Selasa-Rabu
(11-12 Februari 2014)
Terbangun di pagi hari dengan
keadaan sedikit membaik adalah suatu kesyukuran bagi saya. Alhamdulillah, nyeri
karena sakit gigi sudah berkurang. Saya bisa makan dan berbicara dengan baik
kembali. Berbeda dengan apa yang saya alami selama dua hari sebelumnya, yang
sangat menyiksa, yang bahkan membuat saya tidak mampu tertidur, melainkan hanya
menangis di malam hari. Dari sekian banyak sakit yang pernah kuderita, inilah
yang paling sakit. Sakit gigi memang benar-benar menyiksa. Wajar saja jika
selama ini kebanyakan orang prefer sakit hati daripada sakit gigi. Mmmm,,, I Think So,,,!!! :-)
Karena tidak ada aktivitas, saya
hanya baring dan nonton TV. Tak lama kemudian, satu per satu anak-anak yang
lainnya, yus, ayus, dan wiwi, terbangun.
Kami pun nonton “dahsyat” bersama. Di saat kami asyik nonton, K Eka menghubungi
Yus. Dia meminta kami untuk ikut ke Bulukumba. Dari nada bicaranya sih,
sepertinya K Eka tidak menginginkan kata TIDAK. Bahkan, dia yakin kalau sakit
gigiku tidak akan mengganggu. Dia meminta kami prepare karena dia sudah on the
way BTP untuk menjemput kami. Kami pun tidak lagi punya alasan, kami tidak
bisa mengatakan tidak. Kami pun mengiyakan. Yus menutup telpon dan segera
menghubungi Mammi’nya untuk meminta izin. Saya sendiri, beranjak dari
pembaringan dan mempersiapkan apa saja yang harus saya bawa. Saya tidak meminta
izin.
Beberapa saat, saya bingung
mengenai apa saja yang harus saya bawa. Hingga akhirnya, saya hanya mengambil
dua pasang baju ganti dan sepasang baju mandi plus sarung dan handuk. Selain
itu, alat make up dan mandi juga tak terlupakan. That's it,,,packing yang
singkat efek dadakan. Setelah Yus selesai mandi, saya pun segera mandi dan
berpakaian. Tak seperti biasanya, semuanya serba terburu-buru, jadinya simple
dan beberapa hal terlupakan. It’s okay. Daripada membuat K Eka, Abdi dan Sari
menunggu terlalu lama, lebih baik make it simple, right???
Setelah semuanya beres, saya
bersama Yus, jalan keluar mencari ojek. Alhamdulillah, tak perlu menunggu lama,
ojeknya sudah ada. Kami ketemu di depan Alfa Mart setelah Polsek Tamalanrea
dari arah rumah. Kami pun berangkat, akan tetapi, sesampai di depan sekolah
Kristen beberapa meter dari gerbang BTP, kami berhenti untuk menunggu Chandra dari Maros. Sekitar setengah jam
menunggu, Chandra pun datang dan kami kembali melanjutkan perjalanan. Jam
menunjukkan pukul 12 lewat beberapa menit, kami berangkat meninggalkan Makassar
melalui Jalan Perintis-Urip Sumoharjo-A.P. Pettarani-Alauddin.
Begitu memasuki kawasan Sungguminasa,
Gowa, kami semua merasa lapar. Akhirnya, kami memutuskan untuk singgah makan
siang dulu. Kami singgah makan Coto di salah satu rumah makan di Sungguminasa.
Namun, saya sendiri tidak ikut memesan Coto. Saya hanya mengambil Susu Ultra
Milk dan duduk menemani mereka semua makan. Nasib, jadi orang yang tidak suka
makan Coto, hehehehe. Sekitar jam dua, kami meninggalkan rumah makan. Beberapa
menit kemudian, kami singgah lagi di penjual pinggiran jalan untuk membeli
“kacamata”. Setelah memilih dan menawar sebentar, kami berlari menaiki mobil
dan melanjutkan perjalanan, berhubung hujan juga mengguyur Gowa seketika.
Sambil cerita, dengar music,
nyanyi-nyanyi, kami menikmati perjalanan bersama. Sepanjang perjalanan, hanya Sari yang sempat
tertidur. Pada dasarnya, dia memang tidak begitu kuat naik mobil jarak jauh.
