yoon mendengarkan hal tersebut dengan walkie-talkienya, yang
membuatnya langsung membanting kotak yang ia pegang dan berlari keluar.
Terlihat, Kapten Yoo tengah berlari sekencang-kencangnya bersama dengan Sersan
Seo. Dr. Kang yang tidak lagi mendapatkan jawaban dari Sersa Seo, meletakkan
walkie-talkienya dan menggoyang-goyangkan kotak tersebut. Beberapa saat
kemudian, Dr. Yoon sudah tiba di kantin dan langsung mengambil kotak dari
tangan Dr. Kang yang membuat Dr. Kang kaget.
“Oh!
Kaget aku!”
“Aku
harus memeriksanya”, kata Dr. Yoon. Dia pun membaca tulisan pada paket tersebut
yang lengkap dengan lambang hati. “Ha?”
“Apa
Sersan Seo punya adik perempuan?”, tanya Dr. Kang.
“Dia
itu anak tunggal”, bantah Dr. Yoon.
“Bukan
aku yang salah, kan?”, kata Dr. Kang.
Tanpa
berpikir lagi, Dr. Yoon langsung membukanya, yang membuat Dr. Kang bertanya apa
itu tidak masalah.
“Tidak
apa kau membukanya?”, tanya Dr. Kang yang tidak ditanggapi oleh Dr. Yoon.
Dr.
Yoon langsung membuka amplop pesan dan melihat selembar foto. Dia pun kaget
melihat foto tersebut.
“Sial”,
kata Dr. Yoon.
“Foto
apa itu? Kenapa Yoo Shi Jin ada juga?”, tanya Dr. Kang, yang kemudian membaca
isi pesannya. “Hari saat kami bertemu dengan Yoo Shi Jin-Oppa. Kenangan ini
untukmu.” Dr. Kang pun terlihat marah dan berkata, “Pria-pria ini…Yoon, siapkan
pistolmu!” yang dibalas Dr. Yoon dengan anggukan.
Kapten
Yoo dan Sersan Seo tiba di kantin, dengan ngos-ngosan dan langsung berkata,
“Ini kesalahpahaman.”
“Kesalahpahaman?
Kesalahpahaman apanya saat bukti sudah jelas?”, tanya Dr. Yoon pada keduanya.
“Sepertinya,
kau tersenyum bahagia dalam foto ini, Yoo Shi Jin”, kata Dr. Kang.
“Aku
tidak tersenyum, kok”, kata Kapten Yoo. “Mungkin terlihat terlihat tersenyum
tapi itu hanyalah pose lucu saja, iyakah?”, kata Kapten Yoo lagi sambil menyenggol
badan Sersan Seo meminta pembenaran.
“Dia
adalah adik sepupuku, kau tahu dia adalah pramugari, kan?” , kata Sersan Seo.
“Jadi,
paket ini datang dari adik sepupumu. Tapi, kenapa kalian berlarian ke sini?”,
tanya Dr. Kang.
“Karena
mereka sudah ketahuan”, jawab Dr. Yoon. “Diantara mereka berdua, yang mana adik
sepupumu?”
“Apa?”
“Kalian
harus jawab pada hitungan ketiga. 1 2 3”, kata Dr. Yoon.
“Kiri.
Kanan”, kata Sersan Seo dan Kapten Yoo bersamaan dengan jawaban yang berbeda.
“Kanan. Kiri”, keduanya pun mengulangi dengan jawaban yang berbeda, yang membuat
Dr. Kang dan Dr. Yoon semakin terlihat marah.
“Aku
hanya ikut saja blind-date dengan Kapten. Tidak lebih, tidak kurang.” Kata
Sersan Seo.
“Apa
kau mau membunuh kaptenmu sekarang?”, tanya Kapten Yoo pada Sersan Seo.
“Ya,
kau benar”, kata Sersan Seo.
“Sepertinya
kau selalu menelponnya karena dia tahu alamatmu di Urk”, kata Dr. Kang.
“Jadi,
itu benar, ya? Kenapa kau bisa begitu, Sersan Seo”, kata Kapten Yoo sambil
melihat ke arah Sersan Seo. “Aku sungguh tak menyangkanya. Aku sudah
memarahinya. Dia akan sadar nanti”, kata Kapten Yoo pada Dr. Kang.
“Jangan
bercanda, ikut aku!”, kata Dr. Kang.
“Baiklah”,
kata Sersan Seo lalu menghadap kiri ingin mengikuti Dr. Kang.
“Kenapa
kau bergerak?”, kata Dr. Yoon
menghentikan langkah Sersan Seo.
