Masa lalu.
Setiap orang memiliki masa lalu atau kenangan, dari
yang paling membahagiakan hingga yang paling menyakitkan. Tanpa bisa kita
pungkiri, masa lalu akan meninggalkan jejak dalam diri kita. Khususnya masa
lalu atau kenangan yang menyakitkan.
Demikian pula dengan saya.
Berbagai hal menyakitkan telah meninggalkan jejak
tak terhapus dalam hidup saya. Entah itu, yang terkait dengan keluarga,
pendidikan, pekerjaan ataupun hubungan personal.
Di lingkungan kerja,
Dengan profesi yang sama, pada dasarnya kita
melakukan hal-hal yang kurang lebih sama. Namun, setiap individu memiliki
kepribadian dan pemikiran yang berbeda. Oleh karenanya, terkadang tanpa kita
sadari, terdapat perkataan atau perbuatan dari rekan kerja yang mampu menyakiti
hati rekan yang lain. Kalaupun tiba-tiba kita menyadari kekhilafan tersebut,
tentunya akan segera mengucap maaf. Dan, selanjutnya mungkin akan lebih
hati-hati lagi dalam berkata dan berbuat. Kapan, dimana dan bagaimana
seharusnya melakukannya, harus dipikirkan baik-baik terlebih dahulu.
Namun, apakah kata MAAF cukup untuk menyembuhkan
rasa sakit hati?
Entahlah!
Saya pernah mengalaminya sekali dan itu sungguh
sangat menyakitkan. Saya tidak berpikir mampu melupakannya hingga kapanpun. Dan
yang lebih buruknya, hal itu mempengaruhi bagaimana saya sekarang ini. Takut
dan terus-terusan merasa terbatasi dalam mengambil suatu keputusan, bertindak
dan ataupun berucap. Sepertinya kata MAAF dan WAKTU takkan mampu menghapusnya.
Terkait dengan hubungan personal,
Saya tak memiliki kisah yang banyak dalam hal ini,
tapi ada. Hanya sebuah kisah yang singkat, kurang lebih setengah tahun. Tidak
butuh waktu yang lama untuk menguraikannya. Perkenalan yang kemudian berlanjut
dalam komunikasi intens dengan
kuantitas tatap muka yang terhitung jari, harus berakhir dengan suatu
pengkhianatan. Segala ungkapan, perhatian dan kasih sayang serta janji manis
hancur menjadi kepingan-kepingan tak bermakna. Everything ended just by words “I
choose her”.
Selanjutnya, terbersit dalam pikiran saya, mungkin
itulah akhir yang semestinya untuk sesuatu yang tidak pernah dimulai.
Hanya saya saja yang bodoh. Terlalu bodoh untuk
bisa menyadarinya dengan cepat. Terlalu mudah untuk percaya.
Mengapa orang begitu mudahnya mengkhianati?
Bukankah kejujuran itu penting?
Since then
(2010)
Sejak saat itu, saya berjanji untuk tidak lagi memikirkan
menjalin hubungan personal dengan
siapapun. Saya enggan menanggapi perkataan, perbuatan bahkan pengorbanan dari
orang lain. Saya tidak yakin apa masih ada ketulusan itu. Sempat sekali
terpikir itu ada pada diri seseorang yang pernah mendekat, tapi kemudian saya
mengabaikannya. Mungkin saya telah menyakiti orang tersebut. Maaf, tapi saya tidak
bisa lagi percaya apalagi meyakini.
Sejak saat itu,
Saya senantiasa berusaha mencari ruang maaf dari
hati saya yang telah hancur. Memaafkan itu mudah untuk diucapkan, tapi
melakukannya tidak. Meski demikian, perlahan seiring berjalannya waktu, aku
mencoba melakukannya. Memaafkannya. Terlebih, menyimpan dendam hanya akan
kembali pada diri saya.
Sejak saat itu,
Saya senantiasa berusaha menyibukkan diri dengan
maksud melupakan. Masa lalu yang menyakitkan tidak pernah bisa dilupakan
apalagi dihapus. Hal tersebut takkan terkubur dengan kesibukan. Kesibukan hanya
mampu membuatnya tak terpikirkan sejenak. Kalaupun saya berhasil melupakannya,
hal itu masih akan tetap diingat olehnya ataupun oleh orang lain. So, I keep it!
Sejak saat itu,
Saya senantiasa tersenyum dibalik rasa sakit
dihadapan semua orang. Fake smile.
Saya tahu, hal itu hanya berlaku bagi orang yang tidak peduli dengan saya.
Untuk mereka, saya akan terus terlihat bahagia karena mereka tidak akan
memikirkan ada apa dibalik senyum tersebut. Entah itu, kebahagiaan ataukah
sebaliknya, kesedihan. Doesn’t matter,
cukuplah bagi mereka yang peduli saja, mengetahuinya.
Sejak saat itu,
Saya senantiasa berusaha terlihat tegar dan kuat.
Pada dasarnya yang demikian itu menggambarkan sebaliknya. Saya TAKUT. Saya
tidak akan pernah kembali ke masa lalu yang menyakitkan itu. Saya tidak akan
pernah berpikir untuk mengulang kenangan tersebut. Membahasnya pun hanya akan
mengundang kesedihan, lagi.
Hantu masa lalu kapanpun bisa muncul. Tidak
ada yang benar-benar saya lupakan.
Selama ini, saya berusaha keras menyibukkan diri karena saya tidak ingin
memikirkannya. Furthermore, Saya
tidak lagi memikirkan kebahagiaan dari suatu hubungan, melainkan dari ukiran
prestasi dan kesuksesan.
Ada banyak mimpi-mimpi yang ingin saya wujudkan.
Saya hanya akan menghabiskan hidup saya untuk hal tersebut. Saya hanya berpikir
untuk tetap bisa menabur benih kebaikan, yang akan kekal bersama saya. Tidak
untuk hal yang hanya akan hilang ataupun pergi, yang nantinya membuat dada saya
sesak setiap kali dihadapkan pada kesakitan yang sama.
Hingga kini,
Saya bisa sesak di dada hingga kesulitan bernafas
hanya dengan melihat dan membaca kisah yang menyakitkan.
Never
RE-PLAY
Let
bygones be bygones!
Komentar
Posting Komentar