Jika dia terbangun, dia bercerita sama Yus. Berbeda lagi dengan Chandra, yang
tidak bisa tertidur jika dalam perjalanan jauh. Dia malah asyik nyanyi-nyanyi
dengan handphone’nya sendiri. Secara, kaset yang tersedia di mobil, hanya kaset
“Nidji”, yang notabene bukan selera Chandra. Sambil nyanyi, seditik-sedikit
juga, dia bertanya tentang di daerah mana lagi kami berada. Sama halnya
menghitung hari, dia menghitung kabupaten yang kami lalui. Sementara K Eka,
disamping bercerita dengan Abdi, yang mengontrol perjalanan (as driver), dia
juga asyik dengan Mulqy, anak semata wayangnya. Jika saya, tidak bersuara,
sekali-sekali, dia juga memanggil namaku untuk mengecek apakah saya tertidur
atau tidak. Padahal, saya sendiri susah tertidur jika dalam perjalanan jauh.
Sama halnya dengan Chandra. Saya menikmati perjalanan sendiri dari jok paling
belakang. Saya melihat kiri kanan, bangunan-bangunan di daerah yang kami lalui.
Terkadang juga saya komentar dalam perbincangan bersama.
Saat memasuki kota Kabupaten
Takalar, kami di minta berhenti dalam sweeping gabungan. Kami dimintai
surat-surat dan polisi’nya juga melihat ke dalam mobil. Selain itu, mereka juga
meminta untuk memeriksa bagasi mobil, khawatir kami membawa barang terlarang.
Setelah diperiksa, kami aman dan kembali melanjutkan perjalanan. Begitu
memasuki waktu ashar, kami tiba di Kabupaten Jeneponto. Kami singgah di Mesjid
Agung Jeneponto. Sari ingin buang air kecil, kepala’nya pusing dan ingin muntah.
Sementara kami yang lain, hanya istirahat dan menunggu dalam mobil. Setelah
agak baikan, kami melanjutkan perjalanan. Tepat jam 5 sore, kami sampai di
rumah K Acca’ di Bantaeng. Alhamdulillah!!!
Sesampainya kami di rumah K
Acca’, kami langsung disuguhi “Bakwan plus Teh”. Kami melepas kelelahan sejenak
sembari menikmati hidangan tersebut. Saat
kami makan-makan dan cerita, K Acca’ menawarkan kami untuk pergi melihat
sunset. Kami disuruh milih antara Marina Beach atau Seruni Beach, namun kami
memilih untuk pergi ke Seruni Beach. Jam 5:30, kami berangkat ke Seruni Beach,
yang hanya ditempuh dalam beberapa menit dari rumah K Acca’.
Saat sampai di Pantai Seruni,
yang terpikirkan olehku adalah Pantai Losari. Yahhh,,,Pemandangan Pantai Seruni
hampir sama dengan pemandangan Pantai Losari. Kami menikmati Sunset dan
Berfoto-foto di Pantai Seruni. Setelah adzan Magrib, kami meninggalkan Pantai
Seruni dan kembali ke rumah K Acca’. Kami istirahat sejenak dan janjian untuk
menyusuri Kota Bantaeng esok harinya setelah menyusuri Bulukumba.
15 menit sebelum jam 8 malam,
kami berangkat dari rumah K Acca’ menuju Bulukumba. Perjalanan di malam hari
dari Bantaeng ke Bulukumba, ternyata menyenangkan. Sambil dengar music diterpa
angin malam, kami menikmati jalanan baru yang berkelok-kelok. Satu jam
kemudian, kami sampai di depan Taman Lama Kota Bulukumba. Kami berhenti dan
menunggu K Ray menjemput di tempat tersebut. Beberapa menit kemudian, K Ray pun
tiba dan menuntun kami menuju rumahnya di Ela’-Ela’, Bulukumba. Kami tiba di rumahnya
tepat jam 9 malam. Finally,,,Alhamdulillah!!!
Beberapa saat setelah kami tiba,
kami langsung makan malam bersama. Menu makan malam telah disiapkan K Rya dari
siang harinya. Menu makan malam kami adalah Sayur, Ayam Goreng, Perkedel
Udang-Jagung, Ikan plus Cobek-cobek. Tak hanya menu makan malam, K Rya_Ray juga
menyambut kami dengan Kue Bolu Pandan Gulung dan Sukun Goreng, plus Es Buah.