“Kupikir
dia tadi bicara padaku”, kata Sersan Seo. “Sebaiknya cepat ikuti dia”, kata
Sersan Seo, menyarankan Kapten Yoo unuk mengikuti Dr. Kang.
“Aku
berharap bisa terus bersamamu”, kata Kapten Yoo kemudian melangkah keluar
mengikuti Dr. Kang.
“Aku
harap kau tak salah paham, itu semua adalah masa lalu”, jelas Sersan Seo.
“Ya,
memang. Jadi, foto ini berasal dari masa lalu?”, tanya Dr. Yoon.
“Foto
itu berasal dari Seoul.”
Di
kantin tersebut, juga terlihat trio Sersan sedang menguping kejadian tersebut
dan lagi-lagi, Sersan Choi kalah taruhan karena percaya bahwa keduanya dulu
pergi ke pemakaman ayah teman SMA mereka padahal nyatanya, tidak demikian. Keduanya
pergi Blind-Date.
(Back
to Dr. Yoon dan Sersan Seo)
“Jadi,
karena ini kau menghindariku? Kupikir karena ayahku”, kata Dr. Yoon.
“Memang
benar, alasanku adalah ayahmu.”
“Kau
bilang apa tadi?”
“Aku
bilang apa tadi?”, tanya balik dari Sersan Seo.
“Sudahlah.
Sejauh mana kencan kalian?”
“Kami
hanya pergi sampai pintu gerbang saja.”
“Apa
kau mengerti maksudku? Sejauh mana? Apa kalian bersentuhan atau tidak?”
“Tidak,
kok! Aku tak berbohong, kami hanya minum teh saja”, jelas Kapten Yoo pada Dr.
Kang.
“Pria
yang baik, ya.”
“Kau
tak perlu memujiku”, kata Kapten Yoo sambil tersenyum.
“Jadi,
kau minum teh dengan wanita? Dan, aku malah berpikir, saat kita berpisah, kau
tak akan bermain wanita lagi. Percuma saja aku khawatir padamu. Ternyata, kau
menikmati waktu indahmu.” Kata Dr. Kang.
“Itu
bukanlah waktu indah”, elak Kapten Yoo. “Dan, jujur saja, itu hanyalah sebuah
persahabatan, aku tak mungkin menolak.”
“Persahabatan
dari Hongkong. Bukannya tak bisa menolak, dari wajahmu saja sudah ketahuan kau
juga menikmatinya.”
“Kau
terlalu kolot, dan sepertinya kau salah paham. Wajahku memang kan seperti ini,
aku minum teh dengan ekspresi itu”, kata Kapten Yoo sambil menunjukkan ekspresi
tak bersalah.
“
Jangan bercanda lagi! Bagaimana aku bisa tahu jika kalian hanya minum teh atau
mengantarnya pulang?”, kata Dr. Yoon pada Sersan Seo.
“Aku
tidak mengantarnya.”
“Jika
kau berbohong, kau akan tamat.”
“Aku
mengantarnya pulang. Tapi, bukan mobilku. Itu mobil Kapten. Aku juga tidak
mengerti kenapa dia bisa membawa mobilnya”, jelas Sersan Seo.
“Kau
pikir aku bisa percaya?”, kata Dr. Kang pada Kapten Yoo.
“Aku
hanya memintamu untuk melupakannya. Aku bahkan tak ingat namanya.”
“Oh,
kau tidak ingat namanya, tapi “nama tidak diingat” itu membuatmu berlarian
begini?”
“Bukan
aku dalam foto itu.”
“Menyebalkan
sekali!”, teriak Dr. Kang yang tidak ingin mendengarkan alasan lagi, yang
kemudian dihentikan dengan deringan telpon. “Orang ini baru saja menyelamatkan
nyawamu.”
“Siapa?
Apa dia seorang pria?”, tanya Kapten Yoo.
“Kau
tidak berhak bertanya sekarang. Memangnya kenapa kalau dia wanita atau pria?”
“Jika
dia wanita, aku akan traktir makan, jika dia pria, aku akan traktir minum.
Lagipula, aku berutang pada orang ini”, kata Kapten Yoo sambil tersenyum.
“Dia
adalah ketua RS. Haesung, kenapa?”, kata Dr. Kang lalu pergi untuk mengangkat
telponnya. Dan, dengan jahilnya, Kapten Yoo meniru ucapan Dr. Kang tersebut
dengan peenkanan yang sama lalu tersenyum. Hahahaha!
“Dr.
Pyo”, kata Dr. Kang.
“Sepertinya
kau sudah terima paketnya. Kau setidaknya menelponku dan bilang terima kasih”,
kata Dr. Pyo.
“Maaf.
