Makassar, December 6th,
2015
Minggu malam adalah jadwal
keberangkatan saya ke Bau-Bau, Pulau Buton. Berdasarkan tiket yang telah ada di
tangan salah seorang teman yang akan berangkat, kapal yang akan kami tumpangi
akan sandar di Pelabuhan Makassar sekitar jam 12 malam. Kapal tersebut akan
berlayar kembali ke Pulau Buton pada jam 2 pagi. Karena kami akan berangkat
lewat tengah malam, saya bersama teman-teman yang akan berangkat memutuskan
untuk ke Pelabuhan lebih awal. Beberapa teman akan berangkat bersama dari
Muhajirin, sementara saya dan beberapa orang lainnya akan berangkat sendiri,
langsung ke Pelabuhan.
Saya yang diantar motor oleh adik
saya, berangkat dari rumah menuju pelabuhan sekitar jam 8 malam. Saya
memutuskan berangkat agak cepat karena khawatir dengan keamanan adik saya saat
pulang dari pelabuhan. Saya tiba di pelabuhan sekitar jam 9 malam. Adik saya
langsung pulang ke rumah. Sementara saya berjalan masuk ke pelabuhan. Namun,
karena saya tidak memiliki tiket di tangan, saya di cegat di pintu masuk
pelabuhan. Saya pun memutuskan untuk menunggu teman-teman yang berangkat dari
Muhajirin karena katanya mereka sudah dalam perjalanan menuju pelabuhan juga.
Saat duduk menunggu mereka di pos satpam, saya melihat orang
lalu-lalang melintas keluar masuk pelabuhan. Terkadang juga, bapak-bapak
security yang sementara bertugas di tempat tersebut bertanya kepada saya
mengenai beberapa hal, seperti; Mau ke mana? Naik kapal apa? Dengan siapa? Dan
sebagainya.
Front View of Makassar Port |
Setelah menunggu selama hampir
sejam, teman-teman yang datang dari Muhajirin tiba di pelabuhan. Athy
menghubungi saya untuk mengetahui dimana saya menunggu. Kami pun ketemu di
gerbang dan masuk ke pelabuhan. Ternyata, Halim, teman dari perwakilan BK yang akan
berangkat sudah tiba di pelabuhan sejak tadi. Namun, dia langsung masuk dan
tidak ketemu dengan saya. Kami pun masuk mencari dia dan ketemu di ruang tunggu
keberangkatan. Akan tetapi, kami tidak duduk di ruang tunggu tersebut karena
itu bukan ruang tunggu untuk penumpang yang akan berangkat ke Bau-Bau. Kami pun
keluar dan menuju ke ruang tunggu penumpang yang akan ke Bau-Bau melalui pintu
masuk 1. Salah seorang teman kami yang bernama Kak Alam datang saat kami duduk di
ruangan tersebut. Kami duduk selama beberapa menit dalam ruangan tersebut
sebelum kami diminta keluar karena ruangan tersebut akan dibersihkan.
Kami pun keluar dan mencari
tempat lain untuk menunggu. Seseorang menunjukkan tempat untuk menunggu kepada
kami. Kami pun berjalan ke tempat tersebut. Ternyata tempat itu berada di depan
posko kesehatan. Di sana memang terdapat beberapa orang kurir dan penjual yang lagi
istirahat. Kami memilih untuk duduk dan istirahat di pojok. Sebelum kami duduk, kami ditawari
alas untuk duduk oleh penjual. Teman-teman pun membeli beberapa lembar. Kami
pun duduk bersama sambil menunggu waktu berlalu. Selama tiga jam kami duduk
sambil cerita, makan-makan dan ber-selfie ria di tempat tersebut. Dua orang teman kami yang
lainnya datang saat kami menunggu di tempat tersebut. Mereka adalah teman dari perwakilan prodi Penjas yang
datangnya paling belakang. Kami semua berjumlah sembilan orang dari jurusan yang
berbeda-beda. Hanya dua orang yang datang belakangan itu yang berasal dari
jurusan yang sama. Saat kami menunggu di tempat tersebut, seorang yang entah
siapa, datang bercerita panjang lebar mengenai beberapa hal. Dia sangat
membosankan dan saking membosankannya, hanya Kak Selvi yang memperhatikannya
bercerita. Kami yang lainnya hanya mendengarkan tanpa memperhatikan. Andai
tidak ada yang berdiri menanyakan dimana toilet, dia tidak akan berhenti
bercerita. Dari ceritanya sih, ada beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran.