Waoooo,,,,Yummiyyy,,,,Menunya lengkap dan tentunya mantap.
Setelah makan malam, kami ke
teras duduk-duduk sambil cerita-cerita. Untuk menghilangkan lelah, kami pun
mandi secara bergantian. Sembari menunggu giliran, Sari dan Yus keluar ke
Taman, sementara K Ray dan Chandra ke penjual nyari sikat gigi. Setelah
semuanya selesai mandi, saya bersama K Eka dan Mulqy stay di depan TV. K Eka
share masa SMAnya yang hampir sama dengan kisah-kisah sinetron di TV. Awalnya
yus juga ikut nimbrung, namun beberapa menit kemudian, dia keluar di teras main
ayun-ayun. Sementara cowok-cowoknya “main kartu”. Sekitar jam 12 malam, kami keluar
semua di teras cerita. Layaknya kami di Makassar yang tidak peduli dengan
waktu. Kami tidak menyadari kalau kami mengganggu tetangga yang lagi istirahat.
Kami pun ditegur, kami diteriaki. Seketika, saya ketakutan. Kami pun masuk ke
dalam rumah. Kami kaget habis kena teguran, trauma. Hahaha
Kami masuk ke dalam, nonton TV,
dan prepare untuk tidur. Kami sepakat menggelar karpet depan TV dan tidur
bersama. Kami tidak sanggup tidur di dalam kamar yang hawanya panas. Jam 1 malam, K Ria, K Ray, Chandra, Sari dan Yus
sudah tertidur. Sisa saya bersama Abdi dan K Eka. Saya bolak balik posisi
tidur, tapi tidak bisa tertidur. Saya baru tertidur sekitar jam 2 malam.
Sementara K Eka dan Abdi masih nonton. Saya tidak tahu jam berapa mereka
tertidur. Namun, saat saya terbangun menjelang jam 3 subuh, K Eka sudah
tertidur. K Ray juga sudah tidak di depan TV, sepertinya masuk ke dalam kamar
depan. Abdi juga tidak di depan TV dan saat saya masuk kamar untuk buang air
kecil, ternyata Abdi ada di kamar tersebut.
Sari yang terbangun sebelum saya
juga tidak bisa tertidur dan milih main games. Namun, beberapa saat kemudian,
dia kembali ke tempat tidur dan berhasil tidur lagi. berbeda dengan saya. Hmmm,,,ini
kebiasaan saya kalau baru bermalam di rumah orang lain, pasti susah untuk
tidur. Saya tidak bisa tertidur lagi. Saya pun
ke ruang tamu, Bluetooth foto-foto dan Online sambil Charging. Tak lama
kemudian, adzan subuh terdengar. Saya pun beranjak untuk shalat subuh. Selesai
shalat subuh, belum juga ada yang terbangun. Saya pun kembali duduk di ruang
tamu dengan tetap memakai mukenah. Hingga akhirnya, Abdi terbangun dan masuk ke
kamar depan untuk berwudhu, saya masuk ke dalam dan membuka mukenah. Saya pun
membangunkan yang lain karena jam sudah menunjukkan pukul 5 lewat 30 menit.
Setengah jam lagi jam 6. Akhirnya, semuanya pun terbangun, kecuali Mulqy.
Saya menjadi orang pertama yang
mandi, sementara K Eka, K Rya, Yus dan Sari menunggu antrian dengan
mempersiapkan menu sarapan bersama. Setelah saya, kemudian Sari, lalu K Eka dan
terakhir Yus. K Rya mandi di kamar yang lain. Di kamar depan juga demikian,
laki-lakinya mandi secara bergantian.
Chandra menjadi orang pertama yang mandi. Setelah Chandra, kemudian Abdi dan
terakhir K Ray. Setelah semuanya mandi, kami sarapan bersama dengan menu yang
hampir sama saat makan malam. Begitu selesai sarapan pagi dan semuanya sudah
siap, kami berangkat. Namun, sebelum menutup pintu rumah, kami berfoto bersama
dahulu di ruang tamu dan di teras rumah K Rya El Ray, sebagai kenangan
nantinya.