Aku sedang sibuk, aku juga belum membukanya.”
“Kau
sibuk apa? Kencan? Kudengar kau ciuman dengan Kapten.”
“Bagaimana
kau bisa tahu”, tanya Dr. Kang yang kaget kalau Dr. Pyo juga tahu akan ciuman tersebut.
“Menurutmu?
Mereka memberitahuku. Dan, kau bertengkar hari ini, kan?”
“Dan,
bagaimana kau bisa tahu itu?”, tanya Dr. Kang yang semakin heran dan kaget.
“Aku
sudah menduganya. Sepertinya hubungan kalian tak akan berlanjut, deh.”
“Diam
kau!”
“Tunggu,
Dr. Jang mau bicara”, kata Dr. Pyo yang kemudian memberikan ponselnya pada Dr.
Jang. “Halo, ini aku, Jang Hee Eun. Apa kau hanya menutupi bahwa Chi Hun
sebenarnya sudah meninggal?”
“Kau
bicara apa sih? Dia belum menelponmu?”
“Tidak.
Apa menurutmu, dia akan mencampakkan aku dengan bayiku ini?”
“Dasar
bocah tengik. Tunggu. Dia sedang bertugas”, kata Dr. Kang.
Dr.
Lee terlihat sedang menyiapkan injeksi untuk pasien Min Jae. Dan, lagi lagi,
pasien tersebut menolak untuk disuntik karena melihat Dr. Lee saja, dia sudah
sakit. Dia pun meminta Dr. Lee untuk pergi. Bukannya pergi, Dr. Lee malah minta
maaf, menyesal dan memohon sambil menangis. Sayangnya, pasien tersebut masih
sangat sakit hati dan tak ingin mengeluarkan ataupun menghilangkan beban Dr.
Lee. Akhirnya, Dr. Lee pun memberitahunya kalau ia akan meminta Dr. Song
merawatnya dan keluar sambil menangis.
Di
luar medicube, Dr. Lee pun semakin menangis hingga akhirnya anak laki-laki yang
ia panggil Blackey datang dan mengecek badan Dr. Lee dengan meletakkan tangannya
di dahi Dr. Lee. Dr. Lee pun bicara dan bertanya padanya sambil menangis. Anak
tersebut pun bertanya pada Dr. Lee dengan mengatakan, “Kenapa kau merasa
terluka?” yang tidak dijawab oleh Dr. Lee karena menangis dengan semakin keras.
Dia pun menggenggam tangan Dr. Lee.
Saat,
Dr. Kang mencari Dr. Lee, tiba-tiba Suster Choi menghubunginya bersama dengan
Dr. Song dan Suster Ha untuk segera ke tempat penyimpanan obat karena sedang
terjadi kekacauan. Ketiganya tiba di tempat tersebut secara bersamaan, Dr. Song
langsung bertanya apakah apa ada yang masuk di tempat tersebut dan apakah ada
yang hilang. Suster Choi pun mengatakan padanya kalau beberapa obat-obatan
hilang. Dr. Kang pun bertanya pada Suster Ha tentang kapan terakhir kali dia
mengecek obat-obatan tersebut. Suster Ha mengatakan bahwa dia mengeceknya
terakhir jam 11, tidak ada orang asing yang masuk dan tidak ada pasien yang
hilang dan dia tidak tahu apa yang terjadi. Dr. Kang pun langsung mencari tahu
keberadaan Fatima melalui walkie-talkie.
Fatima
sedang menelpon seseorang yang bernama dengan Tommy menggunakan telpon umum.
Dia memberitahunya bahwa dia telah mencuri beberapa pil dan obat-obatan sebagaimana
ia instruksikan. Dia pun bertanya kemana dia harus membawa barang curiannya
itu. Keduanya pun sepakat bertemu di suatu tempat. Sebelum menutup telpon,
Fatima mengatakan kalau ia merindukan Tommy dan sepakat untuk pergi bersama
setelah menjual obat-obatan tersebut.
Kapten
Yoo bersama Dr. Kang datang ke tempat dimana keduanya pernah makan bersama. Dr.
Kang berpikir dan mengatakan kalau Fatima tidak mungkin ke tempat tersebut.
Kapten Yoo pun memberitahunya kalau mereka datang ke tempat tersebut untuk
mencari informasi. Pemilik tempat tersebut tahu kalau keduanya membutuhkan
sesuatu dan setelah Kapten Yoo menyampaikan keinginannya, yaitu informasi, dia
mengatakan hal yang pernah ia katakan kalau dia menjual segalanya kecuali
wanita dan informasi. Kapten Yoo pun memohon bantuannya, dan berpikir kalau dia
bisa mendapatkan informasi tersebut dari orang lain yang dia kenal. Akhirnya,
pemilik tempat tersebut menghubungi seseorang dan menanyakan lokasi pasar
tempat dimana narkotika diperjualbelikan.