Namun, juga ada banyak cerita yang tiada gunanya, yakni mengenai keluarganya,
yang seakan-akan dia penguasa segalanya. Hmmm!!!!
Terlantar dalam Penantian :D (Read: Menunggu KM. Kirana IX) |
Makassar, December 7th,
2015
Sekitar jam 1 malam, KM. Kirana IX yang
akan kami tumpangi ke Bau-Bau sandar di Pelabuhan Makassar. Kami pun berpindah
ke ruang tunggu sambil menunggu kapal tersebut bongkar muatan. Saat kami
memasuki ruangan, petugas merobek tiket kami (pass masuk terminal 1) dan
memberikan kami gelang kertas yang bertuliskan nomor beserta nama perusahaan
kapal yang akan kami tumpangi sebagai penanda bahwa kami adalah penumpang kapal
tersebut. Di luar dugaan kami, ternyata waktu untuk bongkar-muat sebuah kapal
itu sangat lama. Kami menunggu di ruang tunggu selama hampir 3 (tiga) jam juga.
Karena kelelahan menunggu, beberapa teman kami tertidur di ruang tunggu
tersebut. Hanya saya dan Halim yang tidak tertidur. Tidak hanya mengantuk,
beberapa teman juga kelaparan saat menunggu. Oleh karena itu, mereka satu per
satu keluar mencari makan.
Jam 3 subuh, penumpang yang akan
berangkat ke Bau-Bau dipersilahkan untuk menaiki kapal. Pintu keberangkatan
menuju kapal dibuka dan kami pun berjalan keluar menuju kapal tersebut. Kami
naik ke ruang tidur lantai 2. Kami memilih ruang tidur kedua dari bagian depan
kapal. Ruang tidur tersebut bertingkat dan terdiri atas lima sekat. Jadi,
setiap barisnya, terdiri dari 10 sekat. Dengan kata lain, dalam setiap baris itu
terdapat 10 orang penumpang. Proses menaikkan penumpang juga berlangsung agak
lama. Saya bersama Athy berjalan mengelilingi kapal yang masih sementara
menaikkan muatan. Kami ke bagian belakang kapal, di cafeteria. Kami memesan
minuman untuk dinikmati saat duduk di cafeteria tersebut. Athy memesan hot-tea
sementara saya memesan hot white-coffee. Kami menikmati sambil cerita-cerita
dengan Kak Erwin dan teman-teman laki-laki yang lain yang sudah duluan duduk di
cafeteria tersebut. Kami berangkat meninggalkan Pelabuhan Makassar jam 4 lewat
beberapa menit. Perlahan kapal meninggalkan dermaga Pelabuhan Makassar saat
kami masih menikmati minuman di cafetaria.
Awak kapal yang bertugas mengecek tiket penumpang merobek tiket kami (pass
masuk terminal 2) di cafeteria tersebut.