Kami berangkat menuju pantai
bira sekitar jam 9. Saat dalam perjalanan, Abdi baru menyadari kalau ternyata
dia tidak membawa STNK. Kami pun kembali lagi ke rumah. Setelah mengambil apa
yang ketinggalan, kami berangkat kembali menuju Bira. Kami melalui jalur yang
berbeda karena kami ingin singgah di tempat pembuatan Kapal Phinisi. Saat
memasuki desa tempat pembuatan Kapal Phinisi, kami memilih Kapal Phinisi yang
sudah hampir jadi dengan corak yang bagus. Setelah melewati beberapa rumah
dengan Kapal Phinisi mereka masing-masing. Akhirnya, kami tiba di rumah
terakhir, yang Kapal Phinisi’nya sudah hampir jadi. Kami singgah dan
berfoto-foto disana. Namun, hanya Abdi yang naik ke Kapal Phinisi. Kami yang
lainnya, tidak naik, melainkan hanya berfoto-foto di sekitar Kapal Phinisi
tersebut. Setelah selesai berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan kembali.
Beberapa menit kemudian, kami sampai di Pantai Bira. Hmmm,,,,matahari sudah bersinar begitu cerahnya dan keadaan pantai juga lagi sepi. Tidak seperti di saat weekend dan liburan, Pantai Bira ramai banget. Di hari Rabu, 12 Februari 2014, Pantai Bira sepi akan pengunjung. Kami pun berfoto-foto tanpa memperdulikan sinar matahari. Setidaknya, kami menghabiskan 15 menit di Pantai Bira. Setelah agak lelah berfoto karena kepanasan, kami meninggalkan Bira dan menuju ke Appalarang melalui Ara’.
Perjalanan ke Appalarang merupakan perjalanan
yang takkan pernah terlupakan. Kami melalui jalanan naik turun dan sempit. Kami
memasuki hutan yang baru dibuka. Tidak ada rumah sama sekali. Jalanannya pun
belum selesai dikerja. Hanya separuh yang menggunakan batako. Separuhnya masih
tanah bercampur pasir dan batu, batu karang kecil yang tajam. Ranting-ranting
pohon disisi kanan dan kiri pun menggores-gores mobil. Jalanan tersebut hanya bisa
dilalui oleh satu mobil. Jika tiba-tiba kita bertemu dengan mobil dari arah
yang berlawanan, maka akan memakan waktu yang lama untuk bisa mengatasinya.
Kebetulan saat kami menuju Tebing Appalarang tersebut, tiba-tiba ada mobil truk
dari arah dalam. Kami bingung sesaat. Truk tersebut tidak mundur-mundur juga.
Mau tidak mau, mobil kami yang mundur. Untungnya, salah seorang dari truk
tersebut membantu Abdi mengarahkan jalan. Alhamdulillah, berhasil teratasi.
Satu hal yang paling membuat
kami khawatir saat memasuki kawasan Appalarang itu adalah bensin mobil kami
yang jarumnya sudah menunjukkan “Error” dan kami baru menyadari itu saat kami
sudah jauh masuk ke dalam hutan tersebut. Kami pun berhenti sekitar 2km sebelum
sampai di Tebing Appalarang. Kami takut Abdi tidak mampu menaiki tanjakan
nantinya jika kami kembali karena jalanannya curam dan berbatu. Apalagi bensin
memang sangat tidak mendukung. Kami turun dari mobil tepat jam 12 siang. Kami
berjalan naik turun di tengah hutan untuk sampai di Tebing Appalarang yang kami
semua tidak tahu pasti berapa kilometer lagi untuk mencapai tempat tersebut.
Awalnya K Eka dan Sari mau menyerah dan kembali. Namun, saya dan yang lainnya
menyayangkan kalau kami kembali dan tidak sampai di tempat tujuan. Kami semua
pun berjalan dan berjalan dengan saling menyemangati. Yang paling kasian sih, K
Eka, karena anaknya, Al-Mulqy tidak mau digendong oleh Abdi ataupun K Ray,
hanya mau sama K Eka. Padahal K Eka sendiri sangat kelelahan.
Setelah berjalan kurang lebih sekitar 2km, kamipun
sampai di Tebing Appalarang. Panas matahari semakin panas tapi tak juga
menyurutkan semangat kami untuk eksis di Tebing yang sangat indah tersebut.
