Langsung ke konten utama

Teman, Kebersamaan dan Kebahagiaan Tidak Seharusnya Dihargai Dengan Materi

Hellooo, blog reader!!!!
I'm back again to share about "What I Learn from What I See"

Satu hal yang saya pelajari dari sebuah drakor yang berjudul "School 2015" adalah teman dan kebahagiaan tidak seharusnya dihargai dengan materi. Seketika terbersit dalam hati saya tentang bagaimana seharusnya bersikap terhadap seseorang. Untuk dekat dengan seseorang atau berteman itu seharusnya dari hati. Tidak dengan membayarnya melalui materi. Jika kamu hanya bisa berkumpul atau menghabiskan waktu karena harus mengorbankan materi secara sepihak, itu tidaklah benar. Segera akhiri pertemanan tersebut!

Tidak seharusnya teman itu dibeli, begitupun kebersamaan dan kebahagiaan. Jangan pernah menjadikan dirimu sebagai dompet temanmu hanya karena kamu menginginkan sebuah kebersamaan.



Saya pun larut dalam lamunan, memikirkan bagaimana saya menghabiskan waktu saya dengan mereka yang saya anggap sebagai teman selama ini. Saya kerap kali mengundang orang-orang yang saya sayangi untuk menghabiskan kebersamaan dengan saya. Dan, saya merasa bahagia dengan hal tersebut. Saya pun bertanya-tanya.
Mengapa saya merasa bahagia karena kebersamaan?
Mengapa saya senang setiap kali saya menghabiskan waktu dengan mereka?
Apakah saya ikhlas?
Apakah saya termasuk dalam kategori orang yang membeli teman, kebersamaan dan kebahagiaan?

Hmmm...
Saya bahagia, senang dan ikhlas berbagi dengan mereka. Saya pun menyadari bahwa sesungguhnya mereka itu adalah orang yang berharga bagi saya. Saya menyayangi mereka. Namun, saya tidak tahu apakah mereka juga berpikir demikian terhadap saya. Bisakah saya berpikir hal yang sama mengenai siapa saya bagi mereka?

Sungguh...
Saya tidak ingin berpikir negatif terhadap mereka. Namun, pikiran ini ada dalam diri saya. Saya merasa seakan mereka tidak pernah sekalipun mengingatku. Ketika lama tidak ketemu, tidak pernah sekalipun mereka mencariku. Apakah karena mereka terlalu sibuk hingga tidak sedikitpun ada waktu untuk saya teringat sejenak dalam pikiran mereka? Entahlah!


Kini, saya bingung. Seketika saya larut dalam kesedihan. Akankah saya tidak lagi memiliki arti bagi mereka? Atau bahkan tidak pernah sekalipun dianggap sebagai orang yang berarti bagi mereka?

Hmmm...
Saya tahu kalau saya pernah melakukan hal yang mengecewakan bagi mereka. Saya pun menyadari kesalahan yang pernah saya perbuat tersebut. Saya sangat menyesal pernah mengambil keputusan yang tidak tepat tersebut. Namun, tidak bisakah saya menebus kekecewaan mereka itu? Apakah saya tidak pantas lagi untuk dianggap sebagai kakak bagi mereka? Apakah saya tidak bisa lagi mendapatkan kepercayaan dari mereka?

Sungguh....
Betapa menyedihkannya diri saya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Story of August: My 25th Birthday

Officially, turns 25 yo HAPPY BIRTHDAY On August 18, 2015 at 00.30 am Wakin' up by Candle-Ligth Oreo Cheese Cake which brought by  +Yuzi Nyha   +Saree Patmasari   +Ayusti Dirga and Kiki Fatmala Sari. What a really surprise fo' me!!! Behind the scene:

Alhamdulillah,,,I am OFFICIALLY Magister Pendidikan :)

Hi and hellooo everybody...:) It's been a long time, how's life guyssss??? Another post on the blog after more than half year since the latest feed. Finally, I'm here, so excited to be back. If you're wondering what happened to me or this blog? Why there's no blogpost for long time? Thank You, guyz!!! :) I'm great n' everything's fine. Nothin' wrong thing happened but life just get busier with one big  n' last project of my study. And, I'm enjoyin' it!

MTMA to Bau-Bau: Hari Ketiga di Kota Semerbak

Bau-Bau, December 10th, 2015 Pagi harinya, saya terbangun oleh bunyi alarm HP saya. Saya pun langsung bangun shalat subuh. Setelah shalat, saya kembali ke tempat tidur. Bukannya tidur kembali, melainkan saya online. Scrolling IG, check LINE, scrolling Twitter and FB dan sebagainya. Hingga akhirnya, saya kembali tertidur. Saat saya bangun, Sukma sudah bangun dan lagi menikmati view daripada kamar kami. Setelah diajak Kak Erwin turun ke restaurant, dia pun mengajak saya juga untuk ikut turun. Saya pun mengambil jaket, lalu turun. Beruntung, kami mendapatkan menu sarapan kesukaan saya, nasi goreng plus tempe, telur, dan kerupuk. Hmmm,,,itu makanan saya! Saya bersama Sukma langsung makan. Sementara Kak Erwin sibuk menyeduh kopi untuk diminumnya bersama dengan roti. Dia belum makan nasi. Selesai makan, Kak Erwin turun berenang, di pantai di belakang restaurant itu. Saya bersama Sukma hanya melihat-lihat sambil sesekali mengambil foto untuknya yang lagi berenang. Tak lama kemudian, Hal...