Setelah menghabiskan minuman
kami, kami kembali ke ruang tidur. Kak Selvi dan Sukma sudah siap untuk
istirahat semua. Kami yang baru kembali dari cafeteria juga demikian. Namun,
sebelum istiahat, ada yang memilih untuk membersihkan wajah terlebih dahulur,
ada juga yang langsung tidur. Saya menemani Athy ke toilet untuk cuci muka. Sambil
menunggu Athy selesai, saya berdiri di depan toilet melihat-lihat. Saya pun
melihat ada tempat untuk meng-charge
HP. Bagitu balik ke tempat tidur, saya tidak bisa lagi tertidur setelah
melewatkan jam tidur saat menunggu sebelumnya. Saya pun memilih untuk men-charge HP saya yang low di lantai satu, di depan cafeteria
yang saya lihat sebelumnya. Di saat teman-teman saya sudah terlelap, saya
tinggal duduk di tempat charge
tersebut sambil menonton TV. Mengapa saya harus duduk dan stand-by di tempat tersebut? Karena di tempat tersebut tertulis
pengumuman bahwa “Charge HP gratis. HP
harap dijaga sendiri saat charge.”
Oleh karena itu, demi keamanan HP saya, saya pun duduk menunggu HP saya hingga full charge. Lagian, rasa ngantuk saya
juga sudah hilang.
Saat saya duduk di tempat
tersebut. Salah seorang awak kapal duduk di belakang saya. Dia juga ikut
menonton. Saat kami asik menonton, tiba-tiba TV-nya gangguan. Saya pun bertanya
ke awak kapal tersebut, mengapa itu terjadi? Katanya sih, itu biasa terjadi saat
signal-nya tidak baik. Nanti saat
menemukan signal yang baik, TV-nya
kembali normal. Hmmm…begitu yah! Tidak hanya saya, awak kapal itu juga terkadang
bertanya beberapa hal yang hampir sama dengan pertanyaan yang saya dapatkan
sebelumnya saat menunggu di pos satpam pelabuhan. Lama-kelamaan, awak kapal
yang bertugas menjaga cafeteria lantai 1 tersebut juga datang. Kami pun ngobrol mengenai
beberapa hal. Terkadang saya juga menanyakan beberapa pertanyaan kepada
keduanya. Saya menanyakan asal mereka karena kedengarannya mereka bukan orang
Sulawesi. Ternyata benar, awak kapal yang pertama orang jawa, sementara si
penjaga cafeteria adalah orang Palembang. Beberapa menit kemudian, seorang
temannya yang lain, yang ternyata asli Buton juga ikutan gabung. Dia terlihat
sangat senang karena sebentar lagi sampai di kampung halaman lagi. Kedua awak
kapal yang sebelumya pun curhat kalau ternyata mereka sudah kangen kampung
halaman dan mereka tidak tahu kapan mereka bisa pulang. Mereka iri kepada
temannya yang orang Buton itu. Namun, mereka sabar hingga waktu itu tiba
katanya. Itu semua dikarenakan oleh rejeki mereka yang terletak jauh di
Sulawesi.
Waktu berlalu, pagi pun tiba.
Nasi untuk sarapan sudah masak. Mereka sebagai awak kapal sudah bisa
menyantapnya. Namun, karena mereka baik hati, saya pun diberikan satu box
makanan. Box makanan tersebut berisi, nasi, mie goreng dan telur. Kami pun
makan bersama sambil menonton berita pagi dan cerita. Mereka selesai duluan,
sementara saya tidak. Saya makannya lama karena sambil main HP. Salah seorang
awak kapal tersebut pun mengatakan bahwa kalau masih pagi-pagi signal masih
baik. Nanti di sore hari saat kapal telah melintasi Selat Selayar, perlahan
signal akan memburuk. Signal akan kembali baik saat mendekati Pelabuhan Murhum
Bau-Bau, kemungkinannya tengah malam.
Sekitar jam 7 pagi, HP saya sudah full
charged. Saya pun pamit pada semuanya untuk naik ke lantai 2, di ruang tidur
untuk istirahat. Namun, begitu saya sampai di ruang tidur, saya tidak bisa
tidur. Saya pun keluar menikmati udara serta angin pagi di bagian belakang
kapal, dekat cafeteria lantai 2. Cafeteria tersebut berada di bagian luar
kapal. Jadi, kami bisa menikmati lautan saat duduk makan atau minum di
cafeteria tersebut. Jika tidak ingin makan ataupun minum, di bagian belakang
kapal tersebut juga terdapat tempat duduk untuk penumpang yang hanya ingin
menikmati lautan lepas.