Dr.
Kang tiba di pasar tersebut bersama dengan Kapten Yoo. Saat keduanya memikirkan cara untuk menemukan Fatima,
tiba-tiba terdengar suara teriakan. Dr. Kang langsung lari ke sumber suara
tersebut, yang diikuti oleh Kapten Yoo.
Fatima
sedang bersama dengan Tommy. Dia memukul Fatima bersama dengan teman-temannya
dan mengajaknya pergi bersama jika tidak ingin dipukuli lagi. Lalu, Dr. Kang
datang dan meminta mereka untuk tidak memukuli Fatima. Teman Tommy langsung
khawatir begitu melihat Dr. Kang datang bersama dengan seorang tentara, Kapten
Yoo. Namun, Tommy sendiri tidak demikian, dia meminta teman-temanya untuk tidak
perlu khawatir karena katanya mereka memiliki lebih banyak senjata daripada
Kapten Yoo, dan langsung menodongkan senjata mereka pada Kapten Yoo dan Dr.
Kang.
“Aku
tak tahu siapa yang kalian cari, tapi semoga itu bukan kami”, kata Tommy.
“Senjata
lagi? Apa tempat ini, ladang senjata?”, kata Dr. Kang.
“Itu
karena kau langsung lari tanpa buat rencana dulu”, kata Kapten Yoo.
“Fatima
mungkin akan mati jika kita tidak lari.”
“Ya.
Kau memang hebat. Kau sudah menyelamatkannya tapi kita berdua mungkin akan
tertembak.”
Salah
seorang teman Tommy penasaran dengan apa yang Dr. Kang dan Kapten Yoo katakan.
Namun, Tommy tidak peduli dengan hal tersebut dan meminta Kapten Yoo untuk
menurunkan senjatanya jika tidak ingin mati. Dr. Kang pun takut dan bingung
dengan apa yang seharusnya mereka lakukan. Kapten Yoo memintanya untuk tidak
usah takut dan mencoba bernegosiasi dengan Tommy CS. Akan tetapi, Tommy tidak
setuju, dia tetap meminta Kapten Yoo untuk menyerahkan senjata dan meminta Dr.
Kang untuk berlutut. Akhirnya, Kapten Yoo menempuh cara yang lain dengan
terlebih dahulu menjelaskan pada Dr. Kang.
“Dengarkan
aku baik-baik. Saat aku bilang “sekarang”, keluar dan bawa mobil itu ke depan
gedung. Aku membutuhkan waktu lima menit. Jika aku tak keluar dalam 5 menit,
tinggalkan aku. Itulah cara yang terbaik yang bisa aku lakukan. Apa kau
mengerti?”, jelas Kapten Yoo. Dr. Kang pun mengangguk mengerti.
Tommy
CS terus meminta Kapten Yoo untuk segera menjatuhkan senjatanya. Kapten Yoo pun
meletakkan senjatanya di tanah dan mengatakan kalau ia memang tidak akan
menggunakan senjata tersebut karena hanya akan membuatnya menulis laporan yang
tebal. Dan, begitu senjata Tommy berada tepat di depan matanya, dia langsung
mengambil alih senjata tersebut dan mengatakan “sekarang” yang membuat Dr. Kang
langsung berlari keluar. Kemudian, membereskan Tommy CS. Setelah melumpuhkan
mereka, Kapten Yoo mengajak Fatima pergi namun tiba-tiba datang orang lain yang
juga membawa senjata yang menahan langkah Kapten Yoo dan Fatima.
Dr.
Kang yang sedang menunggu di mobil, gelisah karena sudah 5 menit dan Kapten Yoo
belum juga keluar. Dia pun melakukan sebagaimana yang diperintahkan oleh Kapten
Yoo. Dia pergi membawa mobil. Namun, bukannya ke depan gedung, malah membawa
mobil masuk menerobos ke dalam gedung dan menengahi pertempuran antara Kapten
Yoo dan Tommy CS. Tak berpikir panjang, dia langsung mengajak Kapten Yoo dan
Fatima untuk naik ke mobil. Mereka bertiga pun lolos dan pergi meninggalkan
pasar tersebut. Dr. Kang pun bersorak kegirangan karena berhasil mengalahkan
dan lolos dari penjahat. Meskipun sempat hampir menabrak Kapten Yoo. Namun,
tiba-tiba mobil mereka mengalami masalah. Kapten Yoo pun berpikir kalau itu
disebabkan oleh Dr. Kang yang telah menabrakkannya masuk ke dalam gedung
sebelumnya. Mereka pun berhenti ditengah jalan.