Terlebih lagi tempatnya sepi tanpa pengunjung, hanya kami saja. Dari pinggir
tebing terlihat air laut di bawah yang biru nan jernih. Seakan kami melihat
dasar laut yang berbatu padahal tidak, lautnya dalam. Untuk bisa berfoto di
atas batu karang, kami harus menuruni tangga kayu. Kami layaknya mahasiswa
pencinta alam yang lagi ekspedisi. Hehehe
Sama halnya saat di Pantai Bira,
kami tidak berlama-lama di tempat tersebut. Kami segera pulang setelah
berfoto-foto sebentar. Kami berjalan kembali sampai di tempat dimana mobil di
parkir. Kami semua kelelahan dan kepanasan. Apalagi K Eka yang sepanjang jalan
harus menggendong Mulqy. Bahkan, K Eka hampir saja terjatuh saat kami hampir
sampai di mobil. K Ray berlari untuk mengambil Mulqy, tak peduli lagi Mulqy’nya
nangis. K Eka bersama Abdi dan Mulqy pun naik mobil. Sementara kami masih
disuruh berjalan melewati satu tanjakan lagi, khawatir mobil tidak sanggup
menanjak. Kami yang lainnya pun singgah istirahat sejenak. Apalagi saat itu
Sari hampir saja pingsan. Setelah Sari yakin masih sanggup berjalan sampai di
mobil, kami pun berjalan kembali dan sampai di mobil dengan sangat kelelahan,
kepanasan dan kehausan.
Tak perlu menunggu lama, saat
semuanya sudah di mobil, kami meninggalkan hutan Appalarang. Tak lama kemudian,
kami sampai di kampong Ara’. Hal pertama yang kami cari adalah penjual bensin.
Kami sempat singgah disekitar rumah nenek K Ray, namun tak ada bensin dijual.
Kami pun melanjutkan mencari. Tak lama kemudian, kami mendapati bensin yang
terpajang di pinggir jalan. K Ray pun singgah bersama Abdi. Selain bensin, K
Ray juga membelikan kami semua air mineral botol.
Setelah mengisi bensin, kami
keluar dari kampong Ara’ dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah K Rya. Kami
hanya singgah satu kali di Pertamina untuk mengisi bensin. Kurang lebih satu
jam, kami sampai di rumah. Mobil kami parkir di depan rumah mertua K Rya. Kami
berjalan kaki sampai ke rumah K Rya yang terletak di belakang rumah mertuanya.
Saya sendiri meninggalkan sandal dan nyeker sampai di rumah K Rya karena sandal
saya putus saat di Appalarang tadi. Panasnya jalanan sangat terasa namun saya menahannya
karena jarak juga tidak terlalu jauh.
Saat sampai di rumah K Rya, kami semua tepar.
Chandra dan yang lainnya langsung makan mie siram bersama. Saya tidak ikut
makan karena ngantuk saya tak tertahankan lagi. Saya merebahkan badan di ruang
tamu yang beralaskan papan yang terasa agak dingin. Setelah lelah agak
berkurang, saya pun mandi kembali dan shalat dhuhur sebelum berangkat ke
Bantaeng. Yang lainnya juga sama, semuanya mandi kembali karena kami dari
berpanas-panasan.
Kami meninggalkan rumah K Rya
menuju rumah K Acca’ di Bantaeng sekitar jam setengah tiga sore. K Rya dan K
Ray juga ikut kami ke Bantaeng. K Ray bersama Chandra berangkat dengan sepeda
motor, sementara K Rya ikut bersama kami di mobil. Satu jam kemudian, tepat jam
setengah 4 sore, kami sampai di rumah K Acca’ di Bantaeng. K Acca’ sekeluarga
sudah menunggu kami sedari tadi dengan hidangan makan siang. Hanya beberapa
saat setelah kami sampai, kami dipanggil masuk ke ruang makan untuk makan siang
dengan menu utama, Ikan Bakar.