Lautan Lepas dalam Pelayaran Mks-BauBau |
Duduk seorang diri di sisi kiri-belakang
kapal menikmati lautan lepas, merasakan udara serta angin pagi yang
menyegarkan, sungguh merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Birunya air laut
yang tidak jauh berbeda dengan birunya langit, sungguh memanjakan mata. Itu
adalah pengalaman pertama bagi saya. Dan, itu sungguh menyenangkan. Segala
penat, masalah dan hal-hal yang menyedihkan seakan sirna dengan semua
keindahan alam tersebut. Stres dan rasa bosan tingkat dewa karena menunggu terlalu
lama semalam di pelabuhan hilang seketika. Sungguh nikmat alam semesta ciptaan
Allah Swt.!
Jam 9 pagi, saat saya masih di
luar menikmati lautan lepas, terdengar penyampaian informasi bahwa makan pagi
sudah siap. Saya pun masuk ke ruang tidur dan mendapati sebagian teman yang
perempuan sudah bangun. Beberapa awak kapal sedang berjalan membagikan makanan
kapada penumpang kapal. Untuk mendapatkan makanan, penumpang harus
memperlihatkan tiket masing-masing. Awak kapal tersebut merobek kupon makan 1,
2 dan 3 lalu memberikan kami satu kotak makan, satu aqua gelas da seiris buah.
Hal yang mengejutkan adalah saat saya membuka kotak makanan tersebut. Isinya
ternyata berbeda dengan makanan yang saya dapatkan sebelumnya saat saya
sementara meng-charge HP. Beberapa teman perempuan, tidak tertarik untuk
memakannya. Mereka tidak memiliki nafsu makan saat mereka melihat makanan yang
dibagikan tersebut. Mereka lebih memilih untuk ngemil roti yang mereka bawa
sendiri. Berbeda dengan teman laki-laki, mereka menikmati makanan yang
dibagikan tersebut. Namun, saya tidak tah apakah mereka memakan hingga habis
atau hanya mencoba sedikit. Hehehe! Saya sendiri pun tidak mencoba makanan
tersebut karena saya masih kenyang. Saya hanya
menyimpannya di dekat saya lalu mencoba untuk tidur. Namun, lagi lagi
tidak berhasil. Saya masih belum bisa tidur. Namun, saya tetap stay di tempat tidur hingga akhirnya
saya tertidur.
Jam 12 lewat 30 menit, saya
terbangun. Alhamdulillah, akhirnya sudah bisa tertidur selama beberapa jam.
Saya pun bangun dan ngemil bareng teman di tempat tidur. Kak Selvi dan Sukma
mengajak saya dan Athy untuk makan Pop Mie. Mereka berdua pun turun duluan.
Beberapa menit kemudian, setelah memakai jilbab, saya dan Athy turun ke
cafeteria untuk memesan Pop Mie. Namun, saya tidak melihat Kak Selvi dan Sukma.
Saya pun naik ke cafeteria lantai 2, siapa tahu
mereka ada di sana. Begitu kami tiba di cafeteria, ternyata mereka tidak
ada di sana. Kami pun memutuskan untuk memesan Pop Mie dan makan di cafeteria
sambil menikmati lautan. Selain kami, di cafeteria juga ada Kak Erwin dan
seorang bapak. Di sisi kiri dan kanan kami, terbentang daratan. Awalnya kami
tidak tahu, daratan apa itu. Ternyata, menurut Bapak yang duduk di samping kami
itu, daratan itu adalah Tanjung Bira dan Pulau Selayar. Kami saat itu berada di
Selat Selayar, lautan yang memisahkan antara Tanjung Bira dan Pulau Selayar.