Beberapa
prajurit sedang menyisir ladang ranjau, dimana Dr. Kang dan Kapten Yoo terjebak
sebelumnya. Terlihat Sersan Seo memimpin mereka dalam bertugas bersama dengan
Dr. Yoon. Sersan Seo berdiri di mobil sambil memikirkan perkataan Komandan Yoon
sebelumnya yang memintanya untuk mengundurkan diri dari tentara. Sementara, Dr.
Yoo sibuk berjalan di tengah ladang ranjau tersebut. Begitu, Dr. Yoon berjalan
ke arahnya, dia pun mengatakan kalau Dr. Yoon tidak mau mendengarkannya.
“Kau
tak mendengarkanku, ya? Sudah kubilang untuk menunggu di zona aman karena di
sini berbahaya.” kata Sersan Seo.
“Zona
aman itu membosankan”, kata Dr. Yoon. “Melangkah 2 langkah ke kiri dan tegapkan
wajahmu!”
Sersan
Seo tidak bergerak dan melakukan apa yang Dr. Yoon perintahkan.
“Belakangan
ini kau selalu membangkan perintah atasanmu ya? Tegapkan wajahmu!” perintah Dr.
Yoon lagi, yang membuat Sersan Seo bergeser dan berdiri di depannya. “Melangkah
1 langkah ke depan!”, tambah Dr. Yoon sebelum mengusapkan krim ke wajah Sersan
Seo.
“Apa…Apa
yang sedang kau lakukan?”
“Aku
tak meminta untuk rekonsiliasi. Aku hanya menyentuhmu.”
“Banyak
yang melihat kita.”
“Kau
bicara apa sih?”
“Apa
kau tahu, ini adalah perlakuan yang tidak benar?”
“Kenapa?
Apa tindakanku tidak benar karena aku bukan pramugari?”
“Itu
karena kau adalah Letnan Yoon Myeong Ju”, kata Sersan Seo sambil memegang
tangan Dr. Yoon.
“Banyak
yang melihat kita”, kata Dr. Yoon, sebelum Sersan Seo menarik tubuhnya
mendekat.
“Aku
tak akan memperdulikan mereka”, kata Sersan Seo, dan mendekatkan wajahnya pada
wajah Dr. Yoon.
Namun,
tiba-tiba Walkie-talkie Sersan Seo berbunyi.
“Ini
adalah Big Boss. Aku berada 15km dari Barak. Mobilku mogok. Jika ada tentara
yang ada di dekat sini, tolong jawab.
Sersan
Seo pun mengatakan pada Dr. Yoon kalau dia harus menjawab panggilan tersebut
karena dia tidak mampu mengalahkannya. Dr. Yoon pun mengeluh karena kebersamaan
keduanya terganggu oleh panggilan tersebut.
“Ini
adalah Wolf. Kami sedang bertugas di dekat Desa Berhantu. Apa yang terjadi?
Kenapa kau selalu saja terjebak di jalan?”, kata Sersan Seo.
“Entahlah.
Tolong kirimkan bantuan!”, kata Kapten Yoo.
“Roger.
Aku akan mengirim Sersan Gong.”
Di pinggir jalan, Dr. Kang berpikir bagaimana
Fatima bisa tahu akan obat penghilang rasa sakit tersebut. Kapten Yoo malah
berpikir kalau Fatima mungkin bisa membedakan obat yang mahal dan obat yang
murah. Dr. Kang pun mengatakan kalau sesungguhnya obat yang murahlah yang
paling bisa menyembuhkan orang sakit dan berharap Fatima lebih baik tahu hal
tersebut. Setelah itu, dia menasehati Fatima dan memintanya untuk melanjutkan
sekolahnya. Dr. Kang berjanji akan membiayai biaya sekolahnya, akan tetapi itu
bukanlah gratis. Melainkan, sebuah pinjaman untuk Fatima. Kapten Yoo pun
tersenyum mendengar hal tersebut.
Dr.
Kang terlihat mengeringkan rambutnya tepat di bawah kipas angin yang ada di
Barak. Kapten Yoo datang mendekat dan menanyakan apa yang sedang ia lakukan.
“Apa
yang kau lakukan?”
“Mengeringkan
rambutku. Di sini lah sumber angin terbaik.”
“Kau
akhirnya keramas juga”, kata Kapten Yoo sambil memperhatikan rambut Dr. Kang.
“Tapi, yakin kau keramas? Apa airnya masih ada?”