Begitu makan siang di sore hari
usai, kami istirahat sejenak sekalian shalat ashar dulu. Setelah semuanya siap,
kami pun berangkat ke Puncak untuk melihat Sunset di Tebing Puncak Gunung Loka,
Bantaeng. Ternyata jalanannya tidak seperti yang saya bayangkan. Lebih parah
dari jalanan masuk ke Bone ataupun Malino. Jalanan menuju Puncak Gunung Loka,
sempit, berkelok-kelok, dan menanjak terus. Jika di sisi kanan tebing, di sisi
kirinya pasti jurang ataupun sebaliknya. Mulai dari kaki, lereng, sampai di
puncak Gunung Loka, dipenuhi Tanaman Holtikultura, seperti Jagung, segala jenis
sayuran, bahkan apel ada di sana. Meski itu pegunungan, namun ada banyak rumah,
sekolah, bahkan fasilitas umum seperti pasar, mesjid dan sebagainya ada di
sana. Semakin tinggi, hawa pun semakin dingin. Tidak jauh berbeda dengan
dinginnya Malino, serasa menggunakan AC dengan temperature 15 derajat celcius.
Saat sampai di Puncak dan Tebing Gunung Loka, Angin bertiup semakin kencang dan
sangat dingin. Serasa saya hampir diterbangkan angin. Meski begitu, kami tetap
berfoto-foto. Kami di puncak sekitar setengah jam. Setelah menikmati Sunset,
kami pun turun dengan melalui jalur yang berbeda saat naik. Kami melalui
sekolah tempat ngajar K Acca’. Ternyata letaknya memang di daerah puncak. Meski
lokasinya di Puncak, sekolahnya tetap terawat. Penduduk di Puncak Loka tersebut
cukup ramai. Hanya saja fasilitas lampu jalanannya kurang.
Perjalanan tidak se-menegangkan
saat naik. Namun, karena kami capek, saya bersama Sari dan Yus di belakang
tidak banyak bicara. Kami bersandar dan terdiam di belakang. Sekitar jam 7
malam, kami sampai di bawah, di kota Bantaeng. Sebelum sampai di rumah K Acca’,
Abdi bersama K Acca’ singgah membeli Martabak di pinggir jalan. Setengah jam
kemudian, kami sampai di rumah K Acca’. Kami langsung disuguhi The Manis
Hangat. Kami pun menikmati Martabak dengan Teh Manis tersebut. Namun, saya
sendiri tidak ikut minum the karena saya tidak begitu suka minum teh. Setelah
menikmati martabak tersebut, Mulqy pun terbangun dan kami semua siap ingin
pulang ke Makassar. Akan tetapi karena orang tua K Acca’ belum pulang dari
mesjid, kami pun menunggu sejenak.
Beberapa menit kemudian, Mama K
Acca’ tiba dari mesjid. Kami semua berpamitan dan meninggalkan rumah K Acca’ di
Bantaeng menuju ke Makassar sekitar jam 8 malam. Kami berpisah juga dengan K
Rya dan K Ray yang menuju kembali ke rumahnya di Bulukumba. Dalam perjalanan
pulang ke Makassar, saya tertidur. Saya tidak menikmati perjalanan. Saya hanya
sesekali mendengar K Eka bercerita dengan Abdi di depan. Saya baru tersadar
saat Abdi dan Sari singgah di salah satu Alfa Mart di Takalar untuk membeli
snack. Abdi istiraha sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan. Sekitar jam 11 malam, kami sampai di Makassar.
Saya baru benar-benar tersadar saat sampai di rumah K Eka. K Eka memanggil kami
semua untuk singgah ke rumahnya. Setelah mengantar K Eka masuk ke rumahnya,
kami melanjutkan perjalanan kea rah BTP. Abdi dan sari mengantar saya bersama
Yus dan Chandra ke BTP. Chandra turun tepat di gerbang BTP dan menunggu adeknya
menjemput di pangkalan ojek dekat gerbang BTP. Sementara saya dan Yus turun di
depan ATM Danamon menunggu adek kami masing-masing. Saya menunggu Wiwi dari
rumah, sementara Yus menunggu Ayus yang baru pulang dari kampus. Beberapa menit
kemudian setelah Abdi dan Sari meninggalkan kami, Wiwi dan Ayus datang dan kami
pun pulang. Jam 00:10, kami tiba dengan selamat di rumah, di BTP.
Alhamdulillah,,,,Melelahkan tapi Meyenangkan!!! ^_^
Komentar
Posting Komentar