Dan, itu sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Athy pun berniat
untuk mengabadikannya. Dia masuk ke ruang tidur untuk mengambil kamera DSLR.
Tak lama kemudian Athy keluar sambil membawa kamera. Dia juga memberitahukan
bahwa ternyata Kak Selvi dan Sukma makan di tempat tidur. Mereka hanya menyiram
Pop Mie yang mereka bawa lalu kembali ke tempat tidur untuk memakannya.
Tanjung Bira dari Selat Selayar |
Pulau Kambing dari Selat Selayar |
Kak Erwin and Me |
Saya terbangun saat jam
menunjukkan pukul 4 sore. Saat saya bangun, hanya Kak Selvi yang sudah bangun.
Yang lainnya, masih sementara tidur. Saya pun mengajak Kak Selvi untuk turun
mandi. Saat kami sedang mandi, terdengar pengumuman bahwa jam makan siang telah
tiba. Sama halnya saat pembagian makan pagi sebelumnya, awak kapal akan
memberikan makanan jika kami menunjukkan tiket kami. Saat saya kembali, Sukma
mengatakan bahwa Kak Erwin mencari tiket saya untuk mendapatkan makanan. Namun,
karena saya tidak ada, saya pun belum mendapatkan makanan. Saat Kak Erwin
datang, dia kembali meminta tiket saya. Dia pergi untuk mengambilkan saya
makanan. Tak lama kemudian, Kak Erwin pun datang dengan satu kotak makan, satu
gelas air dan satu iris semangka. Sekitar jam 5 sore, saya bersama Athy makan.
Setelah makan, saya turun ke bawah untuk membuang
sampah dan cuci tangan. Melihat Halim lagi meng-charge HP dan Laptop, saya pun
membawakan HP saya untuk di charge. Setengah jam kemudian, saya turun mengecek
apakah HP saya sudah full charged atau belum. Ternyata belum. Saya pun tiggal nonton
TV. Berhubung Halim belum shalat ashar, dia pun meminta saya untuk
menggantikannya menjaga HP teman-teman yang lagi di charge. Dia kembali setelah
shalat magrib dan memperbolehkan saya untuk pergi shalat magrib. Namun, karena saya
tidak shalat, kami pun nonton bersama sambil menjaga HP dan Laptop kami. Saat
HP saya full charged, saya pun naik duluan, meninggalkan Halim yang masih mau
nonton. Saya kembali tidur dan bangun saat jam 8 malam. saya terbangun karena
merasakan HP saya yang bergetar. Ternyata, itu telpon dari mama saya yang
menanyakan posisi saya. Apakah saya sudah sampai atau belum? Saya pun
memberitahukannya bahwa saya masih di kapal dan mungkin akan tiba dini hari.
Dia pun berharap perjalanan saya lancar dan bisa sampai dengan selamat. Lalu,
mematikan telpon.
Bau-Bau, 00:00 (December 8th,
2015)
Mendengar ributnya teman-teman
laki-laki yang cerita di bawah, saya terbangun. Saya mendapati Kak Selvi yang
lagi gelisah. Katanya, dia tidak bisa lagi tertidur. Saya pun turun cuci muka
untuk menghilangkan rasa ngantuk. Setelah cuci muka, perasaan pun kembali
segar. Saya bersama Kak Selvi keluar untuk melihat-lihat. Di luar sudah
terlihat cahaya lampu dari kejauhan. Hal itu menunjukkan bahwa sebentar lagi
kami akan tiba di Palabuhan Bau-Bau. Karena kami penasaran berapa lama lagi
kami akan tiba, kami pun bertanya kepada salah seorang awak kapal. Dia
mengatakan bahwa kami akan tiba sekitar sejam lagi. Namun, sialnya karena kami
telah memulai percakapan, dia pun mulai menanyakan beberapa hal kepada kami
hingga kami agak risih karenanya. Sepertinya, awak kapal itu berbeda dengan
awak kapal sebelumnya yang saya ajak bicara. Ini adalah awak kapal remaja yang
tidak tahu sopan santun terhadap orang yang baru dikenal. Akhirnya, Kak Selvi
berinisiatif menghubungi teman-teman laki-laki yang lagi cerita di ruang tidur
untuk keluar melalui BBM. Tak lama kemudian, Kak Erwin bersama yang lainnya
datang. Awak kapal remaja itu pun pergi. Kami pun berfoto-foto sambil menikmati
indahnya cahaya lampu yang semakin jelas terlihat.