“Tidur
sana!”, kata Dr. Kang yang kesal Kapten Yoo tidak percaya kalau dia sudah
keramas.
“Bukannya
ini masih terlalu pagi? Kau tak mau makan mie?”
“Apa
ini? Apa kau sedang menggodaku?”
“Ini
adalah undangan yang tulus dariku”, kata Kapten Yoo sambil mengeluarkan dan
memperlihatkan dua bungkus mie instant dari kantong celananya. Dr. Kang pun
setuju.
Kim
Gi Boem tiba-tiba datang dan melaporkan kalau air panasnya sudah siap. Kapten
Yoo pun memberikan 2 bungkus mie tersebut padanya.
“Bagaimana
dengan mobilnya? Apa bisa diperbaiki?”, Tanya Dr. Kang.
“Masih
sedang diperbaiki sih. Kau masih punya utang karena merusak mobil Daniel dan
sekarang ada lagi. Tapi, paling parah biaya sekolah anak itu. Apa kau sungguh
mau membiayai sekolah Fatima?”
“Kenapa?”
“Dokter
punya gaji besar, ya? Memberikan uluran tanganmu pada orang lain, itu berarti
kau memiliki tanggung jawab yang lebih.”
“Aku
hanya melakukan apa yang bisa aku lakukan, bahkan jika itu menyulitkanku. Apa
kau ingat siapa yang mengatakan ini? Aku tak banyak membaca buku sih.”
“Kau
tak bisa mengulurkan tanganmu pada siapapun yang kau temui. Dan, itu tak akan
mengubah dunia.”
“Aku
tak akan bisa mengubah dunia. Tapi, hidup Fatima akan berubah. Dan, itu adalah
dunia Fatima. Hanya itu saja.”
“Bukannya
kau bilang kau bukan dokter sebaik itu?”
“Bukannya
kau bilang aku adalah dokter yang seperti itu?”
“Kenapa
kau selalu saja mengagumkan? Aku jatuh cinta padamu.”
“Aku
adalah wanita yang punya banyak utang. Dan, dengan utan-utang itu, aku pasti
akan diputuskan”, kata Dr. Kang, yang membuat Kapten Yoo tersenyum.
“Terima
kasih telah menyelamatkanku hari ini”, balas Kapten Yoo, sebelum Kim Gi Boem
datang membawa 2 mangkuk mie yang sudah siap makan.
Namun,
begitu keduanya siap untuk makan, tiba-tiba mati lampu. Kapten Yoo pun
menawarkan solusi, yaitu makan mie ala Pasukan Khusus. Keduanya pun menikmati
mie instant dengan cara tersebut.
Manajer
Jin tersiksa akibat menelan berlian dan mengeluarkannya. Di saat itu, seseorang
datang membawakannya paspor dengan identitas yang berbeda beserta tiket ke
korea, yang kemudian ia bayar dengan segulung uang tunai. Setelah mengenakan
pakaian seperti fotonya di paspor tersebut, dia menelan kembali berlian yang
telah ia keluarkan. Lalu, dia menuju bandara. Saat di bandara, pihak bandara
memperhatikannya dan mencocokkannya dengan paspornya.
Kapten
Yoo menerima laporan dari Sersan Seo kalau Manajer Jin ditahan di Bandara
karena membawa paspor palsu. Bukannya Angkatan Darat AS atau Interpol, dia
ditangkap oleh polisi Mowuru. Pihak kedutaan sendiri hanya memintanya untuk
diidentifikasi. Kapten Yoo pun berpikir kalau polisi Mowuru telah diminta oleh
seseorang untuk melakukan hal tersebut (menangkap Manajer Jin).
Tiba-tiba
pasien Min Jae datang dan berpikir kalau itu dikarenakan oleh berlian. Kapten
Yoo yang bingung, meminta Min Jae untuk menjelaskan hal terkait dengan berlian
yang ia katakan tersebut. Setelah mendengarkan penjelasannya, Sersan Seo
bertanya pada Min Jae mengapa ia baru mengatakan hal tersebut. Kata pasien itu,
karena sebelum-sebelumnya ia sibuk menyelamatkan hidupnya. Sersan Seo pun
berpikir kalau itu adalah alasan mengapa Manajer Jin sangat ingin membongkar
kantornya saat misi penyelamatan korban gempa sebelumnya. Kapten Yoo pun
memiliki firasat buruk kalau Manajer Jin akan menjadi korban. Meski harus
menuliskan laporan yang panjang, keduanya sepakat untuk melakukan misi
penyelamatan.