Kak Erwin_Kak Selvi_Me_Sukma |
Pelabuhan Murhum Bau-Bau dari Kejauhan |
Wajah Bahagia saat Mendekati Dermaga :) |
Abhe_Sukma_Kak Selvi_Hendra_Me_Kak Erwin (Taken by: Kak Alam) |
Tidak terasa sejam waktu telah
berlalu, kami pun semakin dekat dekat dengan dermaga Pelabuhan Murhum Bau-Bau.
Kami sampai dan menginjakkan kaki di Pelabuhan Bau-Bau jam 1 dini hari. Kami
berjalan menuju parkiran setelah singgah berfoto dengan background kapal yang
kami tumpangi, PT. Dharma Lautan Utama. Saat tiba di parkiran, seorang supir
yang di utus Pak Ibrahim telah menunggu kami. Kami pun mencari mobil Nissa
Terrano, sebagaimana informasi yang diberikan. Mendekati mobil tersebut,
seorang Bapak yang agak pendek mendekati kami. Ternyata, itu adalah sopir yang
di utus Pak Ibrahim. Kami pun langsung memasukkan barang-barang ke bagian
belakang mobil. Setelah itu, kami naik ke mobil. Karena tidak muat, kami yang
perempuan ditambah Halim, diantar duluan ke hotel. Hotelnya tidak jauh dari
pelabuhan, hanya berkisar 15 menitan dari pelabuhan. Setelah sampai, kami pun
turun. Tak lupa kami menurunkan barang-barang dari mobil. Setelah kosong, sopir
tersebut kembali ke pelabuhan untuk menjemput teman laki-laki yang lainnya.
Sementara kami yang sudah tiba di hotel, diantar oleh salah seorang Bapak,
pegawai hotel ke kamar yang tersedia. Kami masuk ke kamar 207. Lalu, ke kamar
209. Karena Athy lebih suka kamar 209, saya pun ke kamar tersebut. Pegawai
tersebut mengambilkan satu lagi kasur karena kami berempat sementara kasur yang
ada di kamar tersebut hanya tiga. Selain itu, Bapak itu juga mengankat kursi
keluar supaya muat 4 kasur dalam kamar tersebut. Beberapa menit kemudian Kak
Selvi dan Sukma datang. Setelah merapikan barang-barang kami, kami cuci muka.
Setelah itu, saya mengecek jam di HP, ternyata sudah jam 2 dini hari. Kami pun
siap untuk tidur. Kak Selvi dan Sukma mengangkat kasurnya ke antara kasur saya
dan Athy. Lalu, kami pun tidur.
Menginjakkan Kaki di Dermaga Pelabuhan Murhum Bau-Bau |
We're in front of KM Kirana IX |
Horeeee,,,,,Setelah menikmati pelayaran 20 jam lebih,,,Sampai kiteee!!! |
Room 209, Hotel Mira-BauBau |
Hmmm….finally after spend many times in the ship during more than
twenty hours, we arrive in Hotel Mira, Bau-Bau. What a long cruise!
NB: Next story, MTMA to Bau-Bau: Hari Pertama di Kota Semerbak.
pagi kak bole tau caranya dapat tiket kapalnya sana jadwalnya kak makasih
BalasHapusslm alikom. ada feri dari bira ke baubau . terima kasih
HapusPanjang ha...ha....mantap, snagat berkesan, apalahi ada Kak Erwin ha....ha...
BalasHapus