Manajer
Jin sudah berada di tangan Kapten Argus bersama dengan anak buahnya. Karena
tidak mendapatkan berlian yang mereka cari, Kapten Argus pun meminta anak
buahnya untuk mencari berlian tersebut hingga di dalam perut Manajer Jin. Dan,
begitu mereka membaringkan Manajer Jin di atas sebuah meja dan siap membedah
dengan pisaunya, tiba-tiba mereka diserang dengan bom asap. Beberapa orang yang
berpakaian hitam, lengkap dengan topi, senjata dan topeng, memasuki ruangan
tersebut dan melawan Kapten Argus beserta anak buahnya. Kapten Argus berlari
keluar tapi tertahan oleh Kapten Yoo, yang mendongkan senjata padanya. Sersan
Seo pun melaporkan kalau target sudah diamankan. Trio Sersan lainnya
mengamankan anak buah Kapten Argus. Namun, sesuai dengan rencana mereka, Kapten
Yoo meminta Tim Alpha untuk mundur sampai di situ. Tujuan mereka hanya akan
mengamankan warga negaranya dan membiarkan Kapten Argus CS bebas.
Manajer
Jin sudah terbaring di medicube. Kapten Yoo pun menanyakan tentang berlian
padanya. Akan tetapi, Manajer Jin menyangkal dan mengatakan kalau ia tidak tahu
akan hal itu. Kapten Yoo pun memintanya untuk menceritakan urusannya dengan
Kapten Argus agar dia punya alasan untuk melindunginya. Namun, bukannya
dijawab, Manajer Jin malah batuk dan mengeluh kesakitan. Dia meminta
dipanggilkan dokter.
Dr.
Kang datang dengan hasil X-Ray dari Manajer Jin dan mengatakan kalau ia
menemukan apa yang Kapten Yoo cari. Dia memberikan foto X-Ray tersebut pada
Kapten Yoo.
“Sepertinya
kau sudah terlalu tua untuk menelan “batu”. Kata Dr. Kang pada Manajer Jin.
“Dia
menelannya?”, tanya Kapten Yoo setelah melihat hasil x-ray. “Bodoh, tak ada
gunanya berpura-pura sakit sekarang.”
Bukannya
ditanggapi, Manajer Jin malah terbatuk-batuk dan memuntahkan darah. Kapten Yoo
kaget melihat hal tersebut. Dr. Kang langsung memeriksanya dan meminta tim
medis untuk menyiapkan ruang operasi untuk Manajer Jin.
Saat
di ruang operasi, Dr. Yoon datang menggantikan Dr. Song karena kata Suster Ha,
Dr. Song lagi tidak enak badan. Meski demikian, mereka pun mulai melakukan
operasi. Dr. Yoon menanyakan apa benar Manajer Jin menelan berlian. Dr. Kang
pun mengiyakan dan mengatakan kalau sebentar lagi mereka akan melihat berlian berdarah.
Di tengah operasi tersebut, Dr. Yoon tanpa sengaja menyentuh pembuluh darah
yang salah dan menyebabkan darah muncrat hingga ke muka keduanya. Dr. Kang
memintanya untuk tidak khawatir karena dia bisa mengatasinya. Namun, tiba-tiba tangannya
berlendir. Dr. Yoon pun bingung, sementara Dr. Kang teringat akan Manajer Jin
yang memuntahkan darah sebelumnya. Dia pun langsung memerintahkan semuanya
untuk melepaskan tangan dari meja operasi, dan menjelaskan apa yang terjadi.
“Dia
batuk, kesulitan bernafas, hifertropi di kelenjar getah bening. Semua gejala
menunjukkan kalau dia memiliki virus influenza. Kondisi ini pasti disebabkan oleh
tipe virus M. Sampai kita bisa melakukan diagnosis, ruang operasi ini disegel.
Selain Dr. Yoon dan aku yang telah terkontaminasi, yang lainnya harus keluar.”
Jelas Dr. Kang.
“Bagaimana
dengan operasinya?”, tanya Suster Ha.
“Kita
harus menyelesaikannya sendiri”, kata Dr. Kang pada Dr. Yoon, yang mengangguk
setuju.
Sersan
Seo dan Kapten Yoo kaget mendengarkan hal tersebut dari Dr. Song. Keduanya
meminta Dr. Song untuk menjelaskan apa itu tipe virus M. Dr. Song mengatakan
kalau itu jenis virus yang telah diidentifikasi oleh WHO yang terdiri atas dua
jenis, M2 dan M3. M2 adalah virus sedikit lebih berbahaya dari pada virus
influenza. Sedangkan, M3 adalah virus yang sedikit lebih aman dari pada virus
ebola.
Keduanya
langsung menuju ke medicube setelah mendengarkan penjelasan tersebut. Namun,
mereka dihentikan oleh suster saat di depan pintu ruang operasi, yang telah
disegel. Mereka pun berbicara dari luar.
“Kau
baik-baik saja? Apa kau sakit?”, tanya Kapten Yoo.
“Aku
tak akan jatuh sakit secepat itu. Aku juga harus tetap menunggu. Aku akan
melakukan tes darah.” Jelas Dr. Kang.
“Yoon
Myeong Ju”, bentak Sersan Seo.
“Aku
merasa senang sekali. Kau berlari ke sini lebih cepat dibanding saat paket
pramugari itu datang”, kata Dr. Yoon.
“Apa
kau baik-baik saja?”, bentak Sersan Seo lagi.
“Wow!
Apa aku baru saja membuat Seo Dae Young takut?”, komentar Dr. Yoon.
Dr.
Kang berdiri dan berjalan ke pintu.
“Apa
yang bisa aku bantu?”, tanya Kapten Yoo. “Katakan apa saja itu.”
“Aku
ingin jawaban. Siapa yang menulis “hari aku bertemu dengan Si Jin-oppa” dengan
lambang hati itu? Apa wanita yang duduk di sebelah kanan atau kiri?”
“Yang
di sebelah kiri. Dia sangat imut”, kata Kapten Yoo.
“Oh,
begitu ya? Dia memang sangat imut”, kata Dr. Kang. “Dan, aku mau pria ini
selalu menjawabku jujur seperti ini.”
“Sekarang
bukan waktunya untuk bercanda.”
“Sikap
kalian terlihat seperti kami akan mati saja”, kata Dr. Yoon, yang berdiri
mendekat ke pintu juga. “Mereka seperti ingin melakukan semua permintaan
terakhir kita”, jelas Dr. Kang pada Dr. Kang. “Kalian tidak perlu khawatir.
Kami tidak akan mati.”
“Tentu
saja. Kami sudah selesai”, kata Suster Ha, yang baru saja selesai mengambil
sampel darah. “Apa di sini ada rumah sakit yang memiliki lab yang bisa
melakukan tes PCR?”
“Rumah
sakit di kota bilang, kita bisa melakukan tes di pagi hari”, jawab Dr. Lee,
yang ada di luar ruang operasi.
“Pangkalan
militer AS juga memiliki lab. Jaraknya 20 menit dari sini. Tapi, aku tak yakin
mereka akan bekerja sama”, kata Dr. Yoon.
“Serahkan
saja padaku”, kata Kapten Yoo.
“Kami
akan menyiapkan kendaraan”, kata Sersan Seo yang langsung berlari keluar.
Kapten
Yoo bersama dengan Sersan Seo tiba di pangkalan militer AS dan mereka siap
bekerja sama karena mereka juga menangani masalah virus.
Di
medicube, Dr. Yoon memeriksa kondisi Manajer Jin dan mengatakan kalau dia
stabil. Dr. Kang pun menanggapi kalau keduanya telah melakukan hal yang bisa
mereka dilakukan, dan sekarang sedang menunggu hasil tes darah pasien dan juga hasil
tes darah mereka berdua.
Hasil
tesnya keluar, dan dokter AS mengatakan kalau sampel darah yang Kapten Yoo dan
Sersan Seo bawa, terbukti kalau itu virus M3. Pasiennya positif terjangkit
virus tersebut dan salah satu dari dokter juga. Kapten Yoo pun menanyakan siapa
dokter yang positif terkena virus tersebut.
Dr.
Yoon dan Dr. Kang memandangi berlian berdarah sambil menunggu hasil tes darah
tersebut di ruang operasi.
“Ini
sungguh berlian berdarah. Apa ini sungguh berlian sungguhan?”, tanya Dr. Yoon.
“Menurutmu
berapa harganya? Hanya kita berdua yang tahu jumlah berlian ini. Apa kau ingin
mengambil satu berlian?”, tanya balik dari Dr. Kang.
“Aku
tak menyangka kau seperti ini. Kau memang wanita yang bijaksana.”
Kapten
Yoo dan Sersan Seo datang dan langsung membuka pintu demi pintu. Sersan Seo
langsung melangkah masuk ke dalam ruangan yang disegel tersebut dan memeluk
erat Dr. Yoon. Dr. Yoon bingung dan ingin melepaskan diri, namun Sersan Seo tak
juga melepaskan pelukannya. Melihat Kapten Yoo perlahan memasuki ruangan, dia
pun sadar kalau dirinya lah yang positif terkena virus tersebut.
To be continued in the next episode, (Episode 11)...!!!!
Komentar
Posting